Home / Romansa / Gairah Terpendam Suami Kontrak / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Gairah Terpendam Suami Kontrak : Chapter 141 - Chapter 150

264 Chapters

141 S2: Sepertinya Kamu Sudah Kalah

Kavita nyengir. “Aku akan jadi perantara kamu, dengan membujuk Pak Pasha supaya mempercepat pernikahan kalian ....” “Vita!” Satu bulan kemudian, pernikahan Pasha dan Siska akhirnya digelar. Kavita dan Ezra sama-sama hadir untuk ikut merayakan hari bahagia mereka, tidak terkecuali Shadan dan keluarganya yang juga hadir menjadi tamu kehormatan. Di ruang rias pengantin, Kavita sedang menunggui Siska yang masih berdandan dibantu oleh tim juru rias yang kini tengah mengepungnya. “Kamu cantik sekali, Sis.” Kavita berkata kagum saat melihat pantulan wajah Siska di cermin. “Pantas aja Pak Pasha dan Roni tidak bisa mengalihkan wajahnya sedikitpun dari kamu.” “Memangnya kamu tahu?” sahut Siska yang justru merasa kurang percaya diri. “Aku sendiri tidak ngerti apa yang mereka lihat dari aku.” Itu adalah jawaban paling jujur dari Siska. Jika alasannya adalah kecantikan fisik semata, di luar sana bertebaran wanita-wanita yang lebih cantik dan tentunya menggoda. Namun, kenyataannya Roni malah
Read more

142 S2: Sesuatu yang Sudah Aku Buang

“Tumben kamu pucat, Vit? Sakit?” komentar Sofi yang baru saja membuat kopi.“Tidak kok, cuma agak capek saja. Mungkin aku terlalu lama duduk,” jawab Kavita dengan wajah letih.“Bikin teh dulu sana, serius itu pucat sekali kamu!”Kavita mengangguk saja dan berdiri meninggalkan ruang satu grupnya.“Akhir-akhir ini aku memang agak capek,” gumam Kavita sambil menyeduh teh. “Padahal kerjaan juga sama saja setiap harinya ....”Dia menyeruput tehnya sedikit dan perlahan merasakan kepalanya berkunang-kunang, karena itu dia urung menghabiskan tehnya dan memilih segera kembali ke ruang kerja.“Wah, langsung habis tehnya!” komentar Sofi ketika Kavita muncul dengan tangan kosong. “Bagaimana, sudah enakan?”Kavita menggeleng sambil meringis. “Yang ada malah pusing.”Sofi mengernyit ketika Kavita duduk sambil meletakkan kepalanya di meja.“Masuk angin mungkin, Vit. Kebanyakan lembur sama Pak Ezra nih!”“Sofiii, jangan bahas soal itu ...” tegur Kavita dengan mata terpejam. “Serius ini kepa
Read more

143 S2: Berharap Kavita Tidak Mengandung

Begitu selesai, Ezra heran sekali melihat pintu lemari pakaiannya yang terbuka. Ketika dia mendekat, dilihatnya Kavita sedang duduk bersandar di lantai sembari memeluk piyama itu dengan mata terpejam.“Kavita?” panggil Ezra khawatir sambil mengguncang bahu istrinya. “Jangan tidur di sini ... Kavita!”Mendengarkan namanya dipanggil berulang-ulang, Kavita menggeliat perlahan dan menatap Ezra dengan lesu.“Ini piyama kamu, saya sudah ngantuk ...” Dia menyerahkan piyama itu kepada Ezra, kemudian merebahkan diri di tempat tidur untuk melanjutkan mimpi yang bahkan belum dimulai.“Ezra!” panggil Miranti keesokan harinya sebelum sang cucu berangkat kerja.“Ada apa, Nek?” “Mana Kavita?”“Masih di kamar, kelihatannya dia tidak enak badan.”Miranti mengangguk, ekspresi wajahnya menyiratkan sesuatu.“Nenek lihat Kavita agak pucat, apa dia sakit?”“Aku sendiri tidak mengerti, Nek. Akhir-akhir ini dia agak aneh, katanya tidak napsu makan dan gampang capek.” Ezra menjelaskan.“Apa kamu t
Read more

144 S2: Jika Kehamilannya Tetap Dipertahankan

“Halo?” “Masih antre lama?” tanya Kavita lemas. “Saya capek nunggu di sini, saya susul kamu saja ya?” “Tunggu sebentar, habis ini saya selesai kok!” “Tidak apa-apa, saya susul saja ke apotek sekalian kita pulang. Tunggu di sana, ya!” Di sisi lain, Ezra yang baru saja menjawab telepon Kavita, mendadak panik. Aku harus cepat, pikirnya. Beberapa saat berlalu, Kavita masih celingukan mencari arah ke apotek. Ketika sudah ketemu, dia masih harus mencari keberadaan Ezra di antara orang-orang yang yang ada di sana. “Harus ditelepon lagi nih,” gumam Kavita sambil mengeluarkan ponselnya. “Kita pulang sekarang!” Ezra muncul dan langsung menepuk bahu Kavita. “Selalu saja bikin kaget, vitaminnya sudah ditebus?” Ezra mengangguk dan segera membawa Kavita berlalu dari rumah sakit. “Kamu percaya tidak sih, ini seperti takdir!” celoteh Kavita selama dalam perjalanan pulang menuju rumah. “Kamu percaya?” Ezra yang sedang fokus menyetir, hanya mengangkat bahu. “Kamu ini aneh ya, kenapa kelihat
Read more

145 S2: Kamu Mau Saya Disudutkan?

“Hal itu legal kalau ada hubungannya sama nyawa ibu hamil itu sendiri!” balas Ezra dengan wajah pias. “Saya bukannya kejam, saya juga tidak ingin hal ini terjadi ... Andai saja waktu bisa diputar kembali, saya tidak akan seceroboh itu menyentuh kamu.” Kavita langsung mundur beberapa langkah menjauhi Ezra, wajahnya shock berat. “Tidak ... saya tidak bisa menggugurkan kandungan ini, saya akan tetap mempertahankannya ....” “Kamu masih bisa hamil lagi, tapi tidak sekarang!” Ezra berkeras. “Saya tidak bisa membiarkan situasi yang lebih sulit seandainya kehamilan kamu tetap dipertahankan, saya tidak bisa kalau harus memilih antara kamu atau anak kita.” Kavita seketika merosot ke lantai, lalu menutupi wajahnya dengan tangan. “Saya ... akan tetap mempertahankan kehamilan ini apa pun yang terjadi,” ucap Kavita dengan suara bergetar. “Saya tidak peduli apa pun risikonya ....” Ezra menarik napas. “Kamu masih bisa hamil lagi kalau kondisinya sudah aman, yang penting adalah ... apa yang coba
Read more

146 S2: Lebih dari Sekadar Istri Kontrak

Kavita menelan saliva dengan tenggorokan tercekat.“Kamu tetap tidak bisa menjamin ke depannya akan seperti apa, sekalipun kamu sangat ingin mempertahankan janin kamu.” Ezra menambahkan dengan wajah muram.“Tidak bisa menjamin ...?”“Bagaimana kalau kalian berdua tidak selamat?” tanya Ezra dengan berat hati. “Saya akan merasa sangat bersalah seumur hidup saya ....”Kavita menyeka kedua matanya yang basah. Dia mungkin sanggup berpisah dari Ezra karena sejak awal menyadari bahwa mereka hanyalah pasangan kontrak saja, tapi dia tidak akan sanggup kalau harus berpisah dengan janinnya yang masih bertumbuh di dalam rahimnya.Ibarat nyawa pun akan Kavita korbankan demi kehidupan si jabang bayi.“Kamu ... boleh membuat pilihan,” ucap Kavita lirih. “Pilih anak kita, biarkan dia tumbuh dengan baik ....”“Tidak,” kata Ezra tegas. “Saya tidak bisa memilih, tapi sekarang bisa.”Kavita menarik napas berat, dadanya terasa sesak membayangkan janinnya akan diluruhkan.“Dia masih terlalu kecil,
Read more

147 S2: Menggantungkan Hasilnya dari Keajaiban

“Aku cuma hamil untuk sementara,” lirih Kavita. “Maksud kamu?” “Kehamilan aku ini tidak akan bertahan lama.” Siska terbelalak, tapi dia segera ingat dengan ucapan Ezra yang mengatakan kalau Kavita sedang dalam kondisi yang tidak begitu baik. “Jangan bilang seperti itu, Vit!” Siska menggelengkan kepalanya. “Mungkin karena ini pertama kalinya kamu hamil, jadi kamu merasa cemas, takut, dan khawatir berlebihan ... tidak apa-apa, Vit.” Siska membelai punggung Kavita dengan penuh perhatian. “Kamu rileks saja dan jalani kehamilan kamu dengan tenang, oke?” Kavita menggeleng. “Kamu tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, Sis ....” Di dalam ruang kerjanya, Ezra sedang berbincang dengan Pasha soal klien bernama Adam yang pernah Shadan coba pengaruhi supaya beralih ke perusahaannya. “... kelihatannya siapa yang punya uang, maka dia yang memutuskan!” “Sepertinya begitu, karena Pak Adam kadang bisa berubah pikiran meskipun sulit ....” “Aku tidak pernah mau menikung bagian orang, tapi beda
Read more

148 S2: Hasil dari Second Opinion

“Betul, aku setuju sama istri aku. Kesannya memang seakan kita ini sedang menguji nasib, sedangkan yang sesungguhnya kita lakukan adalah mencari tahu kebenaran di balik opsi itu.” Ezra menatap Siska. “Mungkin kamu bisa membujuknya? Dia telanjur menganggap saja kejam soalnya ....” “Saya mengerti, Pak.” Siska mengangguk dan segera kembali ke kamar Kavita yang ternyata sudah kosong. “Vita hilang, Pak!” Siska muncul di ruang kerja Ezra dengan wajah panik. “Hilang? Maksud kamu?” “Saya tadi ke kamarnya dan Vita tidak kelihatan di sana, sudah kosong tidak ada siapa-siapa!” “Siska, pelan-pelan bicaranya.” Pasha menyela. “Mungkin Kavita sedang di toilet, bisa jadi kan?” Siska terdiam, membuat Ezra langsung pergi meninggalkan meja kerjanya. “Sudah kamu periksa dengan teliti belum?” tanya Ezra sembari berjalan cepat memimpin kedua orang di belakangnya. “Belum sempat, Pak ... Maaf, saya keburu panik tadi ...” ucap Siska tidak enak, dan Pasha menganggukkan kepala tanda mengerti situasi yan
Read more

149 S2: Hubungannya Sama Istri Ezra

“Dokter yang kamu cari sudah oke?” Kali ini Ezra yang bertanya. “Tentu saja, ayo ikuti aku.” Pasha memutar tubuhnya dan memimpin langkah mereka menuju poli ibu dan anak. Sementara itu dari arah yang berlawanan, terlihat Monic ditemani suaminya berjalan mendekat menuju bagian informasi. “Kenapa kita tidak ke klinik saja sih? Di sini terlalu ramai!” keluh Monic dengan raut wajah tidak senang. “Aku justru lebih suka di rumah sakit besar daripada klinik, Sayang. Sudahlah, nurut saja. Itu katanya perut kamu suka kram?” Monic tidak menjawab dan hanya menampakkan ekspresi cemberut di wajahnya. Dia terbiasa dengan pelayanan klinik yang bersifat privasi karena jumlah pasien yang terbatas. Berbeda dengan rumah sakit besar yang ramai dikunjungi banyak orang dan terkesan lebih sesak dari lautan manusia. “Ini anak jangan bikin susah ibunya kenapa?” gerutu Monic sambil mengusap-usap perutnya sementara sang suami mengurus pendaftaran dan macam-macam lagi. “Sudah bagus aku belajar perusahaan sua
Read more

150 S2: Tidak Perlu Memikirkan Keselamatan Saya

“Sekarang ... apa keputusan kamu?” tanya Kavita dengan suara bergetar setelah mereka keluar dari ruangan konsultasi. “Apakah ... kamu akan tetap ... menggugurkan anak ini?” Ezra duduk dan tidak segera menjawab, kebisuannya itu lantas membuat Kavita sudah bisa menebak apa yang akan terjadi. “Jadi keputusan kamu tetap tidak berubah ya,” komentar Kavita, dia ikut duduk di samping Ezra dan menarik napas panjang. “Saya harap kamu memaklumi situasi saya saat ini,” balas Ezra tanpa memandang Kavita. “Saya tidak mungkin membiarkan kamu mengambil risiko sebesar itu, jadi ....” “Kalau begitu ceraikan saya,” pinta Kavita. “Lalu saya akan pergi jauh, dengan begitu kamu tidak perlu memikirkan keselamatan saya ataupun janin yang ada dalam kandungan saya ini.” Ezra menoleh dan terperangah tidak percaya. “Cerai, kamu bilang?” “Ya ....” “Lalu saya membiarkan kamu pergi dengan membawa serta risiko itu sendirian?” sela Ezra tidak setuju. “Saya tidak sekejam itu, Kavita.” “Kalau begitu pertahank
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
27
DMCA.com Protection Status