Semua Bab Gairah Terpendam Suami Kontrak : Bab 181 - Bab 190

264 Bab

181 S2: Restu untuk Segera Mengeksekusi Ezra

“Ada apa meneleponku?” Pasha balas bertanya. “Sekretarismu bilang kalau tidak ada pekerjaan buat aku, jadi ya aku cari angin saja di luar.”“Mentang-mentang banyak uang, tapi itu bukan urusanku.” Shadan berdecak. “Kamu kan sedang di luar, belikan nomor baru untukku. Nanti aku ganti uangnya.”Pasha dan Ezra saling pandang sejenak, Ezra bahkan memberi kode kepadanya untuk melanjutkan bicara.“Wah, wah, mau ganti nomor nih! Nanti banyak relasi yang kebingungan cari kamu, lho.”“Siapa yang bilang kalau aku ganti nomor?” tukas Shadan mengelak.“Itu tadi, kenapa kamu minta aku untuk mencarikan nomor baru?”“Sudah, kamu belikan saja. Jangan banyak tanya, aku tunggu sekarang juga.”“Eh, sekarang?”“Memangnya kenapa? Kamu ini aneh, Sha. Kerja ikut aku, tapi malah seringnya pergi ke kantor Ezra.”“Namanya juga demi uang, Dan!” Pasha berkilah. “Ya sudah, aku belikan nomor barunya sekarang!”Tanpa bicara apa-apa lagi, Shadan langsung memutus sambungan mereka.“Untuk apa Shadan minta di
Baca selengkapnya

182 S2: Pesan yang Dikirimkan Yura

“Makanya aku mau mempercepat rencana eksekusi itu, bagaimana menurutmu? Ingat untuk jangan menggunakan perasaanmu terhadap Ezra.” “Tidak! Aku sudah mendapatkan suami, tidak—aku sudah tidak peduli sama Ezra, lakukan apa yang menurutmu baik. Eksekusi dia dengan cepat dan tidak terlihat ....” “Aku tahu, jangan kaget kalau suatu saat dia tinggal nama. Oke?” “Tapi ... apa kamu yakin? Jangan sampai perbuatan kamu membuat keluarga besar kita dalam kesulitan!” seru Monic ragu-ragu. “Tidak, aku akan melakukannya dengan rapi asalkan kamu tutup mulut.” “Oke, kamu tahu apa yang kamu lakukan. Jangan sampai ketahuan dan malah mempersulit aku juga.” Shadan lantas menutup telepon, dia tidak membutuhkan ceramah Monic. Awas saja kalau adiknya itu berani berkhianat di belakangnya. “Ini nomor pesanan kamu,” kata Pasha ketika dia berkunjung ke rumah Endrawan untuk menemui Shadan. “Eh, kenapa wajahmu begitu?” Shadan melirik Pasha dengan tatapan membunuh. “Pasti soal perempuan?” “Jangan sok tahu, a
Baca selengkapnya

183 S2: Kasus Penusukan Itu Ditutup?

“Wah, perempuan itu benar-benar ... mana nomornya?” “Mau ngapain kamu?” “Mau saya kasih peringatan, suami hilang bukannya bantu mencari malah cari kesempatan sama suami orang.” Kavita menggerutu seraya mengulurkan tangannya ke arah Ezra. “Ini penting untuk mengungkap kasus kamu, jadi tidak masalah kalau ....” “Saya tetap tidak setuju, Yura itu ...” Kavita sampai kesulitan menjabarkan seperti apa sosok Yura yang sesungguhnya. “Saya tidak masalah kalau kasus penusukan itu tidak terungkap, toh sudah lama berlalu kan?” Gantian Ezra yang menyipitkan matanya, tanda tidak setuju. “Gampang saja kamu bicara begitu. Saya dan Pasha yang sudah pontang-panting mencari bukti tambahan di saat pihak berwajib tidak ada kemajuan.” “Pontang-panting? Bukankah kamu dan Pak Pasha tinggal suruh orang saja, anak buah kalian kan banyak?” “Tidak semudah itu juga, kamu tidak akan mengerti.” Kavita membuang napas keras. “Saya yakin kalau Yura punya tujuan terselubung di balik ajakannya untuk bertemu kam
Baca selengkapnya

184 S2: Keberuntungan Sedang Berpihak

Ezra menatap Kavita dengan ekspresi sangat serius di wajahnya, setelah itu dia menjelaskan rencananya dengan detail kepada sang istri. Di tempat lain, Yura sedang bersenandung riang seraya menunggu pesan balasan dari Ezra. Rasanya dia sudah tidak sabar untuk segera bertemu dengan pengusaha yang sedang naik daun itu. Ting! Bunyi notifikasi pada layar ponsel Yura sukses mengalihkan perhatiannya, cepat-cepat dia membuka pesan baru yang masuk. [Oke, di mana kita akan bertemu?] Nyaris saja Yura terlonjak saking senangnya, dia pikir apa yang direncanakannya telah berjalan sesuai dengan harapan. Ezra Danadyaksa bahkan setuju untuk bertemu di tempat yang akan Yura tentukan. Sempurna! [Di hotel, supaya lebih nyaman] Yura mengirim balasan pesan itu sembari tersenyum tidak sabar dengan reaksi Ezra di ujung sana. “Hotel?” Kavita menatap Ezra dengan garang. “Betul kan dugaan saya? Yura itu pelakor ulung! Kamu salah besar dengan mau menerima ajakan dia untuk bertemu—tidak, lebih tepatnya d
Baca selengkapnya

185 S2: Memberikan ‘Imbalan’ kepada Pelakor

“Saya tidak akan bicara apa-apa kalau Anda tidak mau mengikuti permintaan saya.”“Permintaan apa lagi? Saya sudah menuruti syarat kamu untuk bicara di hotel kan? Jangan coba-coba menipu saya.”“Tentu saja saya tidak berani menipu Anda! Kebetulan juga Deryl tadi baru saja menelepon saya.”Ezra menyipitkan mata, dari tatapannya itulah yang menyadarkan Yura jika kata-katanya tidak akan semudah itu membuat sang pengusaha percaya.“Deryl telepon kamu?” tanya Ezra sangsi.“Betul Pak, saya juga kaget! Tapi ... saya cuma sempat bilang sama Deryl untuk segera pulang, soalnya kalau saya tanya-tanya posisi dia ada di mana, dia bisa curiga.”Ezra mengangguk saja.“Mana nomor yang digunakan Deryl untuk menghubungi kamu?” Sampai di titik ini, Yura merasa mendapatkan peluang untuk semakin mendekatkan diri kepada Ezra.“Saya bisa tunjukkan, tapi tentu saja ini tidak gratis.”Ezra menghela napas. “Lagi-lagi masalah uang, kamu mau berapa?”“Seratus juta!” sebut Yura tanpa malu-malu.“Apa?
Baca selengkapnya

186 S2: Aku Ini Istri Sahnya!

“Hotel terus yang ada di pikiran kamu,” tukas Ezra. “Saya akan kasih kamu imbalan, kita ke mobil saya sekarang.” Yura terperangah. Ke mobil? Jadi Ezra akan mempersembahkan imbalan itu di mobil? Demi apa, imajinasi Yura langsung melebar ke mana-mana. Fakta bahwa Ezra adalah suami Kavita, tidak menghalangi Yura untuk bisa mendapatkan keuntungan darinya. “Masuk,” suruh Ezra dengan nada perintah. “Terima kasih,” sahut Yura sambil tersenyum lebar, dia membuka pintu mobil Ezra dan langsung terkejut dibuatnya. “Kamu ...?” Kavita menurunkan kacamatanya dan menatap tajam Yura. “Berharap duduk di sini?” Yura menoleh ke arah Ezra, bermaksud minta dukungan. “Kamu duduk di belakang.” Bukannya merasa malu atau salah tingkah, Yura justru hendak melayangkan protes. “Kenapa dia ikut kita?” Sebelum Ezra sempat menjawab, Kavita sudah lebih dulu menyahut. “Wajarlah, aku ini istri sahnya!” Yura menatap Ezra lagi dengan sorot mata kebingungan. “Tapi kan ....” “Kenapa? Kehadiran istri saya tidak
Baca selengkapnya

187 S2: Khayalan Kamu Terlalu Jauh

Untuk membuat Kavita berhenti mengomel, Ezra menunjukkan beberapa model lingerie kepadanya sebagai baju dinas pilihan.“Saya tidak mau pakai itu,” tolak Kavita tegas. “Saya lebih nyaman pakai piyama ....”“Saya tidak tanya.”“Pak, saya juga mau beli baju tidur!” Yura tiba-tiba saja sudah berada di belakang mereka berdua.Ezra baru memutar tubuhnya, tapi Kavita langsung menyembur murka.“Ya sudah sana pilih, ngapain pakai lapor sama suami aku?”“Santai dong, Vit. Kan suami kamu yang janji mau kasih aku uang!”Kavita langsung menatap Ezra dengan tidak terima. “Kamu ...!”“Sudahlah, tidak perlu marah-marah.” Ezra kembali menarik Kavita menurut rak lainnya untuk melihat koleksi-koleksi baju tidur untuk segala usia.“Pak, saya mau beli ....”“Ngomong saja ke kasir sambil bawa baju yang kamu pilih,” jawab Ezra datar. “Nanti saya yang bayar.”Kavita mendesis tidak suka. “Kamu membuang-buang uang demi pelakor ini, luar biasa.”Ezra melirik Kavita dengan isyarat untuk menyuruhnya d
Baca selengkapnya

188 S2: Mewariskan Suami Miskin

“Kalau kamu ikut, kamu pasti emosi jiwa melihatnya. Yura itu sama sekali tidak punya malu.” “Ya iyalah Vit, kalau dia punya malu mana mungkin sih dia jadi pelakor? Eh iya, apa yang Pak Ezra dapatkan memangnya?” “Kalau tidak salah nomor yang digunakan Deryl, Sis.” Mata Siska membulat. “Jadi Deryl sudah bisa dihubungi?” “Aku tidak tahu pasti, yang jelas Ezra bilang kalau Yura mengaku ditelepon Deryl.” “Yah, aku harap ini jadi langkah terakhir kita sebagai upaya menemukan Deryl. Aku tidak tahu pasti apakah dia terlibat dalam kejadian kamu dulu, tapi semuanya akan jelas seandainya dia muncul.” “Itu dia, aku juga tidak tahu apa-apa. Juga alasan kenapa aku diserang ... apakah memang begitu cara bersaingnya para pengusaha?” Siska mengangkat bahu. “Tapi ... Deryl kan bukan pengusaha, atau jangan-jangan Yura yang suruh?” Kavita menyipitkan kedua matanya. “Apa motif Yura menyuruh Deryl mencelakai aku?” “Karena kamu sudah mewariskan suami miskin buat dia,” jawab Siska sambil tertawa. “
Baca selengkapnya

189 S2: Hidangan Sebelum Tidur

Ezra yang tadinya siap emosi, perlahan hatinya melunak. Dia harus paham bahwa Kavita bukanlah perempuan kebanyakan yang suka menghamburkan uang suami, dia tahu bagaimana caranya menghargai uang. Karena sejatinya mendapatkan uang tidaklah semudah itu dan Kavita sudah membuktikannya. “Kamu bisa menggantinya dengan sesuatu yang lain,” celetuk Ezra. “Apa?” Alis Kavita terangkat. “Sesuatu yang lain ....” “Iya, apa?” Ezra berdecak karena Kavita pura-pura tidak paham arah pembicaraan mereka. “Oh, saya tahu! Pasti kamu minta itu.” “Ya?” “Nasi goreng yang biasanya kan?” tebak Kavita yakin. “Tapi ... masa belanjaan sebanyak ini mau ditukar nasi goreng, saya harus membuat menu ini sampai berapa bulan?” “Terserah, sekalian saja kamu buka restoran biar puas!” ketus Ezra sambil meraih ponselnya dan menghitung sesuatu. “Sekian ribu porsi nasi goreng kalau sanggup, ini.” Mata Kavita sontak membulat sempurna. “Terus apa kalau tidak mau nasi goreng?” tanya Kavita lagi. “Dibahas besok saja de
Baca selengkapnya

190 S2: Saya Ingin Dipeluk Sebentar

Kavita menatap undangan yang tergeletak di meja kerja Ezra, dia langsung ingat dua insiden yang dialaminya ketika datang ke kediaman keluarga Danadyaksa. Pertama, hampir tenggelam di danau dan yang kedua jadi korban aniaya Monic. “Kita tidak perlu datang kalau kamu tidak mau,” kata Ezra yang melihat kebisuan Kavita. “Saya justru berpikir sebaliknya.” “Maksud kamu?” Kavita menarik napas, perlahan wajahnya berubah murung. “Sampai detik ini, saya masih dendam kepada Shadan. Saya masih ingat betul bagaimana dia ... menyembunyikan saya di ruangan itu ... dia membunuh janin saya ... membuat saya keguguran ... saya tidak akan pernah memaafkan dia ....” Kavita memejamkan matanya, lalu mengerjab pelan kemudian menatap Ezra. “Kamu senang anak kita gugur, kan? Sejak awal, kamu juga tidak menginginkan janin ini tetap hidup.” Ezra menggeleng perlahan. “Saya tidak pernah menginginkan anak kita pergi dengan cara seperti ini, Kavita ....” “Apa bedanya, kamu tetap ingin supaya janin ini digugu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1718192021
...
27
DMCA.com Protection Status