Beranda / Romansa / Gairah Terpendam Suami Kontrak / 206 S2: Kamu Bukanlah Anak Saya

Share

206 S2: Kamu Bukanlah Anak Saya

Penulis: Setia_AM
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Mbak, ada yang nunggu di bawah!” Emi membuat mulutnya ketika bertemu Kavita di depan kamar tamu.

“Siapa, Bu?”

“Mertua kamu.”

Kavita tertegun sebentar.

“Bu Emi yakin kalau dia mertua saya?”

“Yakin, dia memperkenalkan diri seperti itu. Katanya suruh cepat-cepat bertemu, soalnya tidak punya banyak waktu ....”

“Ya sudah, saya turun sebentar lagi. Tolong buatkan minum dulu untuk ibu mertua,” pinta Kavita, dia segera merapikan diri di depan cermin setelah Emi berlalu pergi.

Ibunya Ezra akhirnya muncul, pikir Kavita seraya menyisir rambut. Kenapa aku jadi gugup begini?

Setelah penampilannya terlihat enak dipandang, Kavita segera turun untuk menemui ibu mertuanya.

Namun, begitu dia tiba di ruang tamu, yang dilihatnya duduk di sofa ternyata adalah seorang wanita yang tampak asing di matanya.

“Maaf karena membuat Ibu menunggu lama,” ucap Kavita formal, dia gugup sekali saat wanita itu menatapnya dari atas ke bawah seakan sedang menaksir nilai sebuah barang.

“Kamu istirnya Ezra?
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    207 S2: Anggap Saja Bulan Madu Kedua

    Ezra tersenyum tipis. “Sampai bertemu di pengadilan, Tante.” “Kasus ini tidak akan pernah sampai di meja pengadilan, kalian lihat saja nanti!” Mervia berdiri dengan angkuh dan pergi meninggalkan kediaman Ezra. Terjadi kesunyian yang cukup panjang ketika Mervia sudah pergi, Kavita dan Ezra larut dalam pikiran masing-masing seolah merasakan kelelahan yang sama.“Kita pergi liburan saja,” cetus Ezra tiba-tiba.“Ke mana?”“Puncak.”Kavita berpikir sebentar.“Lebih seru ke pantai, saya bisa sambil berenang.”“Di puncak ada vila yang dekat sama air terjun, kamu bisa berenang sampai puas.”“Berenang di bawah air terjun? Tidak seekstrim itu juga ....”Ezra diam sembari berpikir keras. Dia sebetulnya tidak terlalu senang berada di alam terbuka yang didatangi banyak pengunjung, Kavita juga tahu itu.“Kalau ragu-ragu, tidak usah saja. Nanti pekerjaan di kantor tidak ada yang urus.”“Saya Cuma sedikit jenuh.”“Jenuh?” Kavita mengerjabkan matanya. “Jenuh sama pernikahan kita?”“Buk

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    208 S2: Nyawa Kedua Ezra Setelah Istrinya

    Matahari masih mengintip dari balik cakrawala ketika mereka berdua keluar dari penginapan. Kavita hampir saja meraih tangan Ezra, tapi dia terlambat karena suaminya itu keburu jalan lebih cepat beberapa detik daripada perkiraan.Ya ampun, tidak ada romantis-romantisnya sama sekali. Kavita mengeluh dalam hati, tapi dia berusaha mengesampingkan hal itu dan jalan-jalan sendiri dengan santai. Tidak dipedulikannya Ezra yang sudah jauh beberapa langkah di depannya.“Anak itu belum juga memberi keputusan?”Sementara di kediaman keluarga besar Danadyaksa, Endrawan mondar-mandir di ruang kerjanya. Mervia ikut menunggu dengan tampang keruh, dia teringat kembali dengan sambutan Kavita dan Ezra ketika dia mendatanginya di rumah mereka.“Bagaimana?” tanya Mervia setelah Endrawan selesai menelepon.“Sekretarisnya bilang ke orangku kalau dia sedang liburan.”“Liburan, dia bilang?”“Ya, aku tidak tahu kapan Ezra kembali.”Wajah Mervia merah padam. “Keterlaluan sekali anak kamu itu, bisa-bisan

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    209 S2: Bukankah Kita Saling Memanfaatkan?”

    “Tidak usah pura-pura polos, selama ini kamu kurang perhatian saya kan?” “Tidak juga, saya tahu kamu kerja keras cari uang. Saya suka uang, ya—sebatas itu ....” Jantung Kavita melemah ketika Ezra menatapnya intens. “Uang, ya?”“Begitulah, uang.”Ezra membidik wajah Kavita, membuat tubuhnya perlahan mengerut gugup.“Jangan tersinggung ya, bukankah kita saling memanfaatkan?” Kavita buru-buru mengingatkan karena Ezra masih menatapnya tanpa berkedip.“Saling memanfaatkan? Kalau begitu berapa banyak uang yang kamu inginkan untuk menemani saya liburan di sini seminggu?”“Seminggu?” Mata Kavita membulat mengingat Ezra biasanya hanya liburan paling lama tiga hari saja.“Ya, satu minggu. Berapa tarifnya?”Kavita memajukan bibirnya, kemudian memalingkan wajah. Cara Ezra bertanya benar-benar seperti sedang menawar harga kepada seorang wanita penyedia jasa untuk para tunaasmara.“Katanya jangan tersinggung?” sindir Ezra, dia membenamkan wajahnya di lekuk leher Kavita dan menghujam k

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    210 S2: Keluarga yang Tidak Pernah Menganggapnya

    “Apa?” Kavita mengangguk jujur. “Jelas-jelas saya lihat kamu mendatangi Adya, lalu dia kasih sesuatu sama kamu.” Ezra menegaskan. “Ya terus kenapa? Saya kan memang ada urusan bisnis sama Adya, lupa?” Ezra terdiam. “Ini masalahnya kalau cemburu buta, tidak bisa ingat alasan apa yang menyebabkan saya harus berinteraksi dengan Adya.” Kavita menyentil, membuat Ezra tidak memiliki alasan kuat untuk menegur istrinya. “Kenapa tidak cari rekan bisnis yang lain?” Dia mengalihkan topik. “Karena Adya yang paling dekat, kami sudah saling kenal dan saya percaya sama dia.” Kavita menjelaskan sembari menyimpan kembali seluruh uang itu ke dalam kantong plastik seperti semula. “Lagipula yang mengelola toko adalah ayahnya Adya kok.” “Terus kenapa kamu malah berinteraksi sama anaknya?” “Karena Adya yang paling dekat, kamu ini bagaimana ...” Kavita menatap Ezra sambil geleng-geleng kepala. “Saya tinggal datangi Adya ke halaman kalau saya ada perlu dan tidak perlu jauh-jauh pergi ke toko, itu nama

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    211 S2: Masih Ada Hubungan Saudara

    Kavita mengikuti langkah kaki Ezra sembari menggenggam tangannya erat, dia harus menguatkan mentalnya untuk menghadapi keluarga besar Danadyaksa yang menjunjung tinggi nama baik seseorang.Mereka berempat digiring menuju ruang makan keluarga yang sangat luas, Kavita ingat betul bagaimana suasana ruangan itu, tetap bersih dengan meja dan kursi yang tersusun rapi dengan panci-panci mewah berisi aneka menu makanan.Endrawan sendiri yang menyambut kedatangan Ezra dan yang lain, sementara anggota keluarga Danadyaksa sendiri sudah menempati meja masing-masing.“Selamat datang, ayo duduk! Makan malam akan segera dimulai!”Ezra tahu Endrawan sangat berusaha keras untuk menyiapkan ini semua, tapi dia sama sekali tidak terkesan sedikit pun.Tricya dan tim kuasa hukumnya yang muncul tidak lama setelah Ezra datang, segera ikut bergabung setelah sebelumnya mengontak Ezra.“Kenapa tidak langsung diskusi saja, Yah?” tanya Ezra tanpa berbelit-belit, sebelum ada makanan dan minuman yang melewati

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    212 S2: Tuntutan yang Diinginkan Ezra

    Ezra bertukar pandang dengan Kavita, sebelum akhirnya memerintahkan Tricya untuk mewakilinya bicara. “Baiklah, berikut beberapa tuntutan yang diinginkan klien kami ....” Semua orang yang berada di ruangan menahan napas dan mendengarkan apa yang akan dikatakan Tricya. “Pertama, Pak Shadan harus mengakui kesalahannya di hadapan semua orang, serta meminta maaf secara langsung kepada Pak Ezra dan istri. Kedua, Pak Endrawan diharapkan mengakui status hubungan kekerabatan ayah dan anak terhadap Pak Ezra selaku anak pertama dari ....” “Stop, ini tidak masuk akal!” Shadan langsung meradang. “Jangan menuntut hal-hal yang di luar nalar, kamu kira klien kamu punya hak?” Tricya diam, tidak terpancing dengan kemarahan Shadan yang terpantik nyata. “Shadan, tenang.” Endrawan menengahi. “Silakan lanjutkan, Ibu Pengacara.” “Yah, jangan konyol ....” “Diam, tahan diri kamu.” Tricya berdehem sebentar, lalu melanjutkan tuntutan yang diminta Ezra. “Saya ulangi untuk poin kedua, Pak Endrawan diharap

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    213 S2: Bukti-bukti yang Memberatkan Shadan

    “Mervia, untuk apa kamu ke sini?” Endrawan mengangkat wajahnya ketika melihat kedatangan sang istri ke ruang rapat. “Untuk mencegah kamu melakukan hal-hal yang konyol.” “Apa maksud kamu berkata seperti itu?” Shadan tentu saja merasa senang ketika dia melihat kedatangan ibu kandungnya. “Ezra mengajukan empat-lima tuntutan yang tidak masuk akal, Bu.” Dia langsung mengadu. Endrawan melempar tatapan memperingatkan kepadanya, tapi Shadan tidak peduli. Menurutnya Endrawan terlalu lemah dalam menghadapi Ezra akhir-akhir ini. “Apa saja tuntutannya?” tanya Mervia ingin tahu. Sebelum Shadan sempat menjawab, Endrawan sudah lebih dulu menyahut. “Kamu tidak perlu ikut diskusi, aku tidak ingin suasana semakin panas karena kamu lebih mengedepankan emosi kamu.” Mervia menatap wajah Endrawan dengan sorot mata curiga. “Aku tidak akan membiarkan kamu mengambil keputusan sembrono gara-gara Ezra, jadi beri tahu aku apa saja tuntutan yang dia minta?” Shadan melirik Endrawan. “Kasih tahu saja, Y

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    214 S2: Mengemis Status Terhormat?

    “Dia jahat sekali, semoga dia tidak akan menyakiti kamu lagi.”“Saya yang akan menghabisi Shadan dengan tangan saya sendiri kalau dia mengulanginya lagi, Siska.”Ucapan Ezra sontak membuat Siska terpana hingga shock.“I—iya, Pak.”“Jangan bikin suasana jadi tegang, Zra.” Pasha mengingatkan. “Aku selalu serius, orang seperti Shadan sepertinya harus diberi efek jera supaya dia tidak berpikir untuk melakukan kejahatan lagi.”Pasha sebetulnya sependapat, meskipun sedikit keberatan karena Ezra harus menunjukkan ancamannya secara langsung di hadapan Siska seperti tadi.“Apakah kali ini Shadan akan memenuhi tuntutan kamu?” tanya Kavita ketika dia dan Ezra sudah berada di rumah, dia langsung masuk kamar dan duduk di sofa untuk melepas tekanan di pikirannya.“Kamu tidak percaya pada hasil tadi?” Ezra ikut duduk.“Apakah keluarga besar kamu bisa dipercaya?”“Aku sendiri juga belum seratus persen percaya, tapi seperti yang saya bilang—apa pun keputusan yang mereka pilih, semuanya meng

Bab terbaru

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    264 (TAMAT) S3: Mental Istri Ezra Terguncang?

    Sebagai ayah pun dia sudah berusaha untuk tidak menghujat takdir yang menimpa putri mereka. “Divta sayang, kamu melamun?”Kavita menunduk dan mendaratkan kecupan di atas kening putrinya yang berbaring di sampingnya.Kepada Divtara sedikit miring ke kanan meskipun Kavita sudah sering membetulkannya dengan perlahan.Setiap kali melihat paras cantik putrinya itu, hati Kavita teriris perih. Dia memiliki kekhawatiran tersendiri tentang masa depan Divtara, terlebih jika sang anak tampil di depan umum.“Ibu sayang kamu, kita hadapi sama-sama ya?” bisik Kavita dengan penuh cinta. Tangan kecil Divtara bergerak-gerak, dan Kavita lantas menghujaninya dengan ciuman bertubi-tubi di pipinya yang menggemaskan.“Anaknya Siska sudah sebesar apa, ya?” gumam Kavita setelah dia selesai menyusui anaknya.“Sebenarnya kapan hari itu Pasha menelepon, dia bilang kalau Siska ingin datang berkunjung.” Ezra memberi tahu. “Tapi aku bilang kalau kamu masih baby blues, jadi belum bisa menerima kunjungan u

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    263 S3: Kesabaran Ezra Sangatlah Terbatas

    “Bisa jadi penyebabnya karena belum bisa menerima kehadiran si kecil sepenuhnya ....” “Tidak, Dok. Kemarin-kemarin istri saya masih bersikap normal dan tetap memperlakukan putri kami dengan baik.” Dokter Amel berpikir sebentar. “Meskipun tidak semua ibu yang baru saja melahirkan mengalaminya, tapi kemungkinan baby blues bisa terjadi, Pak.” “Lalu bagaimana cara mengatasinya, Dok?” “Peran Bapak sangat penting untuk menjaga kestabilan mental Bu Kavita yang baru saja melahirkan, jangan biarkan istri Bapak merasa bersalah terkait dengan kondisi putrinya ....” Ezra mendengarkan penjelasan Dokter Amel dengan saksama. Kavita berubah menjadi pendiam sejak keributan yang terjadi di rumah sakit, Ezra sempat khawatir jika dia akan bersikap tak acuh terhadap putri mereka. Namun, ternyata dugaan buruk Ezra sama sekali tidak terbukti. Kavita tetap memperhatikan bayi mereka dengan penuh kasih sayang, sama sekali tidak terlihat mencurigakan. “Istirahatlah sebentar, kita gantian.” Ezra mengusap

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    262 S3: Aku Bisa Memiliki Suamimu

    “Dasar istri tidak berguna, ibu yang melahirkan anak cacat sama sekali tidak pantas untuk menyentuh kulitku!” Wajah Kavita terasa perih, tapi itu belum apa-apa jika dibandingkan dengan pedihnya hati akibat kata-kata kejam Yura. “Masih saja kamu mengusik hidupku, apa mau kamu sebenarnya?” bisik Kavita supaya putri kecilnya tidak terbangun karena suara pertengkaran yang tidak semestinya. “Mauku? Aku mau membuat hidup kamu hancur, seperti kamu menghancurkan hidup aku sama Deryl!” Kavita terperangah. “Lihat saja, kamu pasti akan diceraikan suami kamu. Atau ... setidaknya kamu pasti akan diduakan karena anak cacat kalian tidak akan bisa jadi kebanggaan orang tua.” “Tutup mulutmu!” desis Kavita dengan tangan terkepal. “Kamu pikir Pak Ezra akan tahan melihat keturunannya yang cacat?” “Jangan sebut anakku cacat!” “Lalu apa? Tak sempurna?” ejek Yura sinis. “Persiapkan saja diri kamu, Vit. Aku akan menjadi wanita kedua suami kamu dan memberikan keturunan berkualitas untuknya, aku akan m

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    261 S3: Jadi Aib yang Memalukan

    Kavita meremas kedua tangannya ketika Ezra berlalu pergi dari hadapannya. Seorang perawat masuk sambil mendorong kereta bayi diikuti Ezra yang berjalan di belakangnya. Kavita bangun dan dengan susah payah duduk di tepi ranjang saat perawat itu semakin dekat. “Ini bayinya, Bu. Perempuan,” kata perawat itu sembari mengangkat seorang bayi yang dibungkus rapat dengan selimut dan memberikannya kepada Kavita. “Perempuan ya, Sus?” “Betul Bu, perempuan.” Kavita dan Ezra saling pandang, sementara perawat itu membantu membetulkan letak perlekatan antara ibu dan bayinya. “Coba disusui bayinya dulu, Bu.” “Baik, Sus.” Sampai di titik ini, Kavita tidak melihat ada yang aneh dengan putrinya. Bayi itu menyesap air susunya dengan perlahan, sementara matanya terpejam rapat. “Sebenarnya ... keistimewaan apa yang kamu maksud?” tanya Kavita ingin tahu selagi putri mereka masih menyusu, sementara perawat tadi sudah pergi. “Dokter bilang kalau keistimewaan yang tentunya berbeda dengan bayi kebanya

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    260 S3: Anak Kita Terlahir Istimewa

    “Tidak apa-apa, Ad. Cepat sedikit,” pinta Kavita dengan wajah pias. Rasa sakit di perutnya berangsur reda, sehingga dia bisa duduk dengan tenang sementara mobil yang dikemudikan Adya melaju ke kantor Ezra. Bos pemilik Dyaksa Company itu nyaris berlari dan melompat ke dalam mobil ketika Tantri memberi tahu bahwa Adya akan mengantar Kavita ke rumah sakit. “Kamu kenapa? Sudah mau melahirkan sekarang?” tanya Ezra buru-buru sambil mengusap kening Kavita yang berkeringat. “Tidak tahu, tapi ... perut ini sudah sakit ....” “Adya, bisa kamu ngebut sedikit?” Ezra menoleh ke arah Adya yang sedang fokus mengemudi. “Bisa Pak, saya usahakan!” Ezra kembali menoleh ke arah Kavita yang memejamkan mata karena menahan rasa sakit yang sesekali timbul. Tangan Ezra diremas dengan kuat setiap kali Kavita merasakan sakit yang teramat sangat. “Kamu bertahan dulu ....” “Ini sakit sekali, aku ... mau cepat melahirkan ....” “Tunggu sebentar, kita akan sampai rumah sakit.” Ezra mengusap-usap perut buncit

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    259 S3: Monic Juga Sedang Hamil

    Kavita mengangguk paham. “Tidak apa-apa Dok, yang penting sehat dan tidak berisiko seperti kemarin.” “Kita akan memantau bersama-sama, jangan lupa untuk tetap mengonsumsi makanan bergizi dan vitamin yang saya resepkan.” Ezra tidak berkata apa-apa dan hanya menyimak percakapan yang berlangsung antara dokter dengan Kavita. “Mau mampir ke mana?” tanya Ezra sambil melirik Kavita yang sedang mengunyah roti. “Ke rumah Pak Pasha, aku mau bertemu Siska. Sudah terlalu malam belum?” “Aku akan telepon Pasha sebentar,” sahut Ezra sementara Kavita menunggu dengan antusias. Itu karena dia sudah lama tidak bertemu Siska yang sama-sama sedang mengandung buah hati. “Pasha bilang kalau Siska belum tidur, jadi kita masih bisa mampir sebentar.” Ezra memberi tahu. “Kalau begitu, ayo.” Kavita menyimpan kembali rotinya dan meraih sebotol air mineral untuk melicinkan tenggorokannya. Setibanya di rumah Pasha, Siska menyambut kedatangan Kavita dengan senyum merekah di bibirnya. Mereka berdua berpelukan

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    258 S3: Sudah Mengakui Kekalahan?

    “Aku tidak jijik,” katanya sambil memeluk Kavita erat. Pada awalnya Kavita enggan menanggapi, tapi pelukan Ezra yang hangat dan nyaman tak urung membuatnya bahagia sehingga dia balas memeluk dengan erat. “Besok aku akan kerja lagi untuk kalian ....” “Kalian?” “Kamu dan calon anak kita.” Kavita melepaskan diri dari pelukan Ezra. “Kaki kamu bagaimana?” “Kamu lihat kan kalau aku sudah bisa berjalan? Tinggal masa pemulihan saja sambil beraktivitas normal seperti biasa, jadi aku akan secepatnya kerja. Kasihan juga Pasha karena harus membagi fokusnya di dua tempat,” ujar Ezra panjang lebar. Dua bulan kemudian .... “Bagaimana hasilnya, Dokter?” “Istri Anda positif hamil, Pak. Saya ucapkan selamat!” Sepasang suami istri itu saling tatap. “Dugaan aku benar kan, Mon? Kamu itu hamil, aku lega sekali.” Monic berdecak, dia sendiri tidak mengerti kenapa dirinya justru merasakan enggan berbahagia dengan kabar gembira ini. “Aku sempat takut kamu tidak bisa hamil lagi setelah

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    257 S3: Pergi Tanpa Pamit

    Mata Ezra mengintip sedikit. “Itu pakai urine?” “Iya ....” “Jorok sekali, singkirkan sana.” Kavita memukul bahu Ezra karena tidak terima dengan komentarnya. “Perkembangan kaki kamu bagaimana, Zra?” tanya Miranti ketika Ezra muncul di kamarnya. “Sudah jauh lebih baik, Nek. Meskipun aku belum bisa berlari, setidaknya sudah bisa berjalan dan tidak perlu kursi roda lagi.” “Syukurlah ... Oh ya, kapan itu kamu teriak-teriak kenapa? Nenek sudah tanya Rita, katanya Kavita pingsan karena kelelahan ....” Ezra mengangguk pelan, dia ingat bahwa dirinya belum memberi tahu kabar kehamilan Kavita kepada Miranti. Baru juga dia akan bercerita, dari sudut matanya Ezra melihat Kavita yang keluar dari kamar dan berjalan menuruni tangga. “Kavita sepertinya mau pergi, Nek. Nanti saja aku cerita!” pamit Ezra sambil berlalu meninggalkan kamar Miranti untuk menyusul kepergian istrinya. Ketika menuruni tangga, Ezra tidak ingin bertindak ceroboh dengan memaksakan kakinya untuk melangkah terburu-buru.

  • Gairah Terpendam Suami Kontrak    256 S3: Periksa ke Dokter Kandungan

    “Rita, aku seperti mendengar sesuatu.” Miranti menatap wanita yang sudah merawatnya bertahun-tahun itu. “Saya tidak dengar apa-apa, Nyonya.” “Rita, cepat ke sini!” Miranti langsung menggoyang lengan Rita. “Itu suara Ezra!” Atas desakan Miranti yang begitu khawatir terhadap cucunya, Rita cepat-cepat berlari menuju kamar Ezra. “Maaf, Pak Ezra ... Ada apa?” “Kavita pingsan, saya tidak tahu apa yang terjadi ....” Rita buru-buru mendekati Kavita yang tergeletak di lantai kamar Ezra, dia berusaha membangunkannya dengan mengguncang bahu dan pipi Kavita bergantian. “Vita, bangun. Vita?” Ezra hanya menyaksikan bagaimana Rita masih berjuang untuk membangunkan Kavita. “Apa dia masih bernapas?” tanya Ezra ragu. Rita mendongak. “Tentu saja, Pak. Mungkin Vita kelelahan atau kurang istirahat ....” Ezra menyipitkan mata, sikap abainya sedikit terbentuk gara-gara melihat Kavita bersama Adya di dapur tadi. Egois? Memang. Rita meminta izin Ezra untuk mencari botol minyak kay

DMCA.com Protection Status