Semua Bab Gairah Terpendam Suami Kontrak : Bab 121 - Bab 130

264 Bab

121 S2: Minta Pertanggung Jawaban

“Jangan sembarangan bicara!” gertak Ezra. “Aku tahu kalau kamu yang mencelakai istriku!” “Kakakku dari tadi ada bersamaku, Zra.” Monic menyela. “Kalau kamu mau fitnah orang, setidaknya tunjukkan bukti.” Ezra beralih menatap Monic yang bersikap lebih kalem daripada biasanya. “Aku punya alasan kuat kenapa mencurigai kalau kakak kamu yang mencelakai istri aku.” “Tapi Shadan memang bersama kami sejak tadi,” tukas Monic. “Bagaimana caranya dia mencelakai istri kamu yang bahkan kami tidak mengenalnya sama sekali.” Ezra mengepalkan tangannya. Mereka benar, dia tidak punya bukti sehingga Shadan bisa dengan mudah berkelit dari tuduhannya. “Sudah paham?” Shadan memandang Ezra dengan tatapan mencemooh. “Kalau sudah, cepat singkirkan mobilmu dari hadapanku. Jangan mimpi kalau kami akan menerima kamu di sini.” Ezra balas menatap Shadan. “Tenang saja, aku juga merasa diriku terlalu berharga untuk tetap berada di sini. Dan satu lagi, cepat atau lambat aku akan menemukan bukti bahwa kamu terliba
Baca selengkapnya

122 S2: Kenapa Dia Belum Bangun Juga?

Deryl tentu saja tidak menolak peluang emas yang dengan rela hati diberikan istrinya. Dengan satu lompatan saja mereka berdua sudah berpindah tempat ke peraduan untuk menuntaskan gelora yang sudah menggebu-gebu ingin segera mereka selesaikan.“Karin, uang sekolah kamu bagaimana?”Ibu mendatangi anaknya yang sedang belajar di kamar.“Sudah dibereskan sama Kak Deryl, Bu.” Karin memberi tahu. “Kenapa?”“Ibu cuma ... heran kok kakak kamu tiba-tiba bisa punya banyak uang?”“Bukankah bagus, Bu? Itu artinya Kak Deryl membuktikan ucapannya untuk memperbaiki finansial keluarga, aku jadi nggak harus kerja kayak dulu lagi ....”Ibu Deryl mengangguk saja, meskipun hatinya merasa ada yang tidak beres dengan pencapaian yang telah diraih sang putra.“Ibu kenapa? Nggak senang sama keberhasilan Kak Deryl?” tanya Karin yang bisa melihat sorot mata berbeda dari ibunya. “Bukan begitu, tapi ... apa tidak terlalu aneh kalau tiba-tiba kakak kamu dapat uang banyak sampai bisa membeli rumah sebesar i
Baca selengkapnya

123 S2: Cuma Ezra yang Dia Miliki

Ezra mengangguk. “Saya akan melakukannya supaya dia terstimulasi dan segera sadar kembali, tapi persentase harapan hidup istri saya masih ada kan?”Dokter tidak menggeleng ataupun mengangguk.“Keajaiban itu akan selalu ada bagi yang percaya kepadanya,” ucap dokter itu. “Saya dan tim akan selalu berusaha sebaik mungkin, hasilnya semoga sesuai dengan harapan.”Ezra mengangguk dan tidak berkata apa-apa lagi.Setelah mengganti seluruh pakaiannya dengan baju yang disediakan oleh pihak rumah sakit, Ezra masuk ke ruangan Kavita dan langsung disambut oleh kesunyian yang menusuk hati.Segera diraihnya tangan Kavita dan Ezra genggam erat seolah ingin mengalirkan energi yang dia pendam selama ini.“Saya tidak akan pernah lupa,” ucap Ezra dari sudut bibirnya. “Saat pertama kalinya kamu datang ke saya untuk menawarkan sebuah kontrak pernikahan.”Ezra menarik napas sejenak untuk melanjutkan. “Awalnya saya pikir kamu aneh, menawarkan kontrak pernikahan kepada saya sementara saat itu kamu suda
Baca selengkapnya

124 S2: Saya Mencintai Kamu

“... ingat tujuan kita, Kavita. Rencana saya tidak akan terwujud tanpa kamu,” bisik Ezra dengan suara tercekat di samping istrinya yang terbaring diam. “Saya menunggu kamu, nenek juga ... dia sudah menganggap kamu seperti cucunya sendiri .....” Ezra kemudian berdiri, sedikit membungkukkan badannya dan mengecup kening Kavita lembut. “Saya ... mencintai kamu ....” Belum juga dirinya menegakkan diri, Ezra merasakan sesuatu menyentuh punggungnya sekilas, lalu terkulai hingga menjulur ke samping melewati pembaringan. Ezra refleks berdiri dan menatap tangan Kavita yang berpindah posisi. “Kavita?!” Ezra menatap tak percaya selama beberapa detik, setelah itu dia cepat-cepat keluar ruangan untuk memberi tahu dokter yang menangani Kavita. “Ezra, kenapa kamu panik begitu?” Miranti sampai terkaget-kaget melihat tingkah cucunya. “Nanti aku ceritakan, Nek! Tunggu di sini, aku mau panggil dokter!” Miranti geleng-geleng kepala, dengan fisiknya yang sekarang tentu saja dia tidak bisa mengejar l
Baca selengkapnya

125 S2: Rahim Istri Saya Kenapa?

Shadan menurunkan ponselnya setelah selesai berbincang dengan seseorang. “Kenapa sama Pasha?” tanya Monic dengan kening berkerut. “Apa dia bikin masalah?” “Dia terlalu fokus mengurusi Ezra,” jawab Shadan dengan nada tidak puas. “Cuma karena akhir-akhir ini aku merasa dia kurang kompeten dan melimpahkan sebagian pekerjaan ke orang lain, jadi dia sering ke kantor Ezra.” Monic memegang ujung dagunya sembari berpikir. “Menurut aku, dia bisa saja punya rencana lain—siapa tahu kan?” “Rencana apa memangnya?” “Mencari perhatian Ezra, semacam dukungan.” Monic mengangkat bahu. “Bisa jadi,” sahut Shadan. “Aku ingat bagaimana Ezra membantu perusahaan Pasha sehingga bisa terpilih dalam kategori perusahaan berkembang di acara tender dulu ... Pintar juga Pasha, tapi dia tidak sadar sudah menciptakan jarak dengan keluarga besarnya sendiri.” Monic mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi. “Entahlah, tapi aku merasa kalau Pasha memang sedikit memihak Ezra. Kelihatan dari cara dia berinteraksi de
Baca selengkapnya

126 S2: Belum Bisa Melayani Kamu

Kavita mengangguk. “Mungkin Pak Ezra ditagih biaya perawatan rumah sakit yang pasti menggunung ....”“Jangan pikirkan soal itu, Ezra bukan orang susah.” Pasha mengingatkan sembari tersenyum singkat. “Apa pun akan dia lakukan untuk istrinya, Vit.”“Iya, Pak.” Kavita mengangguk.“Kamu mau pakai kursi roda, Vit?” tanya Siska sambil melangkah keluar untuk mencari benda incarannya.“Tidak usah, Sis. Kelihatannya aku cukup kuat untuk jalan ....”Siska menggeleng. “Kamu kan habis terluka parah, jadi sebaiknya kamu pakai kursi roda.”“Tapi, Sis.”“Saya setuju sama Siska,” timpal Pasha. “Saya akan minta kursi rodanya ke suster.”“Tidak perlu repot-repot, Pak Pasha!”“Saya tidak repot kok.”Kavita melirik ke arah Siska dengan tampang tidak enak, khawatir kalau-kalau sahabatnya itu salah paham.“Biar saja, Pak Pasha itu ringan tangan kok orangnya ....”“Jadi dia suka mukul kamu?” Kavita terbelalak.“Ringan tangan, suka membantu—bukan ringan tangan yang suka mukul orang!” sergah Sisk
Baca selengkapnya

127 S2: Kejelasan Tentang Ibu Mertua

Ezra menarik napas. “Dengar Kavita, saya hampir saja kehilangan kamu saat nyawa kamu ada di ujung tanduk ... Apakah kamu ingin mengulangi hal yang serupa dengan menempatkan saya di posisi yang sama?” “Saya kan cuma kerja di kantor, bukan di tempat orang lain.” Kavita masih berusaha membujuk, tapi Ezra tetap tidak memberinya izin untuk beraktivitas di luar rumah. “Kamu kelihatan jenuh,” komentar Miranti ketika berpapasan dengan Kavita di pembatas tangga. “Saya ingin bekerja lagi seperti dulu Nek, tapi ....” “Tapi Ezra pasti tidak memberi izin kan?” Kavita mengangguk. “Iya, padahal saya juga ingin membantunya untuk cari nafkah.” Betapa herannya Kavita ketika Miranti justru tersenyum geli mendengar jawabannya. “Kamu mau bantu Ezra mencari nafkah?” Wanita itu mengulang jawaban Kavita. “Iya, Nek.” “Kavita, tanpa bermaksud meremehkan kemampuan kamu selama ini, tapi Ezra tidak perlu kamu bantu. Sebagai suami, dia bisa mencukupi kebutuhan rumah tangga kalian termasuk anak kalian nanti
Baca selengkapnya

128 S2: Tidak Lagi Berselera Terhadapnya

“Setidaknya berbaringlah, jangan berdiri terus.” Ezra meraih pinggang Kavita dan memberinya kecupan singkat di kening. “Saya mau kerja lagi,” pinta Kavita saat Ezra menarik tangannya. “Saya jenuh di rumah ....” “Kamu masih harus istirahat,” potong Ezra tegas. “Ingat apa yang Dokter Chika katakan ....” “Memangnya Dokter Chika bilang apa lagi selain saya harus minum obat?” tanya Kavita ingin tahu. Ezra terdiam dan tidak segera menjawab. “Dokter Chika ... minta saya untuk lebih memperhatikan kamu,” jawab Ezra sembari membawa Kavita ke dalam dekapan, dia tidak pintar berkata-kata sehingga lebih memilih untuk mengungkapkan keinginannya lewat bahasa tubuh. Ezra berharap kalau Kavita mampu mengetahui niat baiknya tanpa harus banyak bertanya atau dijelaskan. Mendapati Ezra hanya diam, Kavita mengurungkan niatnya untuk berbicara lebih jauh. Dia bisa merasakan bagaimana detak jantung Ezra yang iramanya teratur, meski terasa ada banyak gejolak yang harus dipendamnya. Sejak percakapan mala
Baca selengkapnya

129 S2: Kamu Masih Menginginkan Anak?

“Saya tahu, lukanya saja sedalam itu. Tapi tidak masalah kalau saya lihat, biar saya bisa mencari rujukan dokter kulit yang bagus buat kamu.” Kavita berdiri ragu, tapi kemudian dia menyingkap bagian atas piyamanya dan menunjukkan bekas luka itu. Ekspresi wajah Ezra tidak berubah sama sekali saat dia melihatnya, hanya saja dia langsung menutupi kembali bekas luka itu dengan menurunkan piyama Kavita. “Sekarang tidurlah,” suruh Ezra dengan wajah letih. “Sibuk ya? Biarkan saya bantu-bantu di kantor,” pinta Kavita. “Kebetulan Pasha sudah kembali ke Danadyaksa Grup, tapi saya masih bisa mengatasinya karena ada Tantri dan Rena.” “Oh!” tanggap Kavita datar. Dia sudah lama kenal Tantri dan Reni yang sudah lama jadi sekretaris Ezra, tapi tetap saja rasanya cukup tak mengenakkan saat tahu bahwa posisi dirinya sebagai istri tidak bisa menggantikan posisi sekretaris di kantor. Mungkin perasaanku cuma sedang sensitif, pikir Kavita saat dia berbaring di samping Ezra. Tidak membutuhkan waktu y
Baca selengkapnya

130 S2: Undangan Pertunangan Monic

Kavita tidak segera menjawab, hal privasi yang ingin dia bahas terasa tabu meskipun untuk pasangan suami istri seperti mereka. “Apa kamu ... masih menginginkan anak?” Ezra langsung terpaku, seakan tidak siap dengan pertanyaan Kavita yang tiba-tiba membahas soal anak. “Itu ... bisa kita bicarakan lagi di lain waktu,” kata Ezra sambil menganggukkan kepalanya. “Yang terpenting adalah kesembuhan kamu dulu.” “Bukankah saya sudah sembuh?” sahut Kavita heran. “Ini cuma soal bekas luka yang belum bisa bilang sepenuhnya saja.” Ezra terdiam sebentar, raut wajahnya menunjukkan bahwa dia tidak ingin buru-buru berbicara. “Syukurlah kalau kamu sudah sembuh, tapi sebaiknya kita tunggu waktu yang tepat untuk melakukannya. Kebetulan Dokter Chika juga berpesan kalau kita tidak boleh buru-buru mengingat luka dalam yang ada di perut kamu ....” Kavita mengangguk singkat, berusaha memaklumi alasan logis yang dikemukakan oleh suami kontraknya itu. Yang ada di pikiran Kavita hanyalah durasi kontrak yan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1112131415
...
27
DMCA.com Protection Status