Beranda / Romansa / Gairah Terpendam Suami Kontrak / 145 S2: Kamu Mau Saya Disudutkan?

Share

145 S2: Kamu Mau Saya Disudutkan?

Penulis: Setia_AM
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
“Hal itu legal kalau ada hubungannya sama nyawa ibu hamil itu sendiri!” balas Ezra dengan wajah pias. “Saya bukannya kejam, saya juga tidak ingin hal ini terjadi ... Andai saja waktu bisa diputar kembali, saya tidak akan seceroboh itu menyentuh kamu.”

Kavita langsung mundur beberapa langkah menjauhi Ezra, wajahnya shock berat.

“Tidak ... saya tidak bisa menggugurkan kandungan ini, saya akan tetap mempertahankannya ....”

“Kamu masih bisa hamil lagi, tapi tidak sekarang!” Ezra berkeras. “Saya tidak bisa membiarkan situasi yang lebih sulit seandainya kehamilan kamu tetap dipertahankan, saya tidak bisa kalau harus memilih antara kamu atau anak kita.”

Kavita seketika merosot ke lantai, lalu menutupi wajahnya dengan tangan.

“Saya ... akan tetap mempertahankan kehamilan ini apa pun yang terjadi,” ucap Kavita dengan suara bergetar. “Saya tidak peduli apa pun risikonya ....”

Ezra menarik napas. “Kamu masih bisa hamil lagi kalau kondisinya sudah aman, yang penting adalah ... apa yang coba
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    146 S2: Lebih dari Sekadar Istri Kontrak

    Kavita menelan saliva dengan tenggorokan tercekat.“Kamu tetap tidak bisa menjamin ke depannya akan seperti apa, sekalipun kamu sangat ingin mempertahankan janin kamu.” Ezra menambahkan dengan wajah muram.“Tidak bisa menjamin ...?”“Bagaimana kalau kalian berdua tidak selamat?” tanya Ezra dengan berat hati. “Saya akan merasa sangat bersalah seumur hidup saya ....”Kavita menyeka kedua matanya yang basah. Dia mungkin sanggup berpisah dari Ezra karena sejak awal menyadari bahwa mereka hanyalah pasangan kontrak saja, tapi dia tidak akan sanggup kalau harus berpisah dengan janinnya yang masih bertumbuh di dalam rahimnya.Ibarat nyawa pun akan Kavita korbankan demi kehidupan si jabang bayi.“Kamu ... boleh membuat pilihan,” ucap Kavita lirih. “Pilih anak kita, biarkan dia tumbuh dengan baik ....”“Tidak,” kata Ezra tegas. “Saya tidak bisa memilih, tapi sekarang bisa.”Kavita menarik napas berat, dadanya terasa sesak membayangkan janinnya akan diluruhkan.“Dia masih terlalu kecil,

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    147 S2: Menggantungkan Hasilnya dari Keajaiban

    “Aku cuma hamil untuk sementara,” lirih Kavita. “Maksud kamu?” “Kehamilan aku ini tidak akan bertahan lama.” Siska terbelalak, tapi dia segera ingat dengan ucapan Ezra yang mengatakan kalau Kavita sedang dalam kondisi yang tidak begitu baik. “Jangan bilang seperti itu, Vit!” Siska menggelengkan kepalanya. “Mungkin karena ini pertama kalinya kamu hamil, jadi kamu merasa cemas, takut, dan khawatir berlebihan ... tidak apa-apa, Vit.” Siska membelai punggung Kavita dengan penuh perhatian. “Kamu rileks saja dan jalani kehamilan kamu dengan tenang, oke?” Kavita menggeleng. “Kamu tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, Sis ....” Di dalam ruang kerjanya, Ezra sedang berbincang dengan Pasha soal klien bernama Adam yang pernah Shadan coba pengaruhi supaya beralih ke perusahaannya. “... kelihatannya siapa yang punya uang, maka dia yang memutuskan!” “Sepertinya begitu, karena Pak Adam kadang bisa berubah pikiran meskipun sulit ....” “Aku tidak pernah mau menikung bagian orang, tapi beda

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    148 S2: Hasil dari Second Opinion

    “Betul, aku setuju sama istri aku. Kesannya memang seakan kita ini sedang menguji nasib, sedangkan yang sesungguhnya kita lakukan adalah mencari tahu kebenaran di balik opsi itu.” Ezra menatap Siska. “Mungkin kamu bisa membujuknya? Dia telanjur menganggap saja kejam soalnya ....” “Saya mengerti, Pak.” Siska mengangguk dan segera kembali ke kamar Kavita yang ternyata sudah kosong. “Vita hilang, Pak!” Siska muncul di ruang kerja Ezra dengan wajah panik. “Hilang? Maksud kamu?” “Saya tadi ke kamarnya dan Vita tidak kelihatan di sana, sudah kosong tidak ada siapa-siapa!” “Siska, pelan-pelan bicaranya.” Pasha menyela. “Mungkin Kavita sedang di toilet, bisa jadi kan?” Siska terdiam, membuat Ezra langsung pergi meninggalkan meja kerjanya. “Sudah kamu periksa dengan teliti belum?” tanya Ezra sembari berjalan cepat memimpin kedua orang di belakangnya. “Belum sempat, Pak ... Maaf, saya keburu panik tadi ...” ucap Siska tidak enak, dan Pasha menganggukkan kepala tanda mengerti situasi yan

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    149 S2: Hubungannya Sama Istri Ezra

    “Dokter yang kamu cari sudah oke?” Kali ini Ezra yang bertanya. “Tentu saja, ayo ikuti aku.” Pasha memutar tubuhnya dan memimpin langkah mereka menuju poli ibu dan anak. Sementara itu dari arah yang berlawanan, terlihat Monic ditemani suaminya berjalan mendekat menuju bagian informasi. “Kenapa kita tidak ke klinik saja sih? Di sini terlalu ramai!” keluh Monic dengan raut wajah tidak senang. “Aku justru lebih suka di rumah sakit besar daripada klinik, Sayang. Sudahlah, nurut saja. Itu katanya perut kamu suka kram?” Monic tidak menjawab dan hanya menampakkan ekspresi cemberut di wajahnya. Dia terbiasa dengan pelayanan klinik yang bersifat privasi karena jumlah pasien yang terbatas. Berbeda dengan rumah sakit besar yang ramai dikunjungi banyak orang dan terkesan lebih sesak dari lautan manusia. “Ini anak jangan bikin susah ibunya kenapa?” gerutu Monic sambil mengusap-usap perutnya sementara sang suami mengurus pendaftaran dan macam-macam lagi. “Sudah bagus aku belajar perusahaan sua

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    150 S2: Tidak Perlu Memikirkan Keselamatan Saya

    “Sekarang ... apa keputusan kamu?” tanya Kavita dengan suara bergetar setelah mereka keluar dari ruangan konsultasi. “Apakah ... kamu akan tetap ... menggugurkan anak ini?” Ezra duduk dan tidak segera menjawab, kebisuannya itu lantas membuat Kavita sudah bisa menebak apa yang akan terjadi. “Jadi keputusan kamu tetap tidak berubah ya,” komentar Kavita, dia ikut duduk di samping Ezra dan menarik napas panjang. “Saya harap kamu memaklumi situasi saya saat ini,” balas Ezra tanpa memandang Kavita. “Saya tidak mungkin membiarkan kamu mengambil risiko sebesar itu, jadi ....” “Kalau begitu ceraikan saya,” pinta Kavita. “Lalu saya akan pergi jauh, dengan begitu kamu tidak perlu memikirkan keselamatan saya ataupun janin yang ada dalam kandungan saya ini.” Ezra menoleh dan terperangah tidak percaya. “Cerai, kamu bilang?” “Ya ....” “Lalu saya membiarkan kamu pergi dengan membawa serta risiko itu sendirian?” sela Ezra tidak setuju. “Saya tidak sekejam itu, Kavita.” “Kalau begitu pertahank

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    151 S2: Mempertahankan Kavita dan Janin Itu

    “Mana ada, aku baru sampai lima menit yang lalu!” tukas Pasha. “Apa yang terjadi sih?” Ezra terlihat seperti orang kebingungan. “Aku pikir Kavita sudah duluan jalan ke parkiran ....” “Yang benar saja, Zra! Ibu hamil mana bisa jalan cepat-cepat sih?” tukas Pasha, cepat-cepat menghabiskan minumannya dan mengajak Ezra untuk mencari Kavita. Sudah kamu hubungi ponselnya belum?” tanya Pasha setelah dia ikut berkeliling mencari Kavita di kantin, bagian informasi dan juga apotek rumah sakit. Namun, keberadaan Kavita sama sekali belum diketahui. “Aku sudah telepon ponselnya, tapi tidak diangkat.” Ezra memberi tahu sambil menjatuhkan dirinya di bangku panjang. “Entahlah, aku sudah benar-benar buntu ....” Pasha menjadi ikut kepikiran. “Memangnya apa yang terjadi? Kamu sudah dapat hasilnya dari konsultasi itu?” Ezra mengangguk dengan wajah muram. “Ya, mereka sependapat dengan Dokter Chika. Intinya sekarang ini bukanlah saat yang aman bagi Kavita untuk hamil.” Ezra menundukkan kepalanya,

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    152 S2: Ayahku Memiliki Istri dan Anak Lain

    Selesai konsultasi, Kavita terlihat murung dan tidak bersemangat dengan kehamilannya yang penuh dengan risiko ini. “Kamu masuk dulu ke mobil,” suruh Ezra sambil membukakan pintu. “Ada yang telepon sebentar ....” Kavita tidak membantah dan segera masuk ke mobil sesuai dengan instruksi Ezra, tapi setelah selesai menelepon itulah Ezra menyadari kalau Kavita sudah tidak ada lagi di dalam mobil. “Bagaimana bisa? Kejadiannya seperti apa?” tanya Pasha heran. “Aku juga tidak tahu,” geleng Ezra dengan wajah sekeruh lumpur. “Aku berusaha mencarinya, tapi ... kamu sudah tahu bagaimana kelanjutannya.” Pasha ikut merasakan kebingungan yang Ezra alami. “Kalau begitu aku akan coba tanya Siska, siapa tahu Kavita sempat menelepon ....” Ezra mengangkat bahu, dari raut wajahnya terlihat jika dia sudah nyaris putus asa menghadapi Kavita yang sedang dalam keadaan mengandung calon anaknya. “Bagaimana?” tanya Ezra ketika Pasha selesai menelepon Siska. “Istri aku juga tidak tahu,” jawab Pasha apa adan

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    153 S2: Telanjur Menghilang Tanpa Jejak

    “Apa kata polisi?” tanya Pasha setelah dia menemani Ezra untuk menindaklanjuti laporan mereka tempo hari. “Seperti biasa, mereka akan berusaha mencari Kavita. Aku ... sebetulnya punya dugaan, tapi sayangnya aku tidak punya bukti sama sekali.” “Kamu mencurigai seseorang?” tanya Pasha terkejut. “Siapa dia?” Ezra memijat pelipisnya sejenak. “Aku merasa kalau Shadan ada hubungannya dengan menghilangnya Kavita, entah dia atau Monic—entahlah.” Pasha yang tadinya ingin segera pergi meninggalkan halaman kantor polisi, jadi mengurungkan niatnya. Dia menepuk bahu Ezra yang duduk di sampingnya dan menyahut, “Aku bukannya membela siapa-siapa, kamu bebas berpendapat, tapi masalahnya Shadan akhir-akhir ini ada di kantor seharian. Monic ... dia sedang sibuk sama kehamilannya sendiri.” Ezra mengangkat bahu. “Entahlah, sekalian lama mengenal mereka membuat aku tahu kalau mereka tidak harus mengotori tangan mereka kalau ingin berbuat sesuatu. Jadi tidak butuh keberadaan Shadan atau Monic di tempat

Bab terbaru

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    264 (TAMAT) S3: Mental Istri Ezra Terguncang?

    Sebagai ayah pun dia sudah berusaha untuk tidak menghujat takdir yang menimpa putri mereka. “Divta sayang, kamu melamun?”Kavita menunduk dan mendaratkan kecupan di atas kening putrinya yang berbaring di sampingnya.Kepada Divtara sedikit miring ke kanan meskipun Kavita sudah sering membetulkannya dengan perlahan.Setiap kali melihat paras cantik putrinya itu, hati Kavita teriris perih. Dia memiliki kekhawatiran tersendiri tentang masa depan Divtara, terlebih jika sang anak tampil di depan umum.“Ibu sayang kamu, kita hadapi sama-sama ya?” bisik Kavita dengan penuh cinta. Tangan kecil Divtara bergerak-gerak, dan Kavita lantas menghujaninya dengan ciuman bertubi-tubi di pipinya yang menggemaskan.“Anaknya Siska sudah sebesar apa, ya?” gumam Kavita setelah dia selesai menyusui anaknya.“Sebenarnya kapan hari itu Pasha menelepon, dia bilang kalau Siska ingin datang berkunjung.” Ezra memberi tahu. “Tapi aku bilang kalau kamu masih baby blues, jadi belum bisa menerima kunjungan u

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    263 S3: Kesabaran Ezra Sangatlah Terbatas

    “Bisa jadi penyebabnya karena belum bisa menerima kehadiran si kecil sepenuhnya ....” “Tidak, Dok. Kemarin-kemarin istri saya masih bersikap normal dan tetap memperlakukan putri kami dengan baik.” Dokter Amel berpikir sebentar. “Meskipun tidak semua ibu yang baru saja melahirkan mengalaminya, tapi kemungkinan baby blues bisa terjadi, Pak.” “Lalu bagaimana cara mengatasinya, Dok?” “Peran Bapak sangat penting untuk menjaga kestabilan mental Bu Kavita yang baru saja melahirkan, jangan biarkan istri Bapak merasa bersalah terkait dengan kondisi putrinya ....” Ezra mendengarkan penjelasan Dokter Amel dengan saksama. Kavita berubah menjadi pendiam sejak keributan yang terjadi di rumah sakit, Ezra sempat khawatir jika dia akan bersikap tak acuh terhadap putri mereka. Namun, ternyata dugaan buruk Ezra sama sekali tidak terbukti. Kavita tetap memperhatikan bayi mereka dengan penuh kasih sayang, sama sekali tidak terlihat mencurigakan. “Istirahatlah sebentar, kita gantian.” Ezra mengusap

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    262 S3: Aku Bisa Memiliki Suamimu

    “Dasar istri tidak berguna, ibu yang melahirkan anak cacat sama sekali tidak pantas untuk menyentuh kulitku!” Wajah Kavita terasa perih, tapi itu belum apa-apa jika dibandingkan dengan pedihnya hati akibat kata-kata kejam Yura. “Masih saja kamu mengusik hidupku, apa mau kamu sebenarnya?” bisik Kavita supaya putri kecilnya tidak terbangun karena suara pertengkaran yang tidak semestinya. “Mauku? Aku mau membuat hidup kamu hancur, seperti kamu menghancurkan hidup aku sama Deryl!” Kavita terperangah. “Lihat saja, kamu pasti akan diceraikan suami kamu. Atau ... setidaknya kamu pasti akan diduakan karena anak cacat kalian tidak akan bisa jadi kebanggaan orang tua.” “Tutup mulutmu!” desis Kavita dengan tangan terkepal. “Kamu pikir Pak Ezra akan tahan melihat keturunannya yang cacat?” “Jangan sebut anakku cacat!” “Lalu apa? Tak sempurna?” ejek Yura sinis. “Persiapkan saja diri kamu, Vit. Aku akan menjadi wanita kedua suami kamu dan memberikan keturunan berkualitas untuknya, aku akan m

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    261 S3: Jadi Aib yang Memalukan

    Kavita meremas kedua tangannya ketika Ezra berlalu pergi dari hadapannya. Seorang perawat masuk sambil mendorong kereta bayi diikuti Ezra yang berjalan di belakangnya. Kavita bangun dan dengan susah payah duduk di tepi ranjang saat perawat itu semakin dekat. “Ini bayinya, Bu. Perempuan,” kata perawat itu sembari mengangkat seorang bayi yang dibungkus rapat dengan selimut dan memberikannya kepada Kavita. “Perempuan ya, Sus?” “Betul Bu, perempuan.” Kavita dan Ezra saling pandang, sementara perawat itu membantu membetulkan letak perlekatan antara ibu dan bayinya. “Coba disusui bayinya dulu, Bu.” “Baik, Sus.” Sampai di titik ini, Kavita tidak melihat ada yang aneh dengan putrinya. Bayi itu menyesap air susunya dengan perlahan, sementara matanya terpejam rapat. “Sebenarnya ... keistimewaan apa yang kamu maksud?” tanya Kavita ingin tahu selagi putri mereka masih menyusu, sementara perawat tadi sudah pergi. “Dokter bilang kalau keistimewaan yang tentunya berbeda dengan bayi kebanya

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    260 S3: Anak Kita Terlahir Istimewa

    “Tidak apa-apa, Ad. Cepat sedikit,” pinta Kavita dengan wajah pias. Rasa sakit di perutnya berangsur reda, sehingga dia bisa duduk dengan tenang sementara mobil yang dikemudikan Adya melaju ke kantor Ezra. Bos pemilik Dyaksa Company itu nyaris berlari dan melompat ke dalam mobil ketika Tantri memberi tahu bahwa Adya akan mengantar Kavita ke rumah sakit. “Kamu kenapa? Sudah mau melahirkan sekarang?” tanya Ezra buru-buru sambil mengusap kening Kavita yang berkeringat. “Tidak tahu, tapi ... perut ini sudah sakit ....” “Adya, bisa kamu ngebut sedikit?” Ezra menoleh ke arah Adya yang sedang fokus mengemudi. “Bisa Pak, saya usahakan!” Ezra kembali menoleh ke arah Kavita yang memejamkan mata karena menahan rasa sakit yang sesekali timbul. Tangan Ezra diremas dengan kuat setiap kali Kavita merasakan sakit yang teramat sangat. “Kamu bertahan dulu ....” “Ini sakit sekali, aku ... mau cepat melahirkan ....” “Tunggu sebentar, kita akan sampai rumah sakit.” Ezra mengusap-usap perut buncit

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    259 S3: Monic Juga Sedang Hamil

    Kavita mengangguk paham. “Tidak apa-apa Dok, yang penting sehat dan tidak berisiko seperti kemarin.” “Kita akan memantau bersama-sama, jangan lupa untuk tetap mengonsumsi makanan bergizi dan vitamin yang saya resepkan.” Ezra tidak berkata apa-apa dan hanya menyimak percakapan yang berlangsung antara dokter dengan Kavita. “Mau mampir ke mana?” tanya Ezra sambil melirik Kavita yang sedang mengunyah roti. “Ke rumah Pak Pasha, aku mau bertemu Siska. Sudah terlalu malam belum?” “Aku akan telepon Pasha sebentar,” sahut Ezra sementara Kavita menunggu dengan antusias. Itu karena dia sudah lama tidak bertemu Siska yang sama-sama sedang mengandung buah hati. “Pasha bilang kalau Siska belum tidur, jadi kita masih bisa mampir sebentar.” Ezra memberi tahu. “Kalau begitu, ayo.” Kavita menyimpan kembali rotinya dan meraih sebotol air mineral untuk melicinkan tenggorokannya. Setibanya di rumah Pasha, Siska menyambut kedatangan Kavita dengan senyum merekah di bibirnya. Mereka berdua berpelukan

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    258 S3: Sudah Mengakui Kekalahan?

    “Aku tidak jijik,” katanya sambil memeluk Kavita erat. Pada awalnya Kavita enggan menanggapi, tapi pelukan Ezra yang hangat dan nyaman tak urung membuatnya bahagia sehingga dia balas memeluk dengan erat. “Besok aku akan kerja lagi untuk kalian ....” “Kalian?” “Kamu dan calon anak kita.” Kavita melepaskan diri dari pelukan Ezra. “Kaki kamu bagaimana?” “Kamu lihat kan kalau aku sudah bisa berjalan? Tinggal masa pemulihan saja sambil beraktivitas normal seperti biasa, jadi aku akan secepatnya kerja. Kasihan juga Pasha karena harus membagi fokusnya di dua tempat,” ujar Ezra panjang lebar. Dua bulan kemudian .... “Bagaimana hasilnya, Dokter?” “Istri Anda positif hamil, Pak. Saya ucapkan selamat!” Sepasang suami istri itu saling tatap. “Dugaan aku benar kan, Mon? Kamu itu hamil, aku lega sekali.” Monic berdecak, dia sendiri tidak mengerti kenapa dirinya justru merasakan enggan berbahagia dengan kabar gembira ini. “Aku sempat takut kamu tidak bisa hamil lagi setelah

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    257 S3: Pergi Tanpa Pamit

    Mata Ezra mengintip sedikit. “Itu pakai urine?” “Iya ....” “Jorok sekali, singkirkan sana.” Kavita memukul bahu Ezra karena tidak terima dengan komentarnya. “Perkembangan kaki kamu bagaimana, Zra?” tanya Miranti ketika Ezra muncul di kamarnya. “Sudah jauh lebih baik, Nek. Meskipun aku belum bisa berlari, setidaknya sudah bisa berjalan dan tidak perlu kursi roda lagi.” “Syukurlah ... Oh ya, kapan itu kamu teriak-teriak kenapa? Nenek sudah tanya Rita, katanya Kavita pingsan karena kelelahan ....” Ezra mengangguk pelan, dia ingat bahwa dirinya belum memberi tahu kabar kehamilan Kavita kepada Miranti. Baru juga dia akan bercerita, dari sudut matanya Ezra melihat Kavita yang keluar dari kamar dan berjalan menuruni tangga. “Kavita sepertinya mau pergi, Nek. Nanti saja aku cerita!” pamit Ezra sambil berlalu meninggalkan kamar Miranti untuk menyusul kepergian istrinya. Ketika menuruni tangga, Ezra tidak ingin bertindak ceroboh dengan memaksakan kakinya untuk melangkah terburu-buru.

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    256 S3: Periksa ke Dokter Kandungan

    “Rita, aku seperti mendengar sesuatu.” Miranti menatap wanita yang sudah merawatnya bertahun-tahun itu. “Saya tidak dengar apa-apa, Nyonya.” “Rita, cepat ke sini!” Miranti langsung menggoyang lengan Rita. “Itu suara Ezra!” Atas desakan Miranti yang begitu khawatir terhadap cucunya, Rita cepat-cepat berlari menuju kamar Ezra. “Maaf, Pak Ezra ... Ada apa?” “Kavita pingsan, saya tidak tahu apa yang terjadi ....” Rita buru-buru mendekati Kavita yang tergeletak di lantai kamar Ezra, dia berusaha membangunkannya dengan mengguncang bahu dan pipi Kavita bergantian. “Vita, bangun. Vita?” Ezra hanya menyaksikan bagaimana Rita masih berjuang untuk membangunkan Kavita. “Apa dia masih bernapas?” tanya Ezra ragu. Rita mendongak. “Tentu saja, Pak. Mungkin Vita kelelahan atau kurang istirahat ....” Ezra menyipitkan mata, sikap abainya sedikit terbentuk gara-gara melihat Kavita bersama Adya di dapur tadi. Egois? Memang. Rita meminta izin Ezra untuk mencari botol minyak kay

DMCA.com Protection Status