Beranda / Romansa / Gairah Terpendam Suami Kontrak / 125 S2: Rahim Istri Saya Kenapa?

Share

125 S2: Rahim Istri Saya Kenapa?

Penulis: Setia_AM
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Shadan menurunkan ponselnya setelah selesai berbincang dengan seseorang.

“Kenapa sama Pasha?” tanya Monic dengan kening berkerut. “Apa dia bikin masalah?”

“Dia terlalu fokus mengurusi Ezra,” jawab Shadan dengan nada tidak puas. “Cuma karena akhir-akhir ini aku merasa dia kurang kompeten dan melimpahkan sebagian pekerjaan ke orang lain, jadi dia sering ke kantor Ezra.”

Monic memegang ujung dagunya sembari berpikir.

“Menurut aku, dia bisa saja punya rencana lain—siapa tahu kan?”

“Rencana apa memangnya?”

“Mencari perhatian Ezra, semacam dukungan.” Monic mengangkat bahu.

“Bisa jadi,” sahut Shadan. “Aku ingat bagaimana Ezra membantu perusahaan Pasha sehingga bisa terpilih dalam kategori perusahaan berkembang di acara tender dulu ... Pintar juga Pasha, tapi dia tidak sadar sudah menciptakan jarak dengan keluarga besarnya sendiri.”

Monic mengangkat kedua tangannya tinggi-tinggi. “Entahlah, tapi aku merasa kalau Pasha memang sedikit memihak Ezra. Kelihatan dari cara dia berinteraksi de
Setia_AM

Halo Readers! Kalau suka sama cerita ini, jangan lupa ditunggu ulasannya di sampul depan ya? Biar bukunya ramai dan semakin banyak pengguna yang baca kisah Ezra-Kavita, terima kasih :)

| 1
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ochinae Kinah
okey Thor ......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    126 S2: Belum Bisa Melayani Kamu

    Kavita mengangguk. “Mungkin Pak Ezra ditagih biaya perawatan rumah sakit yang pasti menggunung ....”“Jangan pikirkan soal itu, Ezra bukan orang susah.” Pasha mengingatkan sembari tersenyum singkat. “Apa pun akan dia lakukan untuk istrinya, Vit.”“Iya, Pak.” Kavita mengangguk.“Kamu mau pakai kursi roda, Vit?” tanya Siska sambil melangkah keluar untuk mencari benda incarannya.“Tidak usah, Sis. Kelihatannya aku cukup kuat untuk jalan ....”Siska menggeleng. “Kamu kan habis terluka parah, jadi sebaiknya kamu pakai kursi roda.”“Tapi, Sis.”“Saya setuju sama Siska,” timpal Pasha. “Saya akan minta kursi rodanya ke suster.”“Tidak perlu repot-repot, Pak Pasha!”“Saya tidak repot kok.”Kavita melirik ke arah Siska dengan tampang tidak enak, khawatir kalau-kalau sahabatnya itu salah paham.“Biar saja, Pak Pasha itu ringan tangan kok orangnya ....”“Jadi dia suka mukul kamu?” Kavita terbelalak.“Ringan tangan, suka membantu—bukan ringan tangan yang suka mukul orang!” sergah Sisk

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    127 S2: Kejelasan Tentang Ibu Mertua

    Ezra menarik napas. “Dengar Kavita, saya hampir saja kehilangan kamu saat nyawa kamu ada di ujung tanduk ... Apakah kamu ingin mengulangi hal yang serupa dengan menempatkan saya di posisi yang sama?” “Saya kan cuma kerja di kantor, bukan di tempat orang lain.” Kavita masih berusaha membujuk, tapi Ezra tetap tidak memberinya izin untuk beraktivitas di luar rumah. “Kamu kelihatan jenuh,” komentar Miranti ketika berpapasan dengan Kavita di pembatas tangga. “Saya ingin bekerja lagi seperti dulu Nek, tapi ....” “Tapi Ezra pasti tidak memberi izin kan?” Kavita mengangguk. “Iya, padahal saya juga ingin membantunya untuk cari nafkah.” Betapa herannya Kavita ketika Miranti justru tersenyum geli mendengar jawabannya. “Kamu mau bantu Ezra mencari nafkah?” Wanita itu mengulang jawaban Kavita. “Iya, Nek.” “Kavita, tanpa bermaksud meremehkan kemampuan kamu selama ini, tapi Ezra tidak perlu kamu bantu. Sebagai suami, dia bisa mencukupi kebutuhan rumah tangga kalian termasuk anak kalian nanti

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    128 S2: Tidak Lagi Berselera Terhadapnya

    “Setidaknya berbaringlah, jangan berdiri terus.” Ezra meraih pinggang Kavita dan memberinya kecupan singkat di kening. “Saya mau kerja lagi,” pinta Kavita saat Ezra menarik tangannya. “Saya jenuh di rumah ....” “Kamu masih harus istirahat,” potong Ezra tegas. “Ingat apa yang Dokter Chika katakan ....” “Memangnya Dokter Chika bilang apa lagi selain saya harus minum obat?” tanya Kavita ingin tahu. Ezra terdiam dan tidak segera menjawab. “Dokter Chika ... minta saya untuk lebih memperhatikan kamu,” jawab Ezra sembari membawa Kavita ke dalam dekapan, dia tidak pintar berkata-kata sehingga lebih memilih untuk mengungkapkan keinginannya lewat bahasa tubuh. Ezra berharap kalau Kavita mampu mengetahui niat baiknya tanpa harus banyak bertanya atau dijelaskan. Mendapati Ezra hanya diam, Kavita mengurungkan niatnya untuk berbicara lebih jauh. Dia bisa merasakan bagaimana detak jantung Ezra yang iramanya teratur, meski terasa ada banyak gejolak yang harus dipendamnya. Sejak percakapan mala

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    129 S2: Kamu Masih Menginginkan Anak?

    “Saya tahu, lukanya saja sedalam itu. Tapi tidak masalah kalau saya lihat, biar saya bisa mencari rujukan dokter kulit yang bagus buat kamu.” Kavita berdiri ragu, tapi kemudian dia menyingkap bagian atas piyamanya dan menunjukkan bekas luka itu. Ekspresi wajah Ezra tidak berubah sama sekali saat dia melihatnya, hanya saja dia langsung menutupi kembali bekas luka itu dengan menurunkan piyama Kavita. “Sekarang tidurlah,” suruh Ezra dengan wajah letih. “Sibuk ya? Biarkan saya bantu-bantu di kantor,” pinta Kavita. “Kebetulan Pasha sudah kembali ke Danadyaksa Grup, tapi saya masih bisa mengatasinya karena ada Tantri dan Rena.” “Oh!” tanggap Kavita datar. Dia sudah lama kenal Tantri dan Reni yang sudah lama jadi sekretaris Ezra, tapi tetap saja rasanya cukup tak mengenakkan saat tahu bahwa posisi dirinya sebagai istri tidak bisa menggantikan posisi sekretaris di kantor. Mungkin perasaanku cuma sedang sensitif, pikir Kavita saat dia berbaring di samping Ezra. Tidak membutuhkan waktu y

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    130 S2: Undangan Pertunangan Monic

    Kavita tidak segera menjawab, hal privasi yang ingin dia bahas terasa tabu meskipun untuk pasangan suami istri seperti mereka. “Apa kamu ... masih menginginkan anak?” Ezra langsung terpaku, seakan tidak siap dengan pertanyaan Kavita yang tiba-tiba membahas soal anak. “Itu ... bisa kita bicarakan lagi di lain waktu,” kata Ezra sambil menganggukkan kepalanya. “Yang terpenting adalah kesembuhan kamu dulu.” “Bukankah saya sudah sembuh?” sahut Kavita heran. “Ini cuma soal bekas luka yang belum bisa bilang sepenuhnya saja.” Ezra terdiam sebentar, raut wajahnya menunjukkan bahwa dia tidak ingin buru-buru berbicara. “Syukurlah kalau kamu sudah sembuh, tapi sebaiknya kita tunggu waktu yang tepat untuk melakukannya. Kebetulan Dokter Chika juga berpesan kalau kita tidak boleh buru-buru mengingat luka dalam yang ada di perut kamu ....” Kavita mengangguk singkat, berusaha memaklumi alasan logis yang dikemukakan oleh suami kontraknya itu. Yang ada di pikiran Kavita hanyalah durasi kontrak yan

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    131 S2: Ayo Kita Tidur

    “Itu yang bikin Ezra dan Kavita tidak mau datang, sikap ramahmu saja ternyata cuma sebuah topeng!” celetuk Pasha yang ternyata mendengar umpatan kasar Monic. “Sori saja, tapi aku tidak tanya apa pendapatmu.” “Aku juga tidak mengharapkan tanggapan darimu.” Monic menatap Shadan dengan marah. “Lihat ini, orang kepercayaan kamu! Sudah bagus kalau dia tetap di kantor Ezra, jadi pelayan!” Pasha mendelik, tapi enggan untuk berdebat dengan kaum wanita seperti Monic dan lebih memilih untuk pergi menyingkir. “Jangan terlalu keras kalau bicara sama Pasha,” tegur Shadan santai. “Biarpun begitu, dia itu aset berharga perusahaan kalau bisa kita manfaatkan.” “Maksud kamu?” Monic tidak mengerti. “Pasha memiliki skill bagus soal komunikasi, cara dia bicara bisa sedikit mempengaruhi orang—itu sebabnya perusahaan Ezra mengalami kemajuan pesat, aku sangat yakin kalau semua itu pasti karena kemampuan Pasha.” “Ck, cuma melobi orang ... aku juga bisa.” “Dengan cara bicara kamu yang cenderung kasar d

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    132 S2: Harus Memulainya Lebih Dulu?

    “Ayo kita tidur,” ajak Ezra tanpa basa-basi. “Baru jam segini, sudah ajak tidur?” “Memangnya kenapa? Kapan saja saya mau tidur, ya tidur.” Kavita terdiam, tidak yakin dengan jalan pikirannya sendiri. Apakah Ezra sudah bersedia melakukan hubungan lagi dengannya? Masih dalam diam, Kavita segera mengganti pakaiannya dengan piyama meskipun tidak segera tidur. “Kenapa kamu malah menyalakan televisi?” tegur Ezra saat Kavita duduk dengan punggung bersandar dan mata terarah lurus ke televisi. “Saya belum ngantuk,” jawab Kavita tanpa menoleh. “Kebanyakan tidur siang sampai badan jadi melar.” Ezra mengerutkan kening dan memindai separuh tubuh Kavita yang tertutup selimut, menurutnya fisik sang istri tidak ada bedanya sama sekali. “Kalau seandainya saya ... sudah tidak dibutuhkan lagi, bisakah kontrak pernikahan ini diakhiri saja?” cetus Kavita, masih tanpa memandang Ezra. “Apa?” Ezra yang tadinya sudah memejamkan mata, tiba-tiba terbuka lebar setelah mendengar pertanyaan yang dilontark

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    133 S2: Berubah Menjadi Bos dan Pegawai

    Tanpa menunggu tanggapan apa pun dari Kavita, Ezra langsung pergi menjauh dan masuk ke kamar mandi.Meninggalkan Kavita dengan sejuta pertanyaan di dalam kepala, sebetulnya apa yang terjadi?“Oke, masa bodoh sama target dan tujuan dia!” Kavita merah padam, dengan perasaan berkecamuk dia pergi tidur duluan dan tidak mempedulikan Ezra yang terlihat jelas menghindar darinya.Dia berniat untuk mengimbangi sikap Ezra yang tidak bisa ditebak, masa bodoh dengan kontrak pernikahan!Keesokan paginya Ezra beraktivitas seperti biasa tanpa membahas insiden yang sempat terjadi antara dirinya dan Kavita semalam.Sebelas dua belas dengan Ezra, Kavita juga pura-pura tidak terjadi apa-apa dan tetap melayani suaminya seperti biasa.Ketika makan di dapur pun, mereka berdua tidak banyak bicara. Sejak resmi menjadi istri, Kavita memang terbiasa menemani Ezra sarapan di meja makan.“Saya duluan,” pamit Kavita, dia berdiri dari kursinya dan bergegas pergi meninggalkan dapur tanpa menunggu jawaban Ezr

Bab terbaru

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    264 (TAMAT) S3: Mental Istri Ezra Terguncang?

    Sebagai ayah pun dia sudah berusaha untuk tidak menghujat takdir yang menimpa putri mereka. “Divta sayang, kamu melamun?”Kavita menunduk dan mendaratkan kecupan di atas kening putrinya yang berbaring di sampingnya.Kepada Divtara sedikit miring ke kanan meskipun Kavita sudah sering membetulkannya dengan perlahan.Setiap kali melihat paras cantik putrinya itu, hati Kavita teriris perih. Dia memiliki kekhawatiran tersendiri tentang masa depan Divtara, terlebih jika sang anak tampil di depan umum.“Ibu sayang kamu, kita hadapi sama-sama ya?” bisik Kavita dengan penuh cinta. Tangan kecil Divtara bergerak-gerak, dan Kavita lantas menghujaninya dengan ciuman bertubi-tubi di pipinya yang menggemaskan.“Anaknya Siska sudah sebesar apa, ya?” gumam Kavita setelah dia selesai menyusui anaknya.“Sebenarnya kapan hari itu Pasha menelepon, dia bilang kalau Siska ingin datang berkunjung.” Ezra memberi tahu. “Tapi aku bilang kalau kamu masih baby blues, jadi belum bisa menerima kunjungan u

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    263 S3: Kesabaran Ezra Sangatlah Terbatas

    “Bisa jadi penyebabnya karena belum bisa menerima kehadiran si kecil sepenuhnya ....” “Tidak, Dok. Kemarin-kemarin istri saya masih bersikap normal dan tetap memperlakukan putri kami dengan baik.” Dokter Amel berpikir sebentar. “Meskipun tidak semua ibu yang baru saja melahirkan mengalaminya, tapi kemungkinan baby blues bisa terjadi, Pak.” “Lalu bagaimana cara mengatasinya, Dok?” “Peran Bapak sangat penting untuk menjaga kestabilan mental Bu Kavita yang baru saja melahirkan, jangan biarkan istri Bapak merasa bersalah terkait dengan kondisi putrinya ....” Ezra mendengarkan penjelasan Dokter Amel dengan saksama. Kavita berubah menjadi pendiam sejak keributan yang terjadi di rumah sakit, Ezra sempat khawatir jika dia akan bersikap tak acuh terhadap putri mereka. Namun, ternyata dugaan buruk Ezra sama sekali tidak terbukti. Kavita tetap memperhatikan bayi mereka dengan penuh kasih sayang, sama sekali tidak terlihat mencurigakan. “Istirahatlah sebentar, kita gantian.” Ezra mengusap

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    262 S3: Aku Bisa Memiliki Suamimu

    “Dasar istri tidak berguna, ibu yang melahirkan anak cacat sama sekali tidak pantas untuk menyentuh kulitku!” Wajah Kavita terasa perih, tapi itu belum apa-apa jika dibandingkan dengan pedihnya hati akibat kata-kata kejam Yura. “Masih saja kamu mengusik hidupku, apa mau kamu sebenarnya?” bisik Kavita supaya putri kecilnya tidak terbangun karena suara pertengkaran yang tidak semestinya. “Mauku? Aku mau membuat hidup kamu hancur, seperti kamu menghancurkan hidup aku sama Deryl!” Kavita terperangah. “Lihat saja, kamu pasti akan diceraikan suami kamu. Atau ... setidaknya kamu pasti akan diduakan karena anak cacat kalian tidak akan bisa jadi kebanggaan orang tua.” “Tutup mulutmu!” desis Kavita dengan tangan terkepal. “Kamu pikir Pak Ezra akan tahan melihat keturunannya yang cacat?” “Jangan sebut anakku cacat!” “Lalu apa? Tak sempurna?” ejek Yura sinis. “Persiapkan saja diri kamu, Vit. Aku akan menjadi wanita kedua suami kamu dan memberikan keturunan berkualitas untuknya, aku akan m

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    261 S3: Jadi Aib yang Memalukan

    Kavita meremas kedua tangannya ketika Ezra berlalu pergi dari hadapannya. Seorang perawat masuk sambil mendorong kereta bayi diikuti Ezra yang berjalan di belakangnya. Kavita bangun dan dengan susah payah duduk di tepi ranjang saat perawat itu semakin dekat. “Ini bayinya, Bu. Perempuan,” kata perawat itu sembari mengangkat seorang bayi yang dibungkus rapat dengan selimut dan memberikannya kepada Kavita. “Perempuan ya, Sus?” “Betul Bu, perempuan.” Kavita dan Ezra saling pandang, sementara perawat itu membantu membetulkan letak perlekatan antara ibu dan bayinya. “Coba disusui bayinya dulu, Bu.” “Baik, Sus.” Sampai di titik ini, Kavita tidak melihat ada yang aneh dengan putrinya. Bayi itu menyesap air susunya dengan perlahan, sementara matanya terpejam rapat. “Sebenarnya ... keistimewaan apa yang kamu maksud?” tanya Kavita ingin tahu selagi putri mereka masih menyusu, sementara perawat tadi sudah pergi. “Dokter bilang kalau keistimewaan yang tentunya berbeda dengan bayi kebanya

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    260 S3: Anak Kita Terlahir Istimewa

    “Tidak apa-apa, Ad. Cepat sedikit,” pinta Kavita dengan wajah pias. Rasa sakit di perutnya berangsur reda, sehingga dia bisa duduk dengan tenang sementara mobil yang dikemudikan Adya melaju ke kantor Ezra. Bos pemilik Dyaksa Company itu nyaris berlari dan melompat ke dalam mobil ketika Tantri memberi tahu bahwa Adya akan mengantar Kavita ke rumah sakit. “Kamu kenapa? Sudah mau melahirkan sekarang?” tanya Ezra buru-buru sambil mengusap kening Kavita yang berkeringat. “Tidak tahu, tapi ... perut ini sudah sakit ....” “Adya, bisa kamu ngebut sedikit?” Ezra menoleh ke arah Adya yang sedang fokus mengemudi. “Bisa Pak, saya usahakan!” Ezra kembali menoleh ke arah Kavita yang memejamkan mata karena menahan rasa sakit yang sesekali timbul. Tangan Ezra diremas dengan kuat setiap kali Kavita merasakan sakit yang teramat sangat. “Kamu bertahan dulu ....” “Ini sakit sekali, aku ... mau cepat melahirkan ....” “Tunggu sebentar, kita akan sampai rumah sakit.” Ezra mengusap-usap perut buncit

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    259 S3: Monic Juga Sedang Hamil

    Kavita mengangguk paham. “Tidak apa-apa Dok, yang penting sehat dan tidak berisiko seperti kemarin.” “Kita akan memantau bersama-sama, jangan lupa untuk tetap mengonsumsi makanan bergizi dan vitamin yang saya resepkan.” Ezra tidak berkata apa-apa dan hanya menyimak percakapan yang berlangsung antara dokter dengan Kavita. “Mau mampir ke mana?” tanya Ezra sambil melirik Kavita yang sedang mengunyah roti. “Ke rumah Pak Pasha, aku mau bertemu Siska. Sudah terlalu malam belum?” “Aku akan telepon Pasha sebentar,” sahut Ezra sementara Kavita menunggu dengan antusias. Itu karena dia sudah lama tidak bertemu Siska yang sama-sama sedang mengandung buah hati. “Pasha bilang kalau Siska belum tidur, jadi kita masih bisa mampir sebentar.” Ezra memberi tahu. “Kalau begitu, ayo.” Kavita menyimpan kembali rotinya dan meraih sebotol air mineral untuk melicinkan tenggorokannya. Setibanya di rumah Pasha, Siska menyambut kedatangan Kavita dengan senyum merekah di bibirnya. Mereka berdua berpelukan

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    258 S3: Sudah Mengakui Kekalahan?

    “Aku tidak jijik,” katanya sambil memeluk Kavita erat. Pada awalnya Kavita enggan menanggapi, tapi pelukan Ezra yang hangat dan nyaman tak urung membuatnya bahagia sehingga dia balas memeluk dengan erat. “Besok aku akan kerja lagi untuk kalian ....” “Kalian?” “Kamu dan calon anak kita.” Kavita melepaskan diri dari pelukan Ezra. “Kaki kamu bagaimana?” “Kamu lihat kan kalau aku sudah bisa berjalan? Tinggal masa pemulihan saja sambil beraktivitas normal seperti biasa, jadi aku akan secepatnya kerja. Kasihan juga Pasha karena harus membagi fokusnya di dua tempat,” ujar Ezra panjang lebar. Dua bulan kemudian .... “Bagaimana hasilnya, Dokter?” “Istri Anda positif hamil, Pak. Saya ucapkan selamat!” Sepasang suami istri itu saling tatap. “Dugaan aku benar kan, Mon? Kamu itu hamil, aku lega sekali.” Monic berdecak, dia sendiri tidak mengerti kenapa dirinya justru merasakan enggan berbahagia dengan kabar gembira ini. “Aku sempat takut kamu tidak bisa hamil lagi setelah

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    257 S3: Pergi Tanpa Pamit

    Mata Ezra mengintip sedikit. “Itu pakai urine?” “Iya ....” “Jorok sekali, singkirkan sana.” Kavita memukul bahu Ezra karena tidak terima dengan komentarnya. “Perkembangan kaki kamu bagaimana, Zra?” tanya Miranti ketika Ezra muncul di kamarnya. “Sudah jauh lebih baik, Nek. Meskipun aku belum bisa berlari, setidaknya sudah bisa berjalan dan tidak perlu kursi roda lagi.” “Syukurlah ... Oh ya, kapan itu kamu teriak-teriak kenapa? Nenek sudah tanya Rita, katanya Kavita pingsan karena kelelahan ....” Ezra mengangguk pelan, dia ingat bahwa dirinya belum memberi tahu kabar kehamilan Kavita kepada Miranti. Baru juga dia akan bercerita, dari sudut matanya Ezra melihat Kavita yang keluar dari kamar dan berjalan menuruni tangga. “Kavita sepertinya mau pergi, Nek. Nanti saja aku cerita!” pamit Ezra sambil berlalu meninggalkan kamar Miranti untuk menyusul kepergian istrinya. Ketika menuruni tangga, Ezra tidak ingin bertindak ceroboh dengan memaksakan kakinya untuk melangkah terburu-buru.

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    256 S3: Periksa ke Dokter Kandungan

    “Rita, aku seperti mendengar sesuatu.” Miranti menatap wanita yang sudah merawatnya bertahun-tahun itu. “Saya tidak dengar apa-apa, Nyonya.” “Rita, cepat ke sini!” Miranti langsung menggoyang lengan Rita. “Itu suara Ezra!” Atas desakan Miranti yang begitu khawatir terhadap cucunya, Rita cepat-cepat berlari menuju kamar Ezra. “Maaf, Pak Ezra ... Ada apa?” “Kavita pingsan, saya tidak tahu apa yang terjadi ....” Rita buru-buru mendekati Kavita yang tergeletak di lantai kamar Ezra, dia berusaha membangunkannya dengan mengguncang bahu dan pipi Kavita bergantian. “Vita, bangun. Vita?” Ezra hanya menyaksikan bagaimana Rita masih berjuang untuk membangunkan Kavita. “Apa dia masih bernapas?” tanya Ezra ragu. Rita mendongak. “Tentu saja, Pak. Mungkin Vita kelelahan atau kurang istirahat ....” Ezra menyipitkan mata, sikap abainya sedikit terbentuk gara-gara melihat Kavita bersama Adya di dapur tadi. Egois? Memang. Rita meminta izin Ezra untuk mencari botol minyak kay

DMCA.com Protection Status