Mendadak ada sedikit gerakan dari jemari Ezra, Kavita mendapati jarinya sedang menjepit selimutnya dengan rapuh. “Ezra?” panggil Kavita pelan. “Kamu ...?” Kavita memastikan lagi dengan memperhatikan jemari Ezra lebih saksama, hatinya berdebar-debar ingin segera melihat suaminya tersadar. “Ezra?” desah Kavita sedikit kecewa, saat tidak mendapatkan apa-apa. Dia berpikir bahwa yang dilihatnya tadi hanyalah halusinasinya saja. Kavita mengambil tehnya lagi dan mereguknya sampai habis. “Haus sekali, ya?” Mendadak terdengar suara pelan, membuat Kavita menoleh dan menyemburkan tehnya hingga dia terbatuk-batuk hebat. “Jorok sekali, kenapa menyembur sampai sini ...” Ezra menggeleng perlahan sambil memejamkan mata. “Jorok sekali kamu, ya ...” Alih-alih marah, Kavita justru mewek sambil mendatangi Ezra yang telah sadar. “Ezra, kamu jahat! “ “Apa ini, bangun-bangun sudah dikatakan jahat?” komentar Ezra ketika Kavita mendatanginya dengan bercucuran air mata. “Pakai tanya, kamu lebih peduli
Read more