Shadan tertawa lagi, kali ini kentara sekali mengejek Ezra. “Kalau ada hal yang tidak aku benci dari kamu itu adalah kepolosan kamu, Zra!” katanya tergelak. “Buat apa kamu memikirkan ayah? Kamu itu sebenarnya dianggap aib sama ayah kita, hahaha! Namanya juga anak haram, iya kan?” “Cukup,” sentak Ezra. “Kamu tidak berhak menghakimi aku atas masa lalu yang bahkan tidak aku ketahui. Apa kamu pikir aku senang dengan kenyataan ini?” “Menurut kamu?” sahut Shadan menghina. “Setelah kamu muncul, tujuan aku adalah merebuat semua hal dari tangan kamu. Memang kamu pikir aku sengaja mengalah dulu buat apa? Mikir, Zra. Pakai otak kamu.” Shadan menusukkan jari telunjuknya sendiri ke pelipisnya. “Aku membawa Kavita pergi, itu cuma buat bikin kamu hancur untuk yang kedua kalinya,” sambung Shadan. “Kalau kamu pikir aku cinta sama Kavita, itu salah.” Ezra mengangguk paham. “Tapi soal ayah kita, aku harap kamu tidak sepenuhnya benar karena akhir-akhir ini dialah yang berusaha menemui aku ...” “Al
Read more