Home / Romansa / Video Pernikahan Suamiku / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Video Pernikahan Suamiku: Chapter 11 - Chapter 20

64 Chapters

Kedatangan Ibu Mertua

Aku kenal suara yang datang. Ternyata Ibu Mertua yang datang. Dia datang sendiri diantar sopir. Ibu mertuaku kaya, suka sombong, tapi pelit. Makanya Mas Radit selalu nampak sederhana. Tak pernah menggunakan uang darinya.Orang tua Seli pun dulu tak percaya kalau Radit anak orang kaya, karena penampilan dia selalu sederhana. Taunya Angga yang kaya, sehingga hubungan mereka tak direstui."Assalamualaikum. Radit, Kania. Aku datang ini." Ibu Mertua selalu terlihat rempong."Iya, Bu. Sebentar." Radit membukakan pintu untuknya."Owalah kamu, Nak. Lama sekali bukanya. Mana Kania menantu Ibu yang cantik dan baik hati?" "Ini, Bu. Ibu gimana kabarnya, sehat?""Alhamdulillah sehat. Kamu gimana kehamilanmu?""Alhamdulillah sehat juga, Bu."Terlihat ibu sejak datang tak menyapa Mas Radit. Dia malah mencariku. Entah apa yang dipikirannya.Bu Rani, nama Ibunya Mas Radit. Sekarang Ibu duduk di sebelahku. Dia mengelus kandunganku. "Duh, ibu sudah nggak sabar nunggu kelahiran bayi ini. Mudah-mudahan
Read more

Larangan Ibu pada Mas Radit

"Kamu sakit kepala gara-gara Ibuku kan?"Aku mengangguk. Mas Radit memelukku. "Maaf ya, Sayang. Ibuku memang gitu selalu saklek. Nanti kucoba komunikasikan lagi padanya.""Baik, Mas." Aku menyetujuinya."Sekalian Mas mau bilang pada Ibu kalau Mas sudah menikah lagi. Takutnya Ibu tau dari orang, nanti malah marah padaku.""Ya udah, Mas. Gimana baiknya saja." Aku setuju.Kuberharap Ibu Mertua menolak pernikahan kedua suamiku.***Malam ini, kami sedang bercengkrama di ruang TV. Mas Radit akan memulai percakapan serius dengan Ibunya."Bu, maaf Radit mau jujur sama Ibu.""Ada apa, Nak?""Radit sudah menikah lagi, Bu."Ibu yang terlihat sudah mengantuk, tiba-tiba matanya terbuka lebar kembali. Ia memandang anaknya dengan tatapan tak percaya."Kenapa bisa seperti itu? Ibu nggak setuju! Dimana muka ibu simpan nanti kalau orang-orang tau anak Ibu poligami?"Radit menelan salivanya. Ia gugup untuk melanjutkan bicaranya, tapi ia mengumpulkan semua kekuatannya."Bu, poligami yang Radit lakukan
Read more

Mas Radit yang Membuka semua ke Seli

Siang ini, Ibu Mertua mengajakku ke rumah Seli. Lalu aku mengantarnya ke sana. Perjalanan ditempuh sekitar satu jam, walau sama-sama Bogor, tapi perjalanan dari Kota ke Kabupaten cukup jauh.Di sini, Bu rumahnya. Yang cat warna kuning itu." Aku menunjuk salah satu rumah tak jauh dari kami. "Eh, udah ada mobil Mas Radit. Kok jam segini sudah pulang aja dari toko?" Aku melihat jam yang masih menunjukkan pukul dua siang."Keterlaluan ya Radit! Memangnya tokonya dekat dari sini, Kania?"Iyaa, dekat. Mungkin Mas Radit langsung ke sini.""Yuk, kita turun!" ajak Ibu.Ibu Mertua membukakan pintu mobilku untuk segera turun. Sebenarnya aku tak mau berurusan dengan Seli, apalagi ada Mas Radit di sana, mereka pasti sedang bermesraan. Tapi berhubung Ibu memaksaku, aku ikut mengetuk rumahnya."Assalamualaikum." Kami mengucapkan salam di depan, tak ada jawaban."Sepertinya di dalam, suamimu sedang bercanda dengan perempuan itu," sahut Ibu sambil memasang kuping di tembok rumah Seli.Kami pun mencoba
Read more

Kekecewaan Ibu Mertua

"Mas, kamu tega menceritakan semua pada Seli. Apa maksudmu menceritakannya pada dia? Kamu puas, Mas?" Aku bicara pada Mas Radit yang memperlihatkan wajah marahnya.Aku melihat ke arah ibu."Bu, Kania tak bermaksud membohongi Ibu. Ini semua rencana Mas Radit. Kemarin saat ibu bertanya, Kania sudah mau menjawab jujur kalau hasil USG anak kami perempuan. Tapi, Mas Radit yang meyakinkan Ibu kalau anak kami laki-laki. Maafkan Kania, ya, Bu!"Ibu masih diam mematung. Aku menghampirinya, lalu berjongkok di hadapan Ibu. Ibu tetap bergeming."Jika memang Ibu tak mau menerima anakku sebagai cucu, maka mulai saat ini aku akan mengajukan cerai padamu, Mas! Bolehkah?"Mas Radit mengambil kedua tanganku untuk berdiri. Aku tak mau, tetap berjongkok, meminta maaf pada Ibu agar Ia memaafkanku.Kemudian posisi kami sejajar, ia menatapku dalam. Aku pun demikian."Tidak, aku takkan pernah menceraikanmu!"Aku tak terima, aku pun berlari ke luar. Mas Radit belum bisa mengejarku. Ia harus berpakaian dulu. S
Read more

Kebohongan Mas Radit

"Bang Haris." Aku memanggilnya. "Iya, Kania. Ini aku. Selamat ya, anakmu cantik. Aku sudah lihat tadi di ruang bayi. Ini kubawakan buah-buahan untukmu biar cepat sehat." Bang Haris menyimpan buah-buahannya di atas nakas."Terima kasih, Bang. Nggak usah repot-repot.""Aku bersalah padamu. Maaf aku tak lihat-lihat saat itu." Bang Haris menarik kursi untuk ia duduki di samping ranjang."Iya, Bang. Nggak apa-apa. Sudah semestinya terjadi." Kukatakan apa yang ada dalam pikiranku saat ini.Bang Haris seperti mencari sesuatu. Matanya menyapu ke semua sudut ruangan."Kenapa, Bang?" Aku bertanya karena penasaran dengan sikapnya. Ia mencari apa kira-kira?"Suamimu mana, Kania?" tanyanya. Ternyata ia mencari Mas Radit. Mungkin ia kasihan padaku saat ini."Nggak tau, Bang. Mungkin sedang keluar," jawabku."Kamu sedih? Harusnya senang karena mendapat seorang putri yang cantik." Bang Haris berceloteh.Aku mengulas senyum. Tak mungkin kuceritakan kalau aku tak bahagia. Bisa-bisa orang tuaku tau dar
Read more

Ngeles Ketahuan Berbohong

Kemudian kuambil gawai itu. Ternyata panggilan dari Seli. Kubuka pesan di aplikasi hijau.[Aa cepat. Aku sudah nggak sabar menunggumu. Jadi kan kita ke toko Mas?]Jadi mereka janjian akan ke toko Mas? Aku skroll pesan sampai ke bawah. Ternyata Seli minta dibelikan pengganti mas kawin. [Saat akad kemarin kan Aa hanya memberikan uang tunai seratus ribu rupiah. Aku ingin tambahan mas kawin.][Mau dibeliin apa, Sayang?][Seperangkat perhiasan emas. Kalung, cincin dan anting, Aa Sayang.][Banyak amat, Neng?][Sebanyak cinta Neng buat Aa. Jadi Aa pun harus ngasih banyak buat Neng.][Tapi nanti ya Neng, Kania harus pulang dulu sekarang.][Pokoknya Aa janji, setelah mengantar Kania pulang, Aa harus ajak Neng ke toko mas. Neng selama ini belum minta macem-macem ke Aa. Tapi Aa udah Neng kasih semua.][Iya deh, Neng. Aa bakal bahagiain Neng seperti Aa bahagiain Kania. Kalian berdua sama-sama berharga di hati Aa.][Iya, A. Neng percaya. Ditunggu ya, A. Neng cinta sama Aa.]Sungguh, Seli sudah ke
Read more

Memonitor Mas Radit

"Assalamualaikum, teh. Teteh udah lahiran ya? Kok nggak bilang-bilang sama Mama?" Mama bertanya di telepon."Udah Ma, tiga hari yang lalu. Itu juga ngedadak, Ma. Tanpa persiapan.""Kok bisa gitu sih, teh? Pasti ada penyebabnya kalau lahiran lebih cepat dari perkiraan." Mama mulai curiga."Nggak ada apa-apa, Ma. Cuma pengen keluar cepet aja dedek bayinya. Alhamdulillah Kania udah di rumah, Ma. Doakan agar Kania cepet pulih ya, Ma!""Iya, Teh. Mama selalu doakan kamu. Nanti Mama ke sana ya. Ada acara apa nanti di rumahmu? Aqiqahnya kapan?""Belum tau, Ma. Nanti Kania tanya sama Mas Radit dulu, ya!""Iya, sok tanyain. Insya Allah nanti Mama bawa simping yang banyak buat Radit. Dia kan doyan simping dari sini.""Iya, Ma. Banyakin yang rasa kencur ya, Ma!""Iya, teteh. Mau dibawain apa lagi? Nanti Mama buatin galohgor ya, kamu makan itu. Anggap aja cemilan. Bagus buat ibu baru lahiran," kata Mama."Iya, Ma.""Udah ya, Teh. Mama mau nerusin masak dulu. Teteh ada yang bantuin kan di rumah?"
Read more

Bertemu Bang Haris

"Ya Allah, Bang Haris?""Iya, Kania. Kamu lagi apa?""Aku sudah beres kontrol dokter kandungan dan dokter anak. Kamu sedang apa?""Aku ngikutin kamu, Kania. Ku lihat kamu sendirian, jadi aku ikutin kamu. Siapa tau kamu butuh bantuanku.""Bang Haris bisa aja. Sini tasku! Aku mau nunggu obat di sana," kataku."Udah, kubawakan saja. Aku ikut denganmu. Kamu pasti capek. Sebentar kamu duduk di situ." Bang Haris meninggalkanku, dia berlari ke arah kantin.Bang Haris datang kembali membawa air mineral botol dan beberapa kue basah. Dia sangat perhatian."Ya Allah, Bang. Makasih banyak loh dibeliin ini. Beneran deh, aku memang susah buat ngapa-ngapain. Baru belajar jadi ibu, Bang." Aku terima makanan dan minuman botolnya.Ia tetap berada di dekatku. Sampai aku menerima obat, dia terus bersamaku."Kania, kamu belum memberi nomor teleponmu. Aku sudah memberinya, tapi kamu tak pernah menghubungiku.""Oh, iya. Aku lupa, Bang. Ya sudah aku berikan nomorku saja, biar kamu yang menghubungiku nanti."
Read more

Kuambil Suamimu Kania!

SELIAku terkejut ketika diminta menikah dengan Radit. Seseorang dari masa laluku yang selalu kucinta dari awal kami bertemu. Dia laki-laki pengayom wanita. Dengannya aku merasakan cinta."Ya, aku setuju," jawabku pada Angga saat di rumah sakit. Aku tak tega melihatnya bersimbah darah. Di saat seperti itu pun dia memikirkan kebahagiaanku.Radit, akhirnya menikahiku. Perasaanku sedih bercampur senang. Ah, tak bisa kubayangkan seseorang yang kucintai akhirnya menikahiku. Takdir akhirnya memihakku sekarang, setelah orang tua mengubah takdirku untuk memintaku bersama Angga karena silaunya harta.Dalam resepsi itu pun aku sangat gembira, tapi tak kuperlihatkan kegembiraanku, apalagi setelah mendengar Angga sudah meninggal. Berarti sudah tak ada lagi halanganku untuk bersama Radit."Seli, kamu pasti masih sedih kehilangan Angga. Aku kan selalu menjagamu, seperti janjiku padanya." Kata-kata Radit membuatku tenang, ia akan menjagaku katanya. Namun, aku teringat Kania, yang menjadi istrinya s
Read more

Radit Hanya Milikku

"Aa Radit sayang, aku bahagia bisa bersamamu saat ini. Tak ada yang bisa menggambarkan perasaanku," ungkapku pagi itu."Alhamdulillah kalau Neng bahagia. Aa ikut seneng." "Aa, mau kemana udah rapi gini? Neng aja masih belum mandi," kudekati Radit yang sudah rapi. Kulingkarkan tanganku pada pinggangnya dari belakang. Aku sangat tak ingin dia pergi pagi ini."Aku haru kerja, Neng. Oya, nanti sepulang kerja, aku pulang ke Kania ya. Kamu sendiri, malam ini," katanya.Aku mencebik, bisa-bisanya ia ingat istrinya saat bersamaku. Dan ia akan meninggalkanku malam ini. Tidak! Aku akan mencegahnya kembali pada Kania sore ini. Dia harus pulang ke sini.***Kulancarkan aksiku agar dia datang."Aa, tolong ke sini. Aku takut, aku masih trauma kehilangan Angga. Aku tak mau sendiri. Saat ini pun, kejadian itu masih berkelebat di pikiranku.""Aku nggak bisa. Besok ya!""Nggak, A. Harus sekarang. Aa katanya mau menjagaku, menjalankan amanah almarhum. Lagipula aku tadi muntah-muntah Aa. Aku masuk angin
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status