Kavita tidak tahu harus bersikap bagaimana. Jika menuruti napsu, tentu saja dia ingin sekali menjejalkan sepatu hak tingginya ke mulut runcing Monic. “Saya belum hamil, kenapa memangnya?” Ezra tercengang, tidak mengira kalau Kavita akan melontarkan jawaban sejujur itu. “Tidak kenapa-kenapa, tapi lucu juga kalau misalnya kita bisa hamil sama-sama!” Monic meneruskan ocehannya dengan santai, sama sekali tidak peka dengan situasi yang terjadi saat ini. “Silakan hamil duluan kalau memang kedua belah pihak sudah siap,” komentar Kavita, mencoba mengimbangi. “Percuma juga kalau cuma satu pihak yang berencana, tapi pihak lainnya belum sepakat soal itu—benar kan?” Ezra terperanjat saat Kavita menoleh ke arahnya. “Ya sudah kalau memang begitu, aku lihat kalian ini terlalu santai ... Menikah sudah berapa bulan, belum ada tanda-tanda hamil juga.” Monic masih bertingkah seakan sedang mengomentari cuaca yang tidak pasti. “Zra, jangan sampai kamu menyesal kalau aku duluan yang hamil, sementara
Read more