"Ayo, lebih baik kita pulang. Percuma kamu di sini terus, yang ada malah kamu semakin sakit hati, Kania!" Bang Haris memberikan tangannya saat aku sedang berjongkok menghadap pintu rumah Mas Radit.Aku menyambut tangannya. Ikut dengannya menuju mobilku. Ia menaikkanku ke kursi penumpang, sementara kunci mobilnya ia berikan pada orang kepercayaannya. Ia akan mengemudikan mobilku."Terima kasih, Bang," kataku ketika di dalam mobil.Bang Haris tersenyum tipis. Ia menoleh sebentar."Aku ikut prihatin, Kania. Tapi, kamu harus kuat. Kamu nggak boleh sedih terus. Ikhlaskan uang itu, Insya Allah, kamu bakal dapat rezeki lain yang lebih berkah," ucap Sang Dokter."Aku tak percaya Mas Radit setega itu padaku dan Kyra. Uang itu tabungan kami tiap bulan. Aku sisihkan uang pemberian darinya ke sana juga. Bagaimana tak perih, Bang. Aku yang menyimpannya tiap bulan, Seli yang menikmatinya," ucapku geram."Sabar, Kania. Aku paham dengan keadaanmu. Tapi kamu juga harus ingat, ada Kyra yang membutuhkan
Baca selengkapnya