Home / Romansa / Video Pernikahan Suamiku / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Video Pernikahan Suamiku: Chapter 41 - Chapter 50

64 Chapters

Ibu datang Ke Rumahku

Tiba-tiba saja Ibu datang ke rumahku sambil menangis. Aku memintanya untuk duduk terlebih dahulu, lalu menenangkannya. "Bik, tolong buatkan teh manis dua, ya!" Aku setengah berteriak memanggil Bibik."Iya, Bu." katanya dari arah dapur.Aku mengusap-usap punggung Ibu agar tenang. Tapi tetap ku biarkan Ibu menangis, agar lega nantinya.Minuman pun datang. Kuberikan secangkir teh pada Ibu, ia mengambil, lalu meminumnya."Kania ... Ibu nggak habis pikir sama Radit. Dia lebih percaya Seli dibanding Ibu. Seli telah memfitnah Ibu mencuri perhiasannya. Dia berhasil, Kania. Huhuhu." Ibu menangis sesenggukan. Aku jadi kasihan melihat Ibu disia-siakan oleh Mas Radit dan Seli."Sabar, Bu. Nanti Kania balaskan ya, Bu. Seli benar-benar licik. Dia ingin menguasai semua, tanpa terkecuali.""Iya, Kania. Ibu tak menyangka Radit memiliki Istri licik seperti Seli.""Ya sudah, habis ini Ibu bisa istirahat di kamar, ya! Biar aku siapkan dulu kamar untuk Ibu." Lalu Ibu menyeruput tehnya lagi. Terlihat rau
Read more

Radit tak Memperdulikan Seli

"Kania, ini tak ada hubungannya dengan itu. Bukti yang berbicara, Kania. Coba kamu posisikan ada di posisiku!"Aku terdiam. Baiklah, Mas. Jika kamu masih belum sadar, aku tak memaksamu."Mas, untuk kiriman tikus matinya, terima kasih banyak. Sampaikan pada istrimu tercinta. Akan ku cari bukti, dialah pelakunya." Aku langsung menutup pembicaraan dengan Mas Radit. Percuma, dia pasti membela Seli dan itu membuatku muak.***"Bu, jangan lupa hari ini sidang lanjutan di pengadilan." Suara Bu Marisa mengejutkanku. Aku lupa jadwal hari ini gara-gara tikus itu."Baik, Bu. Nanti saya ke sana."Kyra masih terlelap setelah aku memberinya ASI tadi. Dia sangat manis dan menggemaskan saat tidur, membuatku ingin selalu bersamanya.Aku pun mendekat padanya dan berbisik menenangkannya sebelum ku berangkat."Kyra sayang, Mama mau berangkat dulu. Kamu baik-baik di rumah. Ada Nenek juga di sini," ucapku pada Bayi yang sedang tertidur di box bayi.Setelah siap, aku pamit pada Ibu."Ibu jagain Kyra, kamu b
Read more

Seli Haris Kehilangan Anaknya

Mas Radit buru-buru meninggalkan restoran itu. Aku yang mengejarnya pun tak bisa terkejar. Mobilnya melesat kencang meninggalkan tempat ini.Aku tak tega melihat Seli terjatuh, lalu berusaha mencari pertolongan untuk memapah Seli masuk ke dalam mobilku. Beruntung ada beberapa orang lewat di sana.Aku segera membawa Seli ke rumah sakit. "Sakit, Kania!" Seli terus saja mengatakan sakit."Sabar ya, sebentar lagi sampai." Akhirnya sampai juga. Aku memanggil perawat untuk menolong kami. Mereka yang mengeluarkan Seli dari mobil. Seli dipindahkan ke atas ranjang rumah sakit. Setelah itu di dorong menuju IGD.Aku jadi membayangkan kejadian yang menimpaku beberapa bulan lalu. Saat aku pun terjatuh dan harus dilarikan ke rumah sakit pula. Saat itu dokter langsung mengeluarkan bayiku.Aku mengikuti langkah perawat yang membawa Seli di belakang mereka. Mereka mengambil tindakan dibantu seorang bidan. Mengecek kodisi Ibu dan Bayi di kandungan.Aku menjaga jarak dengan mereka, tapi aku dipanggil
Read more

Masa Lalu Tak Penting Lagi Bagiku

"Karena aku telah melepaskanmu. Aku menyesal, Kania. Menyesal telah melepaskan wanita seistimewa dirimu."Aku berdehem. "Itu sudah masa lalu, Mas. Tak sepatutnya kamu bicara seperti itu. Semoga aku dan kamu menemukan kebahagiaan kita masing-masing."Mas Radit menoleh padaku."Jadi, selama ini kamu nggak bahagia bersamaku?"Aku menghela napas kasar."Tidak, Mas. Bukan seperti itu. Kondisinya berbeda, sekarang aku sadar kita tidak bisa seperti dulu saat kita saling menyayangi," kataku."Baiklah, Kania. Aku mengerti. Aku doakan kamu bisa memperoleh kebahagiaan.""Baiklah, Mas. Terima kasih doanya. Aku pamit, ya. Kasian Kyra kalau aku kelamaan di sini," kataku."Aku kangen sama Kyra. Kapan-kapan aku ke sana, ya!"Hanya bisa diam. Teringat kejadian terakhir saat Mas Radit datang."Aku nggak bakal seperti itu lagi, Kania. Aku janji!" katanya, seakan tau perasaanku.Aku tersenyum dan mengangguk."Terima kasih, Kania!" ucap Mas Radit.Kemudian kami berpisah ke tujuan masing-masing.'Semoga k
Read more

Lia Sakit

Setelah menerima telepon dari Mamanya Lia, aku masih diam. Bang Haris bertanya siapa yang menelepon, tapi aku masih belum bisa menjawab pertanyaannya.Setelah minum sedikit, baru bisa menjawab pertanyaan. "Tante menyuruhku dan Kamu ke Bandung. Lia sakit kena DBD, Bang!""Baik. Kita mau ke sana kapan?""Abang bisanya kapan?""Besok paling, aku cuti.""Baik, Bang. Kita berangkat bareng. Aku bawa Kyra sama Bik Susi ya!""Ok, boleh."Setelah bersepakat, Bang Hasan kembali ke rumah sakit, sementara aku harus ke toko cabang yang lain. ***Saat berjalan menuju mobil, tiba-tiba tasku ada yang mencopet dari depan. Orang itu melesat cepat tak terlihat lagi. Sementara aku bersyukur yang diambil itu tak berisi gawai ataupun surat-surat penting. Isinya hanya struk belanja dan sedikit uang. Mudah-mudahan bermanfaat bagi pelaku.Sepanjang jalan , aku memikirkan apakah yang mencopetku barusan juga suruhan orang. Tak biasanya di daerah ini ada copet yang berkeliaran.'Apa mungkin ini suruhan dia? Ah
Read more

Berpulangnya Lia

"Ini, Tan. Bang Haris yang tante minta datang."Tante melihat ke arah kami, lalu mempersilahkan kami masuk."Lia!" Aku berhambur ke arahnya, mencoba memeluk sepupuku yang sedang sakit ini.Aku duduk di samping ranjang. Bang Haris pun menarik kursi ke dekat kami."Kania ... Bang Haris. Syukur kalian sudah sampai. Aku kangen pada kalian.""Sama, Li. Aku juga kangen banget.""Doakan aku ya, Kania." Lia tak kuasa menahan air matanya."Iya. Cepat sehat ya, Lia!" jawabku."Iya Pasti. Kamu pasti sehat lagi." Bang Haris menambahkan.Lalu salah satu tangan Lia mengambil tanganku."Kania ... Aku harap kamu bisa menikah dengan Bang Haris. Aku tau Bang Haris sangat menyukaimu."Aku bergeming. Hal itu belum kupikirkan."Belum tau, Li. Aku masih belum bisa memikirkan hal itu. Aku baru bercerai dengan Mas Radit. Biar kamu saja dengan Bang Haris," kataku.Lia tersenyum tipis."Tidak. Ketika ku ke sana, aku hanya memastikan perasaanku. Ketika aku dan Bang Haris makan malam, ku lihat Bang Haris sedang
Read more

Masalah pada Toko

Kami tak ikut ke pemakaman Lia. Tapi kami kembali ke rumah sakit untuk memberi salam perpisahan padanya."Tan, maaf aku sama Bang Haris harus segera kembali ke Bogor. Tante yang sabar. Semoga Allah menerima segala amal perbuatan Lia," kataku pada Tante sembari memeluknya erat."Aamiiin. Terima kasih doanya, Kania. Tante insya Allah sudah ikhlas. Kamu dan Haris tolong bisa memaafkan kesalahan Lia, ya!""Iya, Tan. Lia nggak salah apa-apa, Tante. Kami pergi sekarang ya, Tan. Takut kemaleman nanti. Kyra dan Bibik menunggu di mobil.""Baik, Kania. Hati-hati di jalan, ya!"Kami saling melambaikan tangan. Insya Allah Tanteku kuat dalam menghadapi masalah ini.***Sepanjang perjalanan rasanya begitu sesak bagiku. Aku tak mood untuk makan atau melakukan hal lainnya selain melamun di samping Bang Haris."Kania, kamu nggak usah seperti itu. Lia pasti nggak suka lihat sahabatnya sedih seperti ini. Kamu harus belajar menerima, Kania. Setiap pergerakan pasti akan ada perpisahan." Bang Haris menaseh
Read more

Mas Radit Menceraikan Seli

"Iya, Kania. Aku sudah mengusirnya dari rumah. Selain selingkuh, dia juga menjadikan sertifikat rumah sebagai jaminan pinjamannya. Dan ternyata pinjaman lima puluh juta kemarin jadi berbunga. Bunganya sangat besar, sehingga aku harus membayar total seratus juta rupiah, Kania!""Astagfirullah sampai sebesar itu hutangnya?""Iya, Kania. Makanya aku mau menggadaikan tokoku dulu padamu untuk membayar hutang dan mengambil sertifikat rumahku, Kania. Setelah dapat sertifikat, aku akan menjualnya. Sepertiga bagian dari penjualan rumah akan ku berikan padamu. Bagaimana, Kania?""Baiklah, Boleh. Oya, Mas. Kamu sudah dengar belum? Ada yang memfitnah kami saat ini. Mereka mengatakan kalau air zam-zam dari kami palsu. Dan saat ini kami sedang menyelidikinya," kataku."Apa? Aku baru dengar loh! Pantas, aku dengar sih selentingan ada supliyer zam-zam palsu. Tak tau ternyata ini menimpamu, Kania." Mas Radit pun baru tau."Baiklah kalau gitu. Akan kami tetap selidiki, Mas.""Harus itu. Oke, terima kas
Read more

Siapa yang Melamarku?

Aku masih memikirkan kata-kata Mamaku."Ada yang melamarmu. Kamu harus pulang!" ucapan Mama membuatku bergeming.Penekanan kata kamu harus pulang seolah aku tak boleh menolak kata-kata Mamaku. Aku memang baru selesai menjalankan masa Iddahku.Mengapa secepat ini? Padahal aku belum berminat untuk menikah lagi. Masih trauma dengan kelakuan Mas Radit setelah menikah lagi.Namun, Mama perhatian sekali, sehingga tak membiarkanku menunggu lama. Ia ingin aku segera menemukan pasangan hidup kembali.Semakin dipikirkan, aku semakin penasaran. Ah, sudahlah semoga aku bisa pulang ke rumah Papa dan Mama akhir pekan ini.Semakin ku berpikir lagi. Mungkin ini bagus, agar aku terhindar dari fitnah. Seperti anggapan Seli tentang hubunganku dengan Bang Haris. Dia menuduhku yang tidak-tidak. Padahal aku tau hubungan antar dua orang sebelum menikah itu jatuhnya haram. Sehingga, memiliki suami lagi bisa membuatku lebih terjaga.'Ya Allah, jika memang seseorang itu jodoh yang tepat untukku, maka dekatkanl
Read more

Pulang ke Purwakarta

Hari ini, kami membuka cabang toko kembali di daerah Depok. Beberapa karyawan pusat sengaja didatangkan untuk memantau toko baru kami.Kami melakukan promosi di awal. Semua barang diberikan diskon antara 10 - 20 persen dalam satu pekan ini.Para karyawan siap melayani pelanggan dengan baik. Mereka yang datang ingin mendapatkan diskon dari barang yang kami jual.Sebelum membuka toko di hari pertama ini, kami melakukan breefing pagi."Semoga semua bisa melayani konsumen dengan baik dan ramah. Ingat ... selalu tersenyum ramah ketika melayani mereka!" kataku, sesaat sebelum membuka toko.Mereka mengangguk. Aku tersenyum puas."Terima kasih atas segala usaha kalian sehingga toko ini bisa di buka hari ini. Yuk, semangat semua!""Baik, Bu." katanya sembari mereka keluar dari ruanganku.Mereka bersiap, karena toko sudah bisa dibuka.Beberapa detik kemudian, banyak yang sudah datang. Mereka tertarik dengan diskon yang kami berikan.Setelah tutup, kami adakan evaluasi. Agar kami semakin maju ke
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status