Home / Romansa / Gairah Terpendam Suami Kontrak / Chapter 191 - Chapter 200

All Chapters of Gairah Terpendam Suami Kontrak : Chapter 191 - Chapter 200

264 Chapters

191 S2: Kesaksian Kavita Tidak Cukup Kuat

Merasa ini adalah hal yang sangat mendesak, Pasha akhirnya mengambil risiko besar itu untuk pergi ke kantor Ezra. Dia berpesan kepada sekretaris Shadan jika dirinya ingin membeli obat di apotek. “Anda sakit apa, Pak?” Pasha berpikir sebentar. “Perut saya rasanya tidak enak, dari tadi ke toilet terus.” “Ah, semoga cepat sembuh, Pak!” Sekretaris Shadan tidak bertanya apa-apa lagi. Tanpa menunggu waktu lama, Pasha segera melajukan mobilnya ke apotek untuk membeli obat. Sengaja dia memilih apotek yang letaknya dekat dan searah dengan kantor Ezra supaya sekalian bisa mampir untuk membahas tentang pencapaian anak buah mereka. “Selamat siang, Pak Pasha!” “Tantri, Ezra ada tamu?” “Tidak Pak, silakan masuk saja.” Tantri tidak perlu minta izin terlebih dahulu karena Ezra tidak pernah keberatan jika Pasha langsung masuk ke ruangannya. “Zra! Dari tadi kamu ngapain saja sih?” Ezra menoleh sekilas. “Kerja.” “Ponselmu kenapa tidak aktif?” tuntut Pasha dengan wajah pias, tidak biasanya yan
Read more

192 S2: Mulai Tidak Percaya Sama Suami

Nanti kamu tidak perlu jemput saya,” kata Ezra ketika Adya menghentikan mobil yang ditumpanginya telat di halaman Dyaksa Company. “Anda pulangnya bagaimana, Pak?” “Nanti saya hubungi kamu kalau waktunya mencukupi, kalau tidak kamu pulang saja tidak apa-apa.” “Baik, Pak.” Adya mengangguk saja tanpa berani bertanya lebih jauh lagi. “Apa Pasha sudah datang?” tanya Ezra kepada Tantri yang pertama kali dia lihat saat akan masuk ke ruang kerjanya. “Belum, Pak.” “Nanti suruh langsung masuk saja, saya menunggu.” Tantri menganggukkan kepala, pertanda bahwa dia mengerti apa yang diinstruksikan oleh Ezra. Setibanya di ruang kerja, Ezra langsung mengubah ulang jadwal kegiatan khusus hari itu saja. “Sudah beres semua?” Pasha tiba kira-kira sepuluh menit kemudian. “Begitulah, aku bilang harus ke luar kota untuk urusan bisnis. Kamu?” “Alasan yang sedikit beda, aku bilang sama Siska kalau aku harus mendampingi kamu ke luar kota.” “Bagus, aku punya firasat kalau Kavita pasti akan telepon Si
Read more

193 S2: Kalian Sudah Berselingkuh di Belakangku

“Kamu lupa? Deryl tidak pernah punya nyali untuk menghadapiku satu lawan satu,” ucap Ezra tegas. “Aku cuma ingin bicara empat mata sama dia, kamu cukup berjaga-jaga saja di luar. Aku akan panggil kamu kalau situasi tidak bisa aku atasi, oke?” “Terserah kamu, tapi hati-hati.” Ezra mengangguk dan segera memasuki ruangan yang menyembunyikan Deryl di baliknya. “Kalian jaga di luar bersama Pasha.” “Baik, Pak.” Dua orang yang berdiri tegap di depan Ezra seketika menyingkir pergi ke luar ruangan, meninggalkan Ezra bersama dengan seorang pria yang duduk terikat di atas kursi. “Kamu!” tunjuknya dengan sorot mata permusuhan ketika Ezra mendekat. “Sudah aku duga kalau kamu pasti di belakang semua ini!” Ezra meraih satu kursi ke arahnya dan duduk di hadapan Deryl. “Memangnya aku kenapa?” Dia tatap wajah Deryl yang ditumbuhi berewok lebat hingga nyaris tak dikenali. “Ini betul-betul kamu? Mantan istri Kavita?” Dilihat dari penampilan, Deryl yang sekarang tampak jauh sangat berbeda dibandin
Read more

194 S2: Kehilangan Waktu yang Berharga

“Mereka ini terbagi di masing-masing titik dengan tugas yang berbeda-beda pula,” lanjut Pasha. “Ada yang mengamati tempat kejadian, menyabotase kamera pengawas, menghalangi pandangan kamera jika risiko sabotase mereka mengalami kegagalan. Dan yang paling fatal adalah orang yang ditugaskan untuk menusuk Kavita sampai kritis.”Deryl menatap keempat orang itu bergantian.“Pura-pura tidak kenal?” Ezra menoleh ke arah Deryl. “Masih mau membela diri?”“Bedebah.”“Masih bisa mengumpat, oke. Orang yang tadi aku suruh untuk meratakan rumah kamu dengan tanah sudah dalam perjalanan menuju ke sana.”“Bangsat, kamu ....”“Tidak usah takut kalau kamu memang tidak bersalah,” kata Ezra tenang, sambil menunjuk keempat orang yang masih berdiri diam. “Cukup mereka saja yang kami urus dan kamu akan tetap di sini sendiri sampai membusuk.”Deryl menggeser tatapannya.“Kamu tidak menjebloskan aku ke penjara?”“Tidak, penjara masih terlalu nyaman buat kamu. Di sana kamu masih dapat makan dan minum d
Read more

195 S2: Kakak Beradik Meskipun Beda Ibu

Kavita sedang fokus menonton televisi ketika kamar Ezra terbuka dan dia refleks menolehkan kepalanya. “Belum tidur?” tanya Ezra dengan nada dasar khas miliknya. “Saya nunggu kamu,” jawab Kavita jujur seraya mendatangi Ezra yang tiba-tiba memeluknya erat. “Ezra, apa yang terjadi?” Tidak ada jawaban selain hanya tarikan napas berat dan dalam. “Apa ada masalah? Bagaimana pekerjaan kamu hari ini? Gagal atau ...?” Pertanyaan beruntun itu terlontar begitu saja dari bibir Kavita. “Tidak, semuanya lancar-lancar saja.” “Kamu serius kan?” “Sangat serius.” “Terus kenapa ...?” Kavita sangat ingin bertanya perihal Ezra yang tiba-tiba memeluknya begitu dia pulang, tapi sebagian kata-katanya terasa tertelan begitu saja di kerongkongan. “Kamu pasti capek, saya siapkan air hangat untuk kamu mandi ya?” Kavita mengalihkan topik ketika Ezra melepas pelukannya dan mengangguk singkat. Dengan suasana hati yang jauh lebih ringan, Kavita bergegas menyiapkan handuk, satu setel baju bersih dan air han
Read more

196 S2: Monic adalah Seorang Pencemburu

“Pasha sudah kasih tahu kamu kalau Monic masuk rumah sakit karena keguguran kan? Kamu ini kakaknya, paling tidak tunjukkanlah empati kamu sedikit saja.” Ezra menarik napas. “Aku ikut sedih mendengarnya, tapi cuma sebatas itu.” “Kamu ...” Endrawan bukan tidak tahu tentang masa lalu yang terjadi antara Ezra dengan Monic di masa lalu hingga sempat membuat keluarga besar Danadyaksa gempar. Namun, salahkah dia jika menginginkan hubungan baik kembali terjalin di antara seluruh anaknya? “Zra, Monic adik kamu.” “Aku tahu, Yah. Maaf, aku tidak ingin membuat suasana di antara kami semakin runyam. Ada dua hati yang harus aku jaga, pertama istriku dan yang kedua adalah suami Monic.” “Jangan jadikan mereka sebagai alasan, Zra. Mereka berdua tahu pasti kalau kamu adalah kakak Monic, jadi tidak masalah kalau kamu datang untuk menjenguk adikmu.” Ezra terngiang kembali ucapan Kavita pada malam itu. ‘Monic seperti ... belum bisa melupakan kamu. Dia mungkin masih memendam perasaan yang kini terha
Read more

197 S2: Ezra Akhirnya Memiliki Komitmen

“Apa Shadan masih ada di sana?” tanya Ezra waspada. Bukannya dia takut, hanya saja dirinya tidak ingin jika suasana tenang di rumah sakit mendadak berubah jadi ribut-ribut jika Shadan berjumpa dengannya. “Ayah sudah menurunkan dia di kantor tadi,” sahut Endrawan. “Sebentar lagi kita sampai di ruangan rawat inap adikmu.” Monic terperangah tak percaya ketika Endrawan datang berkunjung lagi ke ruang rawat inapnya, apalagi kali ini dia datang bersama Ezra. Seseorang yang pernah menempati tahta tertinggi dalam relung hatinya, itu sebelum dia tahu bahwa mereka berdua ternyata memiliki hubungan darah. “Kalian berdua, dengarkan ayah baik-baik.” Endrawan menatap Ezra dan Monic bergantian. “Ayah sudah tua, karena itu ayah mau anak-anak ayah hidup rukun tanpa mengingat-ingat lagi masalah yang terjadi pada masa lalu.” Baik Ezra maupun Monic tidak ada yang bereaksi. “Semua salah ayah, tentu saja ayah mengakui itu. Siapa yang bisa melawan takdir? Tidak ada,” imbuh Endrawan. “Monic, ayah berk
Read more

198 S2: Kejutan Spesial untuk Deryl

“Kalau kamu menyiksanya terlalu lama, kamu juga yang akan rugi.” Pasha berkomentar. “Aku tahu, menghadapi Deryl memang tidak bisa sembarangan. Apa susahnya juga sih dia buka mulut?” Pasha mengangkat bahu. “Jangan terlalu lama menyekapnya, bisa-bisa polisi menjerat kita dengan pasal-pasal penganiayaan, penculikan, atau apalah itu ....” “Semua akan aman, yang penting polisi tidak tahu.” Ezra menyahut santai. “Hari ini juga, suruh orang untuk mengangkut istri dan keluarga Deryl dari rumah mereka dan siapkan alat-alat berat di sana.” Mata Pasha terbelalak mendengar perintah Ezra. “Setelah itu pertemukan Deryl dengan keluarganya, aku ingin tahu sekuat apa dia menutupi rahasia.” “Kamu yakin, Zra?” “Tentu saja, aku tidak pernah main-main. Kalaupun aku sedikit mengulur waktu, itu karena aku ingin menunggu waktu yang tepat. Jadi lakukan sekarang.” “Oke, aku akan segera suruh orang untuk melaksanakan instruksi kamu.” Ezra mengangguk puas, selanjutnya dia meminta Tantri untuk menghandle
Read more

199 S2: Membalaskan Dendamnya kepada Ezra,

“Ryl, semakin hari ibu sudah semakin tua ... Apa kamu tidak ingin menemani masa tua ibu?” Deryl mengangkat wajahnya ketika suara ibu terdengar parau.“Selesaikan masalahmu, apa pun itu. Hadapi, kamu tidak perlu takut kalau kamu tidak bersalah ...” sambung ibu. “Tapi kalau kamu memang bersalah, pertanggungjawaban perbuatan itu. Mendiang ayahmu tidak pernah mengajarimu untuk jadi seorang pengecut, ingat itu.”Deryl tersentak, kata-kata ibunya yang terakhir tepat sekali menampar kesadaran sang putra kebanggaan.“Bu, maafkan aku ...” cetus Deryl, nyaris tidak terdengar telinga siapa pun selain Ezra yang berdiri tidak terlalu jauh darinya.“Katakan yang sebenarnya,” pinta ibu Deryl. “Sudah cukup Yura menginap di penjara, Karin dan ibu juga tidak tahu pasti di mana kamu berada ... sudah cukup ....”Karin mengusap-usap bahu ibunya yang terguncang, dia sama tidak mengertinya dengan wanita yang telah melahirkannya itu.“Pasha?” panggil Ezra, karena Deryl tetap pada pendiriannya untuk t
Read more

200 S2: Surat Panggilan Kepolisian untuk Shadan

“Aku ... aku belum rela ... melihat Vita melupakan aku, Bu ...” cicit Deryl, dia yang semula begitu arogan di hadapan Ezra kini luruh di depan ibunya sendiri. Mendengar ucapan Deryl itu, Yura merasa kulitnya seperti disiram dengan air panas. “Kamu ini apa-apaan sih, Ryl? Kamu itu sudah cerai sama Vita!” Namun, Deryl seolah tuli dengan protes yang dilontarkan Yura.“Aku kira Vita akan menderita kalau pisah dari aku, tapi ternyata tidak ... Aku lihat dia semakin bahagia, seperti terlepas dari beban berat yang selama ini dia pikul di pundaknya ....”“Cukup ya, Ryl! Vita bukan siapa-siapa kamu lagi, mau sampai kapan kalian akan terus membicarakan dia, hah? Sampai aku gugat cerai kamu seperti yang dia lakukan dulu?”“Tidak, jangan!” cegah Deryl buru-buru, seolah tersadar dari lamunannya.“Kalau begitu, sadar diri!”Ibu Deryl sebetulnya ikut sakit hati setiap kali mendengarkan Yura bicara keras terhadap putranya, tapi mau bagaimana lagi. Deryl terlalu dibutakan cinta, hingga tida
Read more
PREV
1
...
1819202122
...
27
DMCA.com Protection Status