Semua Bab Gairah Terpendam Suami Kontrak : Bab 161 - Bab 170

264 Bab

161 S2: Aku Terpaksa Melakukan Ini

“Iya, mau sampai kapan kamu menyembunyikan dia di sana?” tanya Monic ingin tahu. “Masalahnya akan runyam kalau sampai keberadaan ruangan kamu itu diketahui ayah atau mungkin OB yang setiap hari bersih-bersih.” Shadan berpikir sebentar, dia teringat dengan Pasha yang beberapa hari lalu mengetahui keberadaan pintu itu dan sempat bertanya macam-macam kepadanya. “Tidak perlu bingung, karena mereka tidak akan mungkin berani masuk tanpa izin dariku.” “Tapi tidak ada salahnya kalau kamu waspada!” decak Monic tidak sabar. “Apalagi cuma kamu yang tahu rencana apa yang saat ini sedang kamu susun, payah.” “Jangan sebut aku payah, enak saja!” dengus Shadan tidak terima. “Aku tetap akan mempertimbangkan pendapat kamu tadi, tidak ada salahnya jaga-jaga. Daripada keberadaan dia diketahui orang, aku harus melakukan sesuatu.” “Bagus, habisi saja dia kalau perlu.” “Aku tidak sekejam itu, Mon.” Setelah selesai mengobrol, Shadan mengakhiri sambungannya dengan Monic. Aku harus bertindak lebih cepat
Baca selengkapnya

162 S2: Memaksanya untuk Buka Mulut

Aku akan lebih leluasa mencari Kavita, pikir Pasha.“Monic bagaimana kabarnya?” tanya Pasha basa-basi.“Dia rewel sekali,” jawab Shadan sambil terkekeh. “Suka marah-marah dan tambah sentimen sejak hamil, kadang-kadang aku kasihan sama suaminya ....”“Paling tidak Dicky jauh lebih sabar daripada kamu,” timpal Pasha.Shadan mengangguk membenarkan, dia meraih ponsel dan segera menghubungi Monic. Pasha dengan tenang berusaha menunggu supaya tidak terlihat mencurigakan.Dia harus bisa menunjukkan kepada Shadan kalau dirinya terdesak dan terpaksa melakukan cara yang sangat dihindarinya ini.“Kenapa wajahmu begitu?” tanya Shadan heran setelah dia selesai menelepon. “Masih kepikiran?”Pasha mengangguk dengan wajah muram. “Atau ... aku batalkan saja, aku akan mengajukan pinjaman ke bank ....”Kening Shadan berkerut. “Kalau cara kamu seperti itu, sama saja artinya dengan kamu mempermalukan orang tua kamu. Memangnya mereka tidak bisa bantu?”Pasha mengangkat bahu. “Aku sudah dewasa, aku
Baca selengkapnya

163 S2: Orang yang Merusak Keluarga

“Jangan gegabah, Zra!” cegah Pasha. “Kita sudah sepakat untuk menyelidiki Shadan pelan-pelan, jadi jangan berubah arah seperti ini!” “Aku berubah arah juga karena Kavita tidak ada di ruangan privasi Shadan kan?” tukas Ezra tidak sabar. “Kalau begitu biar aku yang akan memaksanya buka mulut.” “Tapi, Zra ...!” Ezra lantas menutup sambungan teleponnya sebelum Pasha selesai bicara. Dia tentu sudah tidak bisa bersabar lagi, bahkan ketika pihak kepolisian mengaku masih berusaha mencari keberadaan orang-orang yang terlibat dalam menghilangnya Kavita. “Saya ada urusan penting akhir-akhir ini, jadi saya minta kamu dan Reni saling bantu untuk mengambil alih pekerjaan saya.” Ezra berpesan kepada Tantri. “Baik, Pak.” “Kalau Pasha datang ke sini, kamu bisa minta tolong dia untuk menggunakan ruangan saya.” Ezra menambahkan, dan Tantri menganggukkan kepalanya tanpa banyak pertanyaan. Setelah memastikan bahwa sekretarisnya sudah memahami seluruh instruksi, Ezra pergi meninggalkan kantor untuk m
Baca selengkapnya

164 S2: Mau Kamu Apakan Dia?

Kavita belum sempat menjawab karena Monic menoyor keningnya dengan keras.“Kamu malah menikah sama Ezra! Di mana otak kamu, ha? Di mana, sialan!”Monic tiba-tiba marah dan menyerang Kavita dengan membabi buta.“Saya tidak tahu apa salah saya!” Kavita terduduk lunglai setelah Monic terus-menerus menyerangnya, ditambah lagi kondisinya yang sedang berbadan dua. “Mau tahu salahmu di mana?”“Tidak, karena apa pun yang ada pada diri saya, menurutmu pasti salah semua ...” ucap Kavita lirih.“Itu sadar diri!” tunjuk Monic lagi.Kavita sangat tidak suka ditunjuk-tunjuk seperti itu, tapi untuk melawan Monic pun dirinya sudah merasa terlalu lelah. Kondisi kehamilan ini sangat tidak menguntungkan baginya sekarang, berbeda dengan Monic yang jauh lebih berenergi karena umur kehamilan yang sudah lama.“Aku akan usul ke kakakku supaya dia melempar kamu di tengah hutan belantara biar Ezra tidak lagi menemukan kamu,” sambung Monic dengan seringai licik di wajahnya, sangat mirip dengan seringai
Baca selengkapnya

165 S2: Ezra Tidak Akan Menemukan Kamu

“Kembalikan saya ke suami saya, Ezra.”Shadan tiba-tiba menginjak gas dengan gila-gilaan, membuat mobil yang mereka tumpangi melaju kencang di tengah padatnya kendaraan.“Kamu gila? Kamu mau bunuh diri?” Kavita histeris.“Bunuh anak Ezra lebih tepatnya!”“Tidak, stop!”Shadan tidak peduli, dia terus mengemudi tanpa memikirkan kepentingan orang-orang sesama pengguna jalan. Dia tidak segegabah itu ingin menghabisi siapa pun yang menghalangi langkahnya, tapi hanya ingin menggertak Kavita saja supaya tidak membuat keributan.Setelah puas mengemudi gila-gilaan seperti orang kerasukan, Shadan mengurangi kecepatan mobilnya.“Kamu ... membuat saya ... semakin mau ... muntah ...” keluh Kavita lagi, dia paksa dirinya untuk menahan rasa mual karena perutnya yang bergolak hebat.“Apa sih, tidak usah berlebihan!” tukas Shadan. “Ini belum seberapa, jadi jangan manja.”“Ya, terserah ... saya akan muntah ... di sini ....”“Jangan gila kamu!” Shadan meradang dan mengincar pinggiran jalan yan
Baca selengkapnya

166 S2: Firasatku Tidak Pernah Salah

“Masuk!” bentak Shadan lagi sambil mendorong Kavita hingga perutnya membentur kursi penumpang dengan keras. Dia terbelalak ketika Kavita memekik tertahan, lalu tidak lama setelah itu keluar cairan merah yang membasahi kakinya. Shadan tidak mengira jika tenaganya terlalu berlebihan saat mendorong Kavita tadi, sedangkan dia tidak berniat untuk melenyapkan anak Ezra secepat itu. “Ceroboh!” rutuk Shadan, mau tidak mau dia harus bertindak dengan mengubah arah tujuan mereka. Kavita bersandar lemas di bodi mobil, dia bisa merasakan sesuatu yang basah itu masih merembes. Wajahnya semakin pucat di tengah rasa sakit yang mendera, hingga dia tidak mampu lagi mempertahankan kesadaran dirinya. “Merepotkan!” Shadan terus mengumpat saat dia harus putar arah untuk menuju rumah sakit terdekat. Seandainya Kavita bukanlah senjata untuk menghancurkan Ezra, tentu dia lebih memilih membayar orang untuk mengurus Kavita. Namun, rencana sudah telanjur berantakan. Mau tak mau Shadan harus tetap membawa Ka
Baca selengkapnya

167 S2: Aku Selalu Mengawasi Kamu

Logikanya jika Shadan kecelakaan, pasti Monic sudah heboh sejak awal Ezra datang. “Kemungkinan masih ditangani di IGD, Pak. Lurus saja,” imbau petugas itu. Ezra langsung bergegas pergi menuju IGD. Selang beberapa detik setelahnya, Shadan muncul dari arah berlawanan. “Cari siapa, Pak?” Salah seorang petugas medis menanyai Ezra yang tampak kebingungan. “Saya ... saya sedang mencari korban ibu hamil yang mengalami pendarahan,” jawab Ezra terus terang. “Saya dengar di depan sana tadi kalau ada pasien hamil yang sedang ditangani.” “Anda siapanya pasien, Pak?” “Saya suaminya, jadi di mana pasien itu?” tanya Ezra tidak sabar. “Saya mau melihatnya langsung untuk memastikan ....” “Tenang, Pak. Untuk kasus ibu hamil sudah mendapatkan perawatan intensif, Anda tidak perlu khawatir.” “Kalau begitu di mana ruangannya? Saya harus memastikan pasien itu istri saya atau bukan!” Ezra nyaris frustrasi, dia merasa ada yang aneh dengan mobil Shadan. Dia nyaris oleng karena staminanya sedang tidak
Baca selengkapnya

168 S2: Aku Akan Ikuti Permainanmu

Kavita mengangguk dan tidak berkata apa-apa.“Kenapa kamu ikut keluar?” tegur Pasha. “Seharusnya kamu di dalam, temani Kavita ....”“Apa menurut kamu, dia sudah tahu kalau dirinya keguguran?” potong Ezra segera.“Kelihatannya belum, Zra. Apa kamu berencana untuk memberi tahu Kavita sekarang?”Ezra tidak menjawab, dia sendiri bimbang harus memberi tahu Kavita atau tidak. Ada rasa khawatir jika istrinya akan merasa curiga atau justru menuduh yang bukan-bukan.“Kamu lihat mobil Shadan?” tanya Ezra mengalihkan topik. “Ya, tapi aku Cuma lihat sekilas karena takutnya Shadan tiba-tiba muncul.” “Apa pendapat kamu soal darah di pintu mobil itu?” Pasha berpikir sebentar. “Ini Cuma dugaan aku, tapi ... kemungkinannya ada dua. Shadan datang ke sini karena kecelakaan, atau dia justru mengantar orang korban kecelakaan.”Ezra menatap Pasha dengan tatapan menyipit.“Bagaimana caranya kita membuktikan salah satu dari dua kemungkinan itu? Menginterogasi Shadan? Mana mau dia bicara jujur. S
Baca selengkapnya

169 S2: Tidak Berhenti Membalaskan Dendam

“Pasti orang itu, apa dia membawa teman?” tanya Shadan menyelidik. “Tidak Bos, dia sendirian.” Bagus! Shadan berkata puas dalam hati. Untuk sementara dia akan bermain halus sambil menunggu tindakan yang akan dilakukan Ezra. “Kavita!” Miranti menyambut kedatangan Kavita dengan rona muka bahagia, dia peluk istri cucunya dengan begitu erat. “Nenek apa kabar?” “Seharusnya nenek yang bertanya seperti itu sama kamu! Ke mana saja kamu selama ini?” Kavita diam, dan Ezra segera menengahi. “Nek, Kavita harus istirahat karena aku menemukannya di rumah sakit ....” “Oh ya? Kalau begitu suruh dia istirahat, Zra! Kita ngobrol lagi kapan-kapan ya?” Miranti menatap Kavita yang menganggukkan kepalanya. “Maaf ya, Nek?” “Tidak apa-apa, kesehatan kamu juga lebih penting.” Kavita lantas meneruskan langkahnya menuju kamar diiringi Ezra yang berjalan di belakangnya tanpa bicara sepatah kata pun. “Saya minta kamu jujur.” Setibanya di kamar, Kavita berbalik dan menatap Ezra dengan dalam. “Soal a
Baca selengkapnya

170 S2: Kontrak Pernikahan Seumur Hidup

“Saya minta kontrak ini diperpanjang lagi kalau begitu,” kata Ezra tanpa ragu. “Saya tetap akan mempertanggungjawabkan status saya sebagai suami.”“Tapi saya ....”“Tidak ada tapi-tapi, lebih baik kamu istirahat. Setelah itu kita bisa bicara lagi.”Melihat ketegasan Ezra, Kavita tidak ingin berdebat lagi. Dia lelah setelah satu mingguan Shadan membatasi kebebasannya, belum lagi Monic yang berusaha memberi serangan tanpa peduli pada kondisinya yang sedang berbadan dua.“Ezra, apa yang sebetulnya terjadi sama Kavita?” Miranti melontarkan pertanyaan itu setiap kali bertemu dengan cucunya.“Nenek tidak perlu khawatir, aku bisa mengatasinya.”“Nenek tidak bertanya apakah kamu bisa mengatasinya atau tidak, tapi nenek tanya apa yang sebetulnya terjadi?” tegas Miranti karena Ezra terus saja menghindar untuk menjawab pertanyaan itu.“Nek, aku cuma tidak mau Nenek jadi banyak pikiran. Percaya saja sama aku, aku pasti bisa ....”“Bisa apa? Kenyataannya Kavita kena penyerangan di depan ma
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1516171819
...
27
DMCA.com Protection Status