Beranda / Romansa / Gairah Terpendam Suami Kontrak / 139 S2: Apa Saya Punya Penyakit Menular?

Share

139 S2: Apa Saya Punya Penyakit Menular?

Penulis: Setia_AM
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Saya harus apa untuk menebus kesalahan semalam?” tanya Ezra sungguh-sungguh. “Saya tidak sadar kalau ... kalau saya kehilangan kendali dan menyiksa kamu.”

“Oh ya? Kamu mau menebus kesalahan kamu?”

“Ya! Katakan saja, akan saya lakukan ....”

“Kalau begitu ceraikan saya sekarang juga,” pinta Kavita masih tanpa memandang Ezra sedikit pun.

“Cerai?”

“Ya, cerai.”

Ezra menggeleng tak percaya.

“Kita tidak mungkin bercerai sekarang,” katanya lirih.

“Apa bedanya cerai sekarang atau nanti? Bukankah target dari pernikahan kontrak ini sudah mulai tidak jelas arahnya?” tukas Kavita dengan nada sedingin es.

“Saya tidak bermaksud untuk membuatnya tidak jelas, tapi saya melakukannya demi kebaikan kamu.” Ezra berusaha menjelaskan. “Saya rela menunda soal anak untuk sementara waktu, sampai kamu betul-betul dinyatakan sembuh sepenuhnya.”

Saat itulah Kavita baru bersedia memandang Ezra.

“Apa maksud kamu?”

Ezra terperanjat dengan mulut terkatup rapat.

“Apa saya punya penyakit menular yang saya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    140 S2: Tidak Dengan Perceraian

    Ezra menepuk bahu saudara sepupunya sambil tersenyum. “Siska setuju untuk mempertimbangkan lamaran ini, tenang saja,” katanya. “Kamu serius?” Tentu saja Pasha tidak percaya. “Yah, paling juga dia mempertimbangkan untuk menolak lamaran itu, aku tahu betul bagaimana karakter Siska.” “Yang penting dia tahu niat kamu,” ujar Ezra. “Aku cuma mencoba membuka jalan bagi kalian berdua ....” “Aku sangat berterima kasih, tapi kelihatannya tidak sesuai hasil yang diharapkan.” Pasha mengangkat bahu, jika dia ingat bagaimana teguhnya prinsip Siska selama. Sekali bilang tidak, maka seterusnya adalah tidak. “Kavita bagaimana?” tanya Pasha mengalihkan topik ketika melihat wajah keruh Ezra. “Sudah membaik.” Mendengar jawaban Ezra yang kurang meyakinkan, Pasha jadi mengurungkan niatnya untuk bertanya lebih jauh lagi. Setelah pekerjaan di kantornya selesai, Ezra langsung meminta Adya untuk mengantarnya ke rumah sakit. Kavita sedang duduk berbaring dan tidak memberikan sambutan apa pun ketika Ezr

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    141 S2: Sepertinya Kamu Sudah Kalah

    Kavita nyengir. “Aku akan jadi perantara kamu, dengan membujuk Pak Pasha supaya mempercepat pernikahan kalian ....” “Vita!” Satu bulan kemudian, pernikahan Pasha dan Siska akhirnya digelar. Kavita dan Ezra sama-sama hadir untuk ikut merayakan hari bahagia mereka, tidak terkecuali Shadan dan keluarganya yang juga hadir menjadi tamu kehormatan. Di ruang rias pengantin, Kavita sedang menunggui Siska yang masih berdandan dibantu oleh tim juru rias yang kini tengah mengepungnya. “Kamu cantik sekali, Sis.” Kavita berkata kagum saat melihat pantulan wajah Siska di cermin. “Pantas aja Pak Pasha dan Roni tidak bisa mengalihkan wajahnya sedikitpun dari kamu.” “Memangnya kamu tahu?” sahut Siska yang justru merasa kurang percaya diri. “Aku sendiri tidak ngerti apa yang mereka lihat dari aku.” Itu adalah jawaban paling jujur dari Siska. Jika alasannya adalah kecantikan fisik semata, di luar sana bertebaran wanita-wanita yang lebih cantik dan tentunya menggoda. Namun, kenyataannya Roni malah

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    142 S2: Sesuatu yang Sudah Aku Buang

    “Tumben kamu pucat, Vit? Sakit?” komentar Sofi yang baru saja membuat kopi.“Tidak kok, cuma agak capek saja. Mungkin aku terlalu lama duduk,” jawab Kavita dengan wajah letih.“Bikin teh dulu sana, serius itu pucat sekali kamu!”Kavita mengangguk saja dan berdiri meninggalkan ruang satu grupnya.“Akhir-akhir ini aku memang agak capek,” gumam Kavita sambil menyeduh teh. “Padahal kerjaan juga sama saja setiap harinya ....”Dia menyeruput tehnya sedikit dan perlahan merasakan kepalanya berkunang-kunang, karena itu dia urung menghabiskan tehnya dan memilih segera kembali ke ruang kerja.“Wah, langsung habis tehnya!” komentar Sofi ketika Kavita muncul dengan tangan kosong. “Bagaimana, sudah enakan?”Kavita menggeleng sambil meringis. “Yang ada malah pusing.”Sofi mengernyit ketika Kavita duduk sambil meletakkan kepalanya di meja.“Masuk angin mungkin, Vit. Kebanyakan lembur sama Pak Ezra nih!”“Sofiii, jangan bahas soal itu ...” tegur Kavita dengan mata terpejam. “Serius ini kepa

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    143 S2: Berharap Kavita Tidak Mengandung

    Begitu selesai, Ezra heran sekali melihat pintu lemari pakaiannya yang terbuka. Ketika dia mendekat, dilihatnya Kavita sedang duduk bersandar di lantai sembari memeluk piyama itu dengan mata terpejam.“Kavita?” panggil Ezra khawatir sambil mengguncang bahu istrinya. “Jangan tidur di sini ... Kavita!”Mendengarkan namanya dipanggil berulang-ulang, Kavita menggeliat perlahan dan menatap Ezra dengan lesu.“Ini piyama kamu, saya sudah ngantuk ...” Dia menyerahkan piyama itu kepada Ezra, kemudian merebahkan diri di tempat tidur untuk melanjutkan mimpi yang bahkan belum dimulai.“Ezra!” panggil Miranti keesokan harinya sebelum sang cucu berangkat kerja.“Ada apa, Nek?” “Mana Kavita?”“Masih di kamar, kelihatannya dia tidak enak badan.”Miranti mengangguk, ekspresi wajahnya menyiratkan sesuatu.“Nenek lihat Kavita agak pucat, apa dia sakit?”“Aku sendiri tidak mengerti, Nek. Akhir-akhir ini dia agak aneh, katanya tidak napsu makan dan gampang capek.” Ezra menjelaskan.“Apa kamu t

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    144 S2: Jika Kehamilannya Tetap Dipertahankan

    “Halo?” “Masih antre lama?” tanya Kavita lemas. “Saya capek nunggu di sini, saya susul kamu saja ya?” “Tunggu sebentar, habis ini saya selesai kok!” “Tidak apa-apa, saya susul saja ke apotek sekalian kita pulang. Tunggu di sana, ya!” Di sisi lain, Ezra yang baru saja menjawab telepon Kavita, mendadak panik. Aku harus cepat, pikirnya. Beberapa saat berlalu, Kavita masih celingukan mencari arah ke apotek. Ketika sudah ketemu, dia masih harus mencari keberadaan Ezra di antara orang-orang yang yang ada di sana. “Harus ditelepon lagi nih,” gumam Kavita sambil mengeluarkan ponselnya. “Kita pulang sekarang!” Ezra muncul dan langsung menepuk bahu Kavita. “Selalu saja bikin kaget, vitaminnya sudah ditebus?” Ezra mengangguk dan segera membawa Kavita berlalu dari rumah sakit. “Kamu percaya tidak sih, ini seperti takdir!” celoteh Kavita selama dalam perjalanan pulang menuju rumah. “Kamu percaya?” Ezra yang sedang fokus menyetir, hanya mengangkat bahu. “Kamu ini aneh ya, kenapa kelihat

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    145 S2: Kamu Mau Saya Disudutkan?

    “Hal itu legal kalau ada hubungannya sama nyawa ibu hamil itu sendiri!” balas Ezra dengan wajah pias. “Saya bukannya kejam, saya juga tidak ingin hal ini terjadi ... Andai saja waktu bisa diputar kembali, saya tidak akan seceroboh itu menyentuh kamu.” Kavita langsung mundur beberapa langkah menjauhi Ezra, wajahnya shock berat. “Tidak ... saya tidak bisa menggugurkan kandungan ini, saya akan tetap mempertahankannya ....” “Kamu masih bisa hamil lagi, tapi tidak sekarang!” Ezra berkeras. “Saya tidak bisa membiarkan situasi yang lebih sulit seandainya kehamilan kamu tetap dipertahankan, saya tidak bisa kalau harus memilih antara kamu atau anak kita.” Kavita seketika merosot ke lantai, lalu menutupi wajahnya dengan tangan. “Saya ... akan tetap mempertahankan kehamilan ini apa pun yang terjadi,” ucap Kavita dengan suara bergetar. “Saya tidak peduli apa pun risikonya ....” Ezra menarik napas. “Kamu masih bisa hamil lagi kalau kondisinya sudah aman, yang penting adalah ... apa yang coba

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    146 S2: Lebih dari Sekadar Istri Kontrak

    Kavita menelan saliva dengan tenggorokan tercekat.“Kamu tetap tidak bisa menjamin ke depannya akan seperti apa, sekalipun kamu sangat ingin mempertahankan janin kamu.” Ezra menambahkan dengan wajah muram.“Tidak bisa menjamin ...?”“Bagaimana kalau kalian berdua tidak selamat?” tanya Ezra dengan berat hati. “Saya akan merasa sangat bersalah seumur hidup saya ....”Kavita menyeka kedua matanya yang basah. Dia mungkin sanggup berpisah dari Ezra karena sejak awal menyadari bahwa mereka hanyalah pasangan kontrak saja, tapi dia tidak akan sanggup kalau harus berpisah dengan janinnya yang masih bertumbuh di dalam rahimnya.Ibarat nyawa pun akan Kavita korbankan demi kehidupan si jabang bayi.“Kamu ... boleh membuat pilihan,” ucap Kavita lirih. “Pilih anak kita, biarkan dia tumbuh dengan baik ....”“Tidak,” kata Ezra tegas. “Saya tidak bisa memilih, tapi sekarang bisa.”Kavita menarik napas berat, dadanya terasa sesak membayangkan janinnya akan diluruhkan.“Dia masih terlalu kecil,

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    147 S2: Menggantungkan Hasilnya dari Keajaiban

    “Aku cuma hamil untuk sementara,” lirih Kavita. “Maksud kamu?” “Kehamilan aku ini tidak akan bertahan lama.” Siska terbelalak, tapi dia segera ingat dengan ucapan Ezra yang mengatakan kalau Kavita sedang dalam kondisi yang tidak begitu baik. “Jangan bilang seperti itu, Vit!” Siska menggelengkan kepalanya. “Mungkin karena ini pertama kalinya kamu hamil, jadi kamu merasa cemas, takut, dan khawatir berlebihan ... tidak apa-apa, Vit.” Siska membelai punggung Kavita dengan penuh perhatian. “Kamu rileks saja dan jalani kehamilan kamu dengan tenang, oke?” Kavita menggeleng. “Kamu tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, Sis ....” Di dalam ruang kerjanya, Ezra sedang berbincang dengan Pasha soal klien bernama Adam yang pernah Shadan coba pengaruhi supaya beralih ke perusahaannya. “... kelihatannya siapa yang punya uang, maka dia yang memutuskan!” “Sepertinya begitu, karena Pak Adam kadang bisa berubah pikiran meskipun sulit ....” “Aku tidak pernah mau menikung bagian orang, tapi beda

Bab terbaru

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    264 (TAMAT) S3: Mental Istri Ezra Terguncang?

    Sebagai ayah pun dia sudah berusaha untuk tidak menghujat takdir yang menimpa putri mereka. “Divta sayang, kamu melamun?”Kavita menunduk dan mendaratkan kecupan di atas kening putrinya yang berbaring di sampingnya.Kepada Divtara sedikit miring ke kanan meskipun Kavita sudah sering membetulkannya dengan perlahan.Setiap kali melihat paras cantik putrinya itu, hati Kavita teriris perih. Dia memiliki kekhawatiran tersendiri tentang masa depan Divtara, terlebih jika sang anak tampil di depan umum.“Ibu sayang kamu, kita hadapi sama-sama ya?” bisik Kavita dengan penuh cinta. Tangan kecil Divtara bergerak-gerak, dan Kavita lantas menghujaninya dengan ciuman bertubi-tubi di pipinya yang menggemaskan.“Anaknya Siska sudah sebesar apa, ya?” gumam Kavita setelah dia selesai menyusui anaknya.“Sebenarnya kapan hari itu Pasha menelepon, dia bilang kalau Siska ingin datang berkunjung.” Ezra memberi tahu. “Tapi aku bilang kalau kamu masih baby blues, jadi belum bisa menerima kunjungan u

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    263 S3: Kesabaran Ezra Sangatlah Terbatas

    “Bisa jadi penyebabnya karena belum bisa menerima kehadiran si kecil sepenuhnya ....” “Tidak, Dok. Kemarin-kemarin istri saya masih bersikap normal dan tetap memperlakukan putri kami dengan baik.” Dokter Amel berpikir sebentar. “Meskipun tidak semua ibu yang baru saja melahirkan mengalaminya, tapi kemungkinan baby blues bisa terjadi, Pak.” “Lalu bagaimana cara mengatasinya, Dok?” “Peran Bapak sangat penting untuk menjaga kestabilan mental Bu Kavita yang baru saja melahirkan, jangan biarkan istri Bapak merasa bersalah terkait dengan kondisi putrinya ....” Ezra mendengarkan penjelasan Dokter Amel dengan saksama. Kavita berubah menjadi pendiam sejak keributan yang terjadi di rumah sakit, Ezra sempat khawatir jika dia akan bersikap tak acuh terhadap putri mereka. Namun, ternyata dugaan buruk Ezra sama sekali tidak terbukti. Kavita tetap memperhatikan bayi mereka dengan penuh kasih sayang, sama sekali tidak terlihat mencurigakan. “Istirahatlah sebentar, kita gantian.” Ezra mengusap

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    262 S3: Aku Bisa Memiliki Suamimu

    “Dasar istri tidak berguna, ibu yang melahirkan anak cacat sama sekali tidak pantas untuk menyentuh kulitku!” Wajah Kavita terasa perih, tapi itu belum apa-apa jika dibandingkan dengan pedihnya hati akibat kata-kata kejam Yura. “Masih saja kamu mengusik hidupku, apa mau kamu sebenarnya?” bisik Kavita supaya putri kecilnya tidak terbangun karena suara pertengkaran yang tidak semestinya. “Mauku? Aku mau membuat hidup kamu hancur, seperti kamu menghancurkan hidup aku sama Deryl!” Kavita terperangah. “Lihat saja, kamu pasti akan diceraikan suami kamu. Atau ... setidaknya kamu pasti akan diduakan karena anak cacat kalian tidak akan bisa jadi kebanggaan orang tua.” “Tutup mulutmu!” desis Kavita dengan tangan terkepal. “Kamu pikir Pak Ezra akan tahan melihat keturunannya yang cacat?” “Jangan sebut anakku cacat!” “Lalu apa? Tak sempurna?” ejek Yura sinis. “Persiapkan saja diri kamu, Vit. Aku akan menjadi wanita kedua suami kamu dan memberikan keturunan berkualitas untuknya, aku akan m

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    261 S3: Jadi Aib yang Memalukan

    Kavita meremas kedua tangannya ketika Ezra berlalu pergi dari hadapannya. Seorang perawat masuk sambil mendorong kereta bayi diikuti Ezra yang berjalan di belakangnya. Kavita bangun dan dengan susah payah duduk di tepi ranjang saat perawat itu semakin dekat. “Ini bayinya, Bu. Perempuan,” kata perawat itu sembari mengangkat seorang bayi yang dibungkus rapat dengan selimut dan memberikannya kepada Kavita. “Perempuan ya, Sus?” “Betul Bu, perempuan.” Kavita dan Ezra saling pandang, sementara perawat itu membantu membetulkan letak perlekatan antara ibu dan bayinya. “Coba disusui bayinya dulu, Bu.” “Baik, Sus.” Sampai di titik ini, Kavita tidak melihat ada yang aneh dengan putrinya. Bayi itu menyesap air susunya dengan perlahan, sementara matanya terpejam rapat. “Sebenarnya ... keistimewaan apa yang kamu maksud?” tanya Kavita ingin tahu selagi putri mereka masih menyusu, sementara perawat tadi sudah pergi. “Dokter bilang kalau keistimewaan yang tentunya berbeda dengan bayi kebanya

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    260 S3: Anak Kita Terlahir Istimewa

    “Tidak apa-apa, Ad. Cepat sedikit,” pinta Kavita dengan wajah pias. Rasa sakit di perutnya berangsur reda, sehingga dia bisa duduk dengan tenang sementara mobil yang dikemudikan Adya melaju ke kantor Ezra. Bos pemilik Dyaksa Company itu nyaris berlari dan melompat ke dalam mobil ketika Tantri memberi tahu bahwa Adya akan mengantar Kavita ke rumah sakit. “Kamu kenapa? Sudah mau melahirkan sekarang?” tanya Ezra buru-buru sambil mengusap kening Kavita yang berkeringat. “Tidak tahu, tapi ... perut ini sudah sakit ....” “Adya, bisa kamu ngebut sedikit?” Ezra menoleh ke arah Adya yang sedang fokus mengemudi. “Bisa Pak, saya usahakan!” Ezra kembali menoleh ke arah Kavita yang memejamkan mata karena menahan rasa sakit yang sesekali timbul. Tangan Ezra diremas dengan kuat setiap kali Kavita merasakan sakit yang teramat sangat. “Kamu bertahan dulu ....” “Ini sakit sekali, aku ... mau cepat melahirkan ....” “Tunggu sebentar, kita akan sampai rumah sakit.” Ezra mengusap-usap perut buncit

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    259 S3: Monic Juga Sedang Hamil

    Kavita mengangguk paham. “Tidak apa-apa Dok, yang penting sehat dan tidak berisiko seperti kemarin.” “Kita akan memantau bersama-sama, jangan lupa untuk tetap mengonsumsi makanan bergizi dan vitamin yang saya resepkan.” Ezra tidak berkata apa-apa dan hanya menyimak percakapan yang berlangsung antara dokter dengan Kavita. “Mau mampir ke mana?” tanya Ezra sambil melirik Kavita yang sedang mengunyah roti. “Ke rumah Pak Pasha, aku mau bertemu Siska. Sudah terlalu malam belum?” “Aku akan telepon Pasha sebentar,” sahut Ezra sementara Kavita menunggu dengan antusias. Itu karena dia sudah lama tidak bertemu Siska yang sama-sama sedang mengandung buah hati. “Pasha bilang kalau Siska belum tidur, jadi kita masih bisa mampir sebentar.” Ezra memberi tahu. “Kalau begitu, ayo.” Kavita menyimpan kembali rotinya dan meraih sebotol air mineral untuk melicinkan tenggorokannya. Setibanya di rumah Pasha, Siska menyambut kedatangan Kavita dengan senyum merekah di bibirnya. Mereka berdua berpelukan

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    258 S3: Sudah Mengakui Kekalahan?

    “Aku tidak jijik,” katanya sambil memeluk Kavita erat. Pada awalnya Kavita enggan menanggapi, tapi pelukan Ezra yang hangat dan nyaman tak urung membuatnya bahagia sehingga dia balas memeluk dengan erat. “Besok aku akan kerja lagi untuk kalian ....” “Kalian?” “Kamu dan calon anak kita.” Kavita melepaskan diri dari pelukan Ezra. “Kaki kamu bagaimana?” “Kamu lihat kan kalau aku sudah bisa berjalan? Tinggal masa pemulihan saja sambil beraktivitas normal seperti biasa, jadi aku akan secepatnya kerja. Kasihan juga Pasha karena harus membagi fokusnya di dua tempat,” ujar Ezra panjang lebar. Dua bulan kemudian .... “Bagaimana hasilnya, Dokter?” “Istri Anda positif hamil, Pak. Saya ucapkan selamat!” Sepasang suami istri itu saling tatap. “Dugaan aku benar kan, Mon? Kamu itu hamil, aku lega sekali.” Monic berdecak, dia sendiri tidak mengerti kenapa dirinya justru merasakan enggan berbahagia dengan kabar gembira ini. “Aku sempat takut kamu tidak bisa hamil lagi setelah

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    257 S3: Pergi Tanpa Pamit

    Mata Ezra mengintip sedikit. “Itu pakai urine?” “Iya ....” “Jorok sekali, singkirkan sana.” Kavita memukul bahu Ezra karena tidak terima dengan komentarnya. “Perkembangan kaki kamu bagaimana, Zra?” tanya Miranti ketika Ezra muncul di kamarnya. “Sudah jauh lebih baik, Nek. Meskipun aku belum bisa berlari, setidaknya sudah bisa berjalan dan tidak perlu kursi roda lagi.” “Syukurlah ... Oh ya, kapan itu kamu teriak-teriak kenapa? Nenek sudah tanya Rita, katanya Kavita pingsan karena kelelahan ....” Ezra mengangguk pelan, dia ingat bahwa dirinya belum memberi tahu kabar kehamilan Kavita kepada Miranti. Baru juga dia akan bercerita, dari sudut matanya Ezra melihat Kavita yang keluar dari kamar dan berjalan menuruni tangga. “Kavita sepertinya mau pergi, Nek. Nanti saja aku cerita!” pamit Ezra sambil berlalu meninggalkan kamar Miranti untuk menyusul kepergian istrinya. Ketika menuruni tangga, Ezra tidak ingin bertindak ceroboh dengan memaksakan kakinya untuk melangkah terburu-buru.

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    256 S3: Periksa ke Dokter Kandungan

    “Rita, aku seperti mendengar sesuatu.” Miranti menatap wanita yang sudah merawatnya bertahun-tahun itu. “Saya tidak dengar apa-apa, Nyonya.” “Rita, cepat ke sini!” Miranti langsung menggoyang lengan Rita. “Itu suara Ezra!” Atas desakan Miranti yang begitu khawatir terhadap cucunya, Rita cepat-cepat berlari menuju kamar Ezra. “Maaf, Pak Ezra ... Ada apa?” “Kavita pingsan, saya tidak tahu apa yang terjadi ....” Rita buru-buru mendekati Kavita yang tergeletak di lantai kamar Ezra, dia berusaha membangunkannya dengan mengguncang bahu dan pipi Kavita bergantian. “Vita, bangun. Vita?” Ezra hanya menyaksikan bagaimana Rita masih berjuang untuk membangunkan Kavita. “Apa dia masih bernapas?” tanya Ezra ragu. Rita mendongak. “Tentu saja, Pak. Mungkin Vita kelelahan atau kurang istirahat ....” Ezra menyipitkan mata, sikap abainya sedikit terbentuk gara-gara melihat Kavita bersama Adya di dapur tadi. Egois? Memang. Rita meminta izin Ezra untuk mencari botol minyak kay

DMCA.com Protection Status