“Ya ampun, pasif sekali!” Kavita mendongakkan wajahnya, sementara di saat yang bersamaan Ezra menunduk. Entah siapa yang akhirnya memimpin, yang pasti keduanya telah larut dalam rasa yang sama, gelora yang membuncah meski dalam keterbatasan fisik karena cedera. Kavita tidak memungkiri bahwa kebutuhan Ezra tetap saja harus dipenuhi meskipun situasi sedikit berbeda. “Rasanya aneh,” komentar Ezra singkat setelah mereka selesai menuntaskan dahaga mereka. “Kalau tidak aneh, bukan kamu namanya!” balas Kavita sambil memejamkan kedua matanya di balik selimut yang menyelimuti mereka berdua. ***Dua bulan berlalu, dan kondisi kaki Ezra semakin membaik dari hari ke hari. “Zra, apa aku boleh ajak Siska ke kantor? Dia tidak mau aku tinggal, kebetulan dia ambil cuti ...” Pasha menjelaskan melalui sambungan telepon ketika Ezra sedang sarapan. “Cuti kok masuk kantor, kenapa dia tidak istirahat saja di rumah?” “Siska tidak mau aku tinggal,” ulang Pasha. “Dia mau dekat aku terus, katanya bayi di
Read more