Home / Romansa / Video Pernikahan Suamiku / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Video Pernikahan Suamiku: Chapter 31 - Chapter 40

64 Chapters

Kesepakatan dengan Bang Haris

Aku mengirimkan berkas perceraianku ke pengacara yang bernama Ibu Marisa. "Bu, berkas persyaratan untuk perceraian saya dan suami, sudah saya kirim via ojek online. Mohon maaf, saya terlambat mengirimkan berkas yang ibu minta. Nanti kalau masih kurang kabari saja ya Bu!" ucapku pada Bu Marisa di sambungan telepon."Baik, Bu. Nanti saya kabari lagi. Insya Allah dalam waktu dekat akan ada panggilan ya. Ibu bersiap saja.""Baik, Bu. Terima kasih, ya!""Sama-sama. Untuk DP pembayaran jasa sudah saya transfer ya, Bu," kataku."Terima kasih, ya, Bu Kania.""Sama-sama."Aku melanjutkan perjalanan ke toko. Saat di jalan, aku melihat toko yang dipunyai Mas Radit. Ternyata walau hanya satu toko, tapi lumayan besar untuk pemula.Aku berhenti sejenak, melihat Mas Radit keluar dari mobilnya bersama Seli. Lalu Radit tak segan-segan menggandeng Seli untuk memasuki toko mereka. Seli bergelayut manja di samping Mas Radit, Mas Radit pun nyaman-nyaman saja saat melakukannya.Aku menarik napas kasar. Ak
Read more

Akhirnya Mereka Dinner Juga

Aku mengangguk."Terima kasih, Kania. Kamu memang sepupu terbaikku deh!"Aku terkekeh melihat sikap Lia yang membuatku geli.Tiba-tiba ada yang datang mengetuk pintu."Eh, kamu Seli. Ada apa ke sini?""Aku cuma mau menyuruhmu untuk segera menggugat Aa Radit. Dia sudah jadi milikku, kalau dia menggantungmu bukan berarti dia masih menginginkanmu. Tapi semata-mata agar kamu tak bisa menikah lagi. Jadi segeralah mengajukan gugatan!"Nggak usah mengajarkanku soal ini. Aku sudah mengajukannya, tunggu saja di rumah. Nggak usah ketakutan, karena aku tak tertarik lagi dengan laki-laki itu. Buat kamu saja, urus dia baik-baik biar nggak ilang," kataku."Iya lah. Aku mengurusnya dengan baik. Apa yang tak pernah kau lakukan, kulakukan padanya. Makanya Aa Radit nempel terus kaya perangko. Saran buatmu, jangan terlalu tak peduli pada suami, mereka terlalu berharga untuk kau lalaikan." Seli memanas-manasiku."Ah, tak mempan kau berkata apapun. Segala tentang Mas Radit, aku tak peduli! Silahkan keluar
Read more

Mas Radit yang Cemburu

"Kamu pentingin wanita di sebelahmu saja! Tak usah mengurusi urusanku!" ucapku sinis.Dia menoleh sebentar, lalu tangannya tiba-tiba menarikku. Semua orang memandang kami. Mas Radit membawaku ke luar gedung pernikahan.Di belakang, Bang Haris dan Seli berlari ke arah kami."Mas, apa-apaan sih kamu. Kamu nggak malu apa, main tarik tangan orang aja!" Aku menggertak Mas Radit sambil berusaha melepaskan tangannya yang tetap memegangi tanganku."Kamu Kania, bukannya urusi anakmu, malah bersenang-senang dengan laki-laki itu di sini."Mataku membulat, kupasang wajah garang padanya. Agar ia tau aku tak menyukai tindakannya."Apa urusanmu, Mas? Kamu bukan siapa-siapa aku! Kamu juga sama, mana peduli kamu sama anakmu? Beri nafkah saja enggak! Nggak usah sok-sok peduli. Bang Haris justru laki-laki yang baik, dia selalu membantuku tanpa diminta. Tidak seperti Mas, yang justru tidak bertanggungjawab." "Dek, aku masih mencintaimu. Bisakah kita kembali? Kamu malah mengirimkan surat panggilan persid
Read more

Bang Haris yang Tak Kuduga

"Ya, dia memang cantik sepertiku. Tapi kamu tak pernah menyadarinya, malah sibuk dengan Seli.""Oh ... Jadi kamu cemburu dengan Seli?""Tidak, maksudku kamu lebih mementingkan Seli daripada anakmu. Aku tak begitu memikirkanmu!" ucapku acuh, tak mau menatapnya.Dia tertawa menyeringai. Mas Radit masih duduk di tepi ranjang, dengan menggendong Kyra."Jadi, mau apa Mas ke sini? Bisakah kita bicara di luar?" tanyaku padanya."Aku tak mau datang ke persidangan. Aku tak setuju kita bercerai, Kania! Itulah yang ingin kusampaikan padamu!""Mengapa? Aku sudah tak mau lagi bersamamu, Mas! Jalan kita sudah berbeda. Kamu tak lagi sama dengan yang dulu," ujarku pada lelaki di depanku.Lalu dia berjalan ke arahku. Dia menyimpan Kyra dalam box, lalu mendekatiku, wajahnya dia tundukkan sejajar dengan wajahku. Kemudian aku menepis wajahnya.Aku berdiri, Mas Radit menarik tanganku, aku masuk dalam pelukannya. Aku mencoba melepas pelukan mantan suamiku itu."Mas, lepaskan! Kamu nggak malu, ini di kantor
Read more

POV Radit

RaditBukannya aku tak percaya dengan pernyataan Kania tentang Seli. Tapi aku tak menemukan bukti mengenai pengakuan Kania.Soal gugatan ceraiku melalui pesan di aplikasi hijau, Seli berani bersumpah kalau dia tak tau apa-apa soal itu. Soal luka-luka yang ia alami selepas Kania datang juga ia tak akui. "Itu semua adalah perbuatan Kania. Aku nggak tau dia sedendam itu denganku, sampai-sampai tega melukaiku," katanya saat itu. Aku percaya padanya, setiap ia bicara, ia bersumpah demi apapun sehingga akupun mempercayainya. Selain itu, sejak awal dekat dengan Seli dulu, aku tak pernah menemukannya berbohong.Suatu ketika aku sedang galau karena diusir mertuaku, Seli lah yang menjadi pengobat lukaku. Dia mendengar semua curhatanku. Aku sangat nyaman bisa mengeluarkan uneg-unegku.Selain itu Seli sangat pandai dalam mengambil hatiku, dia puaskan aku dalam pelayanan di ranj*ng, hal yang tak pernah lagi kudapatkan dari Kania. Sehingga aku betah di sampingnya.Namun aku terganggu dengan angga
Read more

POV Radit 2

"Lagian itu bukan anakku!" Aku marah pada Seli yang melarang keinginanku untuk rujuk dengan Kania."Kamu, tega A. Kamu berkata seperti itu sengaja untuk menyakitiku!" Seli menangis, masuk ke kamar kami.Aku menghela napas kasar. Aku membiarkan Seli menangis, biar saja dia tau kesalahannya.***"A, uangku sudah habis. Aa tansfer lagi ya! Aku mau beli tas, baju, sama sepatu. Ada temanku menjual semua barang branded yang ori. Aku akan membelinya, A." Seli memintaku memberikan sejumlah uang lagi ke rekeningnya.Karena aku dalam kondisi nyaman saat ia minta, aku meng-iyakan. "Baiklah Neng, sebentar Aa transfer. Kamu butuh berapa?""Aku butuh dua puluh juta aja, A!""Aduh, Neng. Jangan banyak-banyak. Bisnis Aa kan belum sebagus dulu. Sekarang masih merintis lagi. Aa kasih sepuluh juta aja, ya! Kamu harus irit, Neng. Beli salah satu dulu," kataku.Tapi dia tak mendengarkanku. Dia terus mendesakku dengan rayuannya akan menambah layanannya.Tanpa banyak bicara, akupun setuju dengannya. Saat i
Read more

POV Seli 1

SeliAku berkenalan dengan Icha. Kami menjadi dekat, kemudian Icha mengajakku ikut arisan. Di sana rata-rata menggunakan barang-barang branded, kalau yang tidak menggunakan itu akan ditendang.Untuk awalan, aku dipinjami Icha tas, dress dan sepatu miliknya. Setelah itu, Icha menawariku untuk membeli barang-barang branded miliknya dan saudaranya dengan harga agak miring.Aku sangat senang mendengarnya. Lalu Icha membawaku ke rumahnya, aku memilih barang-barang sesuai keinginanku.Aku pun membawa barang-barang itu ke rumah sebelum ku bayarkan pada Icha. Dia percaya padaku, padahal bisa saja aku kabur membawa barang-barangnya."Terima kasih, Cha. Nanti aku transfer ya! Kamu total lagi aja nanti," kataku sambil menunggu taksi untuk pulang."Sama-sama, Seli. Hati-hati di jalan, ya!"Sesampainya di rumah, aku langsung menyimpan barang-barangku pada etalase khusus. Aku tau hal ini dari para artis yang sering memamerkan barangnya.Selanjutnya aku tinggal menunggu Mas Radit pulang. Biasanya di
Read more

POV Seli 2

Aku mengajukan pinjaman ke Koperasi Sejahtera. Prosesnya cepat di ACC, aku hanya menyimpan sertifikat rumah kami di sini. Aku meminjamnya dari Mas Radit tanpa ku bilang padanya. Biarlah nanti ku kabari belakangan. Yang penting sekarang aku bisa membayar barang pesananku.Aku pinjam lima puluh juta, karena semalam Icha sudah menghitung, belanjaanku sekitar empat puluh juta. Yang sepuluh juta buat arisan nanti.Icha pun membawakan barang-barang pesananku ke rumah. Aku sangat senang dan meminta pendapat Icha sebaiknya yang mana yang bisa dipadupadankan.Rencana lusa kami akan pergi ke arisan bersama. Aku akan bertemu orang-orang kaya. Siapa tau nanti aku ketularan mereka.Icha saja merupakan istri dari salah satu pengusaha batu bara. Makanya Icha tajir melintir. Rumahnya bagus, aku jadi sangat senang berteman dengannya."Terima kasih, ya, Cha. Kamu sudah bantu aku. Semoga aku di terima oleh semua peserta arisan nanti.""Iya, pastinya."Icha pamit pulang. Katanya hari ini suaminya baru p
Read more

Seli (Tertipu)

Aku kesal dengan perlakuan Kania. Berarti dia yang sudah merencanakan semua ini padaku? Atau jangan-jangan Icha adalah orangnya Kania? Tega-teganya Icha meninggalkanku di dalam sendirian.Aku mencoba bangkit dari lantai. Pinggangku terasa sakit, tak tau bagaimana kondisi bayiku. Aku harus menghubungi Aa Radit agar menemaniku ke rumah sakit."Halo, A. Aku mau minta tolong temani aku ke rumah sakit. Takut bayiku kenapa-napa, A. Karena barusan aku jatuh ke lantai," kataku dengan suara dibuat separau mungkin, agar Radit cepat-cepat menolongku di sini."Sekarang kamu dimana?" tanya Radit."Aku di sekitar Jalan Pajajaran ini. Udah jalan sedikit.""Baiklah, aku ke sana."Radit akan menolongku. Saat sedang berjalan di trotoar, tiba-tiba ada yang menepuk pundakku. "Kamu Seli kan?""Iya, aku Seli. Kamu siapa?""Masa nggak kenal denganku? Aku Robi, temen SMA kamu, Seli," kata Robi."Kamu sedang apa jalan sendiri di sini?" tanyanya penasaran."Aku nunggu jemputan." Aku sengaja mengatakan sedang
Read more

Seli (Akhirnya Ibu Pergi dari Rumah Kami)

Pagi ini, aku terkejut melihat keadaan rumah di bagian depan. Banyak sekali tulisan di depan rumah, tulisan yang menerorku."Kamu pelakor j*lang, mending kamu keluar dari rumah ini!""Seli seorang ul*r berbisa, bisa-bisanya kamu memfitnah wanita baik-baik!""Pelakor tak tau diri!""Tukang fitnah!""Seli perempuan tak tau diri!"Itulah tulisan-tulisan yang ada di poster depan rumah kami. Selain itu bau amis pula, ternyata dilempar telur busuk.Sungguh terlalu, siapa yang melakukan ini? Siapa lagi kalau bukan Kania, pasti dia. Karena kemarin pun dia yang tampil sebelum semua mengusirku."Aa, tolooong. Coba lihat ke sini!"Radit datang ke arahku, lalu dia memandang sekeliling dinding rumah dan di mobil kami pun terpasang poster-poster itu."Apa-apaan ini, Neng? Bau busuk juga!""Nggak tau, A. Sepertinya ini ulah Kania."Radit langsung menoleh ke arahku. Dia mendengar nama Kania langsung saja kedua matanya nyalang. "Kenapa harus Kania? Rasanya tak mungkin dia membuat hal seperti ini," be
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status