Home / Romansa / Gairah Terpendam Suami Kontrak / Chapter 221 - Chapter 230

All Chapters of Gairah Terpendam Suami Kontrak : Chapter 221 - Chapter 230

264 Chapters

221 S3: Seperti Sedang Dipenjara

“Kenapa kamu tidak menyambut saya seperti biasa?” tanya Ezra sembari memeluk Kavita dari belakang. Ah, dia memang bukan pria yang pandai basa-basi.Kulit Kavita yang kenyal dan halus tampak dari balik baju tidurnya yang tersingkap. Meskipun terbalut pakaian sederhana, tapi aroma tubuh istrinya itu sanggup membuatnya melayang.Namun, satu hal yang kini disadari Ezra, ada hawa dingin tidak nyaman yang diperlihatkan Kavita di balik sikap diamnya.“Mandilah dulu,” ucap Kavita acuh. Dulu selalu ada desir halus yang mendebarkan setiap Ezra berdekatan dengannya seperti ini. Suaminya yang seolah tidak pernah berkeringat meskipun seharian berkutat dengan pekerjaannya, selalu mampu membuat Kavita mabuk kepayang dengan wangi maskulinnya.“Mandi,” ulang Kavita sembari mengurai lengan Ezra yang memeluk bahunya.“Kita mandi bersama.”Kavita langsung menoleh dan menatap Ezra dengan sengit. “Kamu tidak bisa membedakan apakah saya sudah mandi atau belum?” “Baju kamu saja seperti ini, sudah s
Read more

222 S3: Tidak Lebih dari Rayuan Belaka

“Saya akan membayarnya, tenang saja.”Ezra meresponnya dengan mendekap Kavita sekuat tenaga, tidak peduli istrinya menggeliat tidak nyaman dalam tidurnya yang belum lelap.Akhir pekan itu, tidak biasanya Ezra mengajak Kavita untuk pergi jalan-jalan. Tanpa bertanya mau ke mana, Kavita mengangguk saja dan bergegas menyiapkan pakaian untuk dirinya dan Ezra.Pukul setengah tujuh malam, Kavita pergi meninggalkan rumah bersama setelah pamit kepada Miranti yang melepas kepergian mereka dengan bahagia.“Kita ke rumah Pasha dulu,” kata Ezra memberi tahu. “Pak Pasha ikut?’“Ya, Siska juga.”Seulas senyum samar terbit di bibir Kavita, membuat Ezra tidak mengerti. Apakah itu artinya dia merasa tidak nyaman saat pergi berdua dengannya?“Memangnya kita mau pergi ke mana, kok tumben ramai-ramai begini?” tanya Kavita, inilah pertama kalinya dia mau menyambung obrolan seperti ini, biasanya hanya menimpali singkat dan ala kadarnya.“Jalan-jalan ke mana saja, mungkin Pasha atau Siska punya rek
Read more

223 S3: Mengambil Dokumen Pernikahan

“Monic berbeda dengan Kavita, dia agresif dan selalu menunjukkan apa yang dia mau.”Mendadak ada sesuatu yang memercik di belakang Ezra disusul teriakan Siska.“Vit, kamu mau ke mana?”Ezra dan Pasha seketika menoleh.“Apa yang terjadi? Kavita mana?” Pasha langsung melontarkan pertanyaan.“Dia tiba-tiba lari begitu saja saat kamu masih ngobrol sama Pak Ezra!”“Jangan-jangan dia dengar nama Monic disebut ....”“Cepat kamu kejar, Zra!”“Kalian pulangnya bagaimana?”“Gampang, kami bisa naik taksi. Cepat kejar Kavita sebelum dia terlalu jauh!”Ezra mengangguk dan buru-buru pergi meninggalkan Pasha bersama istrinya. Dia tahu bahwa Kavita sama tidak sukanya ketika mendengar nama perempuan lain disebut-sebut, seperti Ezra yang tidak suka jika istrinya menyebut nama Adya.Sembari berjalan cepat, Ezra menempelkan ponselnya ke telinga untuk menghubungi Kavita. Dia lega karena nomor istrinya masih aktif, meskipun panggilan darinya tidak mendapatkan respons sama sekali.Jangan-jangan
Read more

224 S3: Tidak Akan Ada Perpisahan

Kavita menarik lepas tangannya dan tidak menjawab. “Saya tidak mau mengganggu kamu yang sedang nostalgia tentang Monic.” “Sependek itukah pikiran kamu? Tidak malu sama Pasha dan Siska?” tanya Ezra pedas dan tepat sasaran. “Seharusnya kamu tanya dulu baik-baik sebelum menilai sesuatu,” sambung Ezra lagi. “Memangnya apa yang kamu lakukan saat kamu lihat saya membahas nama Adya atau bahkan berinteraksi wajar sama dia?” balas Kavita dingin. “Kamu juga langsung menuduh saya yang tidak-tidak kan?” Kali ini giliran Ezra yang terdiam. Enggan berdebat lebih lama, Kavita keluar dari kamar Ezra untuk mandi ke kamar sebelah. Usai mengguyur sekujur tubuhnya dengan air, Kavita merasakan kepala dan pikiran yang jauh lebih segar. Dia perlu mendinginkan hati, berusaha untuk meredam emosi supaya kelanjutan rumah tangganya bersama Ezra menjadi jelas arahnya. Jika pisah adalah pilihan yang terbaik, maka Kavita ingin mereka berdua pisah secara baik-baik. Sudah hubungan hambar, komunikasi memburuk,
Read more

225 S3: Romantis itu Tidak Bisa Dipaksa

Kavita masih terisak dan tidak menjawab, perasaannya masih tak keruan. Emosi juga masih bersemayam meskipun tidak sedahsyat sebelumnya. “Aku ... aku cinta kamu.” Beberapa tahun yang lalu .... “Zra, aku cinta sama kamu. Aku tidak mau dikhianati, kamu harus janji akan setia sama aku selamanya!” Perempuan energik itu mengalungkan kedua lengannya di leher Ezra dan menatap matanya dengan penuh gelora. “Berjanjilah padaku, Zra! Aku cuma mau menikah sama kamu dan menghabiskan sisa umur kita sama-sama, ayo janji!” Ezra mengembangkan senyumnya sebentar. “Baiklah ... aku janji, Monic.” Ezra membuka mata perlahan, yang berada di hadapannya kini adalah Kavita. Istri sahnya. Sesaat ketika pikirannya menerawang tadi, pelukan Ezra sempat mengendur dan hampir saja Kavita melepaskan diri lagi, tapi dia dengan segera mengeratkan dekapannya. “Lepas!” ucap Kavita lirih. “Tidak, jangan ke mana-mana.” “Aku capek, aku mau tidur ... Semalam aku ada di toko.” Ezra langsung memahami kenapa rumah p
Read more

226 S3: Ezra Sudah Mengubur Kisah Itu

Baru juga dia akan mengetik pesan balasan untuknya, Ezra sudah mengirim pesan baru lagi.[Kamu di mana?][Aku pulang sekarang!]Tanpa menunggu waktu lama, Kavita langsung menghubungi kontak Ezra.Beberapa kali terdengar nada sambung, tapi tidak diangkat juga oleh suaminya.“Masa dia benar-benar pulang?” gumam Kavita sangsi. “Jangan-jangan dia Cuma bercanda?”Namun, seketika itu juga Kavita ingat jika Ezra bukanlah orang yang suka bercanda.[Aku tidak ke mana-mana, lanjut kerja saja]Dengan terburu-buru, Kavita mengetik pesan itu dan mengirimkannya. Setelah itu dia sibuk menghitung setoran toko yang diberikan Adya kepadanya tadi pagi.Tentu saja Kavita sangat senang dengan penghasilan tambahannya ini, setidaknya dia tidak harus kebingungan ketika Ezra sedang mengalami penurunan finansial seperti sekarang ini. Bahkan dia tidak keberatan berbagi penghasilannya jika Ezra benar-benar membutuhkannya.Bukan karena bucin atau cinta mati, tapi sejak dulu prinsip Kavita dalam berumah
Read more

227 S3: Mari Kita Buat Kesepakatan

Sayang sekali janji itu belum sempat Ezra respons karena kedatangan salah satu teman Monic yang mengajaknya masuk kelas. Kini, semua telah berubah. Di depan menara tinggi yang menjadi ikon Paris, Ezra menatap puncak kepala Kavita yang mendongak penuh kekaguman. “Kamu suka tempat ini?” “Iya ...” Kavita mengangguk kuat-kuat, bohong besar jika dia bilang bahwa dia merasa biasa-biasa saja berada di tempat yang menakjubkan seperti ini. “Bagus, tidak sia-sia.” Ezra ikut mendongak dan menatap menara Eiffel yang menjulang indah itu. Bukan tanpa alasan dia mengajak Kavita liburan ke Paris. Selain karena ingin melepas masa lalu, Ezra juga memiliki tujuan lainnya. “Sebelum sama aku, kamu pernah ke sini sama siapa?” tanya Kavita ingin tahu. “Kenapa kamu malah mengajukan pertanyaan yang berpotensi memancing keributan seperti ini?” “Aku cuma bertanya, penasaran saja.” Ezra menarik napas. Di saat dia tidak ingin membahas masa lalu, Kavita justru malah mengingatkannya. “Nanti kamu tersinggu
Read more

228 S3: Memaafkan Bukan Berarti Melupakan

“Tapi aku ....” Kavita belum sempat menyelesaikan ucapannya, tapi Ezra sudah merengkuhnya dalam hangat pelukan. Tidak sejengkal pun Ezra ingin melepasnya. Ribuan kilometer dari tempat itu .... “Lihat ini.” Shadan mendongak ketika Monic menerobos masuk ke kamarnya sambil menyerahkan sebuah amplop kepadanya. “Kalau urusan kerjaan, besok saja kamu serahkan ke sekretaris aku.” Shadan hanya menoleh sekilas, lalu melanjutkan kegiatannya membaca buku. “Ini sama sekali bukan urusan kerjaan, Dan!” “Terus apa?” “Ya makanya kamu lihat dulu!” sentak Monic tidak sabar. Shadan berdecak. “Sudah jadi istri orang kok kelakuannya masih sama.” “Sudahlah, jangan banyak bicara. Buka saja amplop itu.” Shadan terpaksa meletakkan bukunya dan meraih amplop pemberian Monic, dia membuka isinya dan tercengang. “Apa ini?” Tangan Shadan meletakkan beberapa lembar foto di atas meja. “Ezra sama istrinya ... yah, tidak ada yang aneh. Mereka pasti sedang liburan,” komentar Shadan biasa-bia
Read more

229 S3: Tidak Segera Hamil Lagi

Gerakan tangan Kavita langsung terhenti setelah mendengar jawaban lugas Ezra. “Begitu ya?” “Memang begitu, apa masalahnya?” Ezra menyahut pertanyaan Kavita dengan pandangan mata terarah ke layar televisi yang menyala. “Enteng sekali kamu bicara, laki-laki kalau sudah sukses ternyata sama saja ya?” komentar Kavita tidak senang, dia merapikan kembali perlengkapan make up itu ke dalam kotaknya. “Aku salah apa lagi?” tanya Ezra bingung. Namun, Kavita tidak menjawab dan menyimpan kotak make up pemberiannya dengan wajah masam. Ezra yang tidak begitu memperhatikan, memilih berbaring sembari memejamkan matanya. “Ceria sekali kalian sehabis liburan,” sambut Miranti pagi itu saat mereka bertiga bertemu di dapur. “Nenek, ayo sarapan sama-sama!” ajak Kavita seraya meraih lengan Miranti yang tersenyum lebar kepadanya. “Kamu bisa istirahat dulu, Rita.” “Baik, Nyonya.” Kavita menarik satu kursi untuk Miranti, Ezra senang dengan sikap istrinya yang terlihat menyayangi sang nenek. “Makan y
Read more

230 S3: Urusan Pribadi Pasha dan Siska

Setelah masuk hotel dan duduk di kursi, Siska dan Kavita duduk bersanding dengan diapit suami masing-masing. Sementara itu Roni dan Ririn duduk di tempat yang agak jauh. “Lega sekali rasanya karena kita tidak perlu dekat-dekat suami istri toksik itu,” bisik Siska di telinga Kavita. “Mana kalau bicara sama kamu, dia tidak ada sopan santun sama sekali.” “Dia belum pernah jadi istri pengusaha, jadi mungkin seperti itu kelakuannya.” Kavita balas berbisik. Suara riuh rendah para tamu perlahan teredam ketika beberapa orang muncul di depan panggung. Di kursi masing-masing, Siska dan Kavita tidak kalah tegang menunggu pengumuman pemenang kontrak. “Ezra atau Pak Pasha?” Kavita menoleh ke arah Siska. “Pak Ezra atau Pasha, bebas!” Kavita mengangguk, sebelah tangannya meremas jemari Siska untuk menyalurkan ketegangan yang terasa. “... akan ada dua perusahaan yang mendapatkan kontrak kerja ini, sehingga kolaborasi keduanya diharapkan bisa meningkatkan daya beli konsumen dan menjaga persaing
Read more
PREV
1
...
2122232425
...
27
DMCA.com Protection Status