Home / Romansa / Video Pernikahan Suamiku / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Video Pernikahan Suamiku: Chapter 1 - Chapter 10

64 Chapters

Berita Pernikahan Suamiku

Aplikasi hijauku berbunyi. Kubuka pesan yang masuk. Dari sepupuku di Bandung. Dia mengirimkan sebuah video padaku.'Deg.' Aku tersentak saat melihatnya.Video itu berisi akad nikah suamiku di sebuah ruangan, tapi entahlah itu ruangan apa. Ternyata sebuah kamar di rumah sakit. 'Ya Allah, Mas Radit. Kamu menikahinya!' sontak mulut ini ditutup oleh telapak tangan kananku.Tak lama ia kirimkan lagi video Mas Radit sedang resepsi di pernikahan itu. Gawai ini tak kuasa terpegang lagi olehku, aku terkulai lemas menepi di pojok kamarku.Hati ini terasa teriris melihat video itu. Pernikahan Mas Radit dengan Seli. Tapi ... bukannya Angga yang menikahi Seli? Kenapa malah suamiku yang jelas-jelas sudah punya istri.Aku menangis tersedu sembari mengelus-elus jabang bayi yang ada di kandunganku. Saat ini aku sedang mengandung usia delapan bulan, dan ini anak pertama kami.Suara telepon membuatku terperanjat."Halo, Kania. Kamu nggak ke
Read more

Mas Radit Belum Jujur

Mas Radit dan Seli berjalan menuju pintu. Aku menghela napasku terlebih dahulu agar merasa tenang. Ku seka sisa-sisa air mata ini agar tak terlihat aku habis menangis."Assalamualaikum, Dek!" Suamiku memanggil dari luar."Waalaikumsalam, iya Mas. Sebentar!" sahutku.Terlihat wajahnya yang redup, kurasa Mas Radit sedang capek. Ku pasang ekspresi sebiasa mungkin menghadapi mereka. Mas Radit menatap wajahku, kami saling berpandangan sesaat. Aku langsung tersadar, lalu mengambil tangannya untuk kusalami."Eh, kok Mas ke sini dengan Seli?""Sebentar, Dek. Biarkan Seli duduk dulu, ya. Kamu sekarang siapkan minum dan makanan buat Seli. Kasian dia sudah perjalanan jauh," kata Mas Radit.Aku menghela napas kembali. Dada ini rasanya gemetar, Mas Radit masih belum menjelaskan semua. Aku diminta memberinya makanan?Aku bergeming di tempatku."Dek, kamu kenapa? Tolong buatkan minum dulu. Aku juga capek," katanya lagi."B
Read more

Pengakuan Mas Radit

Aku kembali ke kamar. Mas Radit ternyata sudah tertidur. Aku pandangi wajahnya yang biasa kujahili kalau dia tidur. Tapi sekarang, rasanya tak mood untuk melakukannya.Kutinggalkan saja dia sendiri di kamar, biar ku tidur di sofa saja. Di satu sisi aku kasihan padanya, di sisi lain rasanya ingin marah saja kalau berada di sebelahnya. Aku juga harus siap dengan pernyataan suamiku nanti dan mengambil keputusan apakah tetap di sisinya atau akan pergi meninggalkannya.***Aku terbangun karena merasakan sentuhan di kedua pipiku. Ternyata Mas Radit sudah bangun dan baikan."Eh, Mas. Udah sehat?" tanyaku."Alhamdulillah udah baikan. Kamu kenapa tidur di sini?" tanyanya."Oh ... Mungkin ketiduran setelah menerima telepon, Mas."Mas Radit mengambil kedua tanganku agar aku segera bangun. Aku menyambut tangannya, lalu bangkit dari sofa."Terima kasih, Mas," kataku tanpa senyuman."Kok kamu masih cemberut? Mas lihat dar
Read more

Kedatangan Lia

"Kania ... kamu nggak apa-apa kan?" Ketika ku buka pintu, Lia langsung menanyaiku."Ya Allah, Lia sepupuku yang baik hati. Sepagi ini kamu dah sampai Bogor. Aku nggak apa-apa, Lia! Hanya hatiku yang sakit. Ayo masuk!" ajakku pada Lia.Aku dan Lia duduk di ruang tamu, kami berdampingan. Iya. Aku beli ini makanan kesukaanmu. Sengaja beli, biar kamu ngemil. Kayanya kamu bakal nggak napsu makan," ujarnya sok tau."Iya, Lia. Makasih ya. Aku masih mau makan kok, Li. Hanya aku bingung ke depan seperti apa. "Coba kamu ceritakan bagaimana Radit membawa Seli ke sini?""Sebentar, aku mau kasih kamu minum. Kamu pasti capek!"Nggak usah, aku ambil aja nanti ke belakang. Lagian ini ada air mineral gelas, aku minum ini aja!" katanya setelah melihat minuman itu di meja.Aku pun setuju, lalu mulai bercerita."Iya, kemarin Mas Radit membawa Seli ke rumah. Tapi mereka pergi lagi, Mas Radit mencarikan Seli kontrakan
Read more

Janji yang Tak Kau Tepati

Mas Radit tak pulang pagi-pagi. Mungkin dia langsung ke toko. Baiklah Mas, tak apa-apa, aku sangat tau kesibukanmu.Aku mencoba mengafirmasi kalimat-kalimat positif. Kalimat-kalimat itu kutulis di kertas, lalu kutempel di cermin. Saat memandang cermin di depanku, aku membaca semuanya dan mengafirmasi kalimat-kalimat itu."Kamu harus kuat, Kania!""Kamu berharga!""You are amazing!"Itulah kalimat-kalimat yang kutuliskan di cermin. Semoga menjadikan diri ini lebih baik dan lebih bisa menyingkirkan hal negatif.Saat sedang sibuk mengafirmasi diri, tiba-tiba gawaiku berbunyi."Halo Kania, Sayang. Maaf, Mas belum bisa pulang. Mas sudah di toko sekarang. Insya Allah nanti pulang lebih cepat, karena toko lainnya tak perlu Mas kunjungi hari ini," katanya penuh semangat."Iya, Mas.""Kamu tunggu ya, Sayang. Mas kangen deh sama kamu. Sehari nggak ketemu rasanya seperti setahun. Tunggu Mas di rumah ya, Sayang!""Iya, Mas."
Read more

Akupun Memaafkannya

Aku menghela napas kasar. Pernyataan suamiku membuatku terpancing."Mas, aku juga butuh kamu. Walau segala kebutuhan sudah kau penuhi, tapi aku merasa kosong jika kamu lebih mementingkan Seli daripada aku, Mas! Aku terluka," kataku jujur."Kania ... Selama ini ku lihat kamu wanita yang kuat, Kania. Berbeda dengan Seli yang mudah rapuh. Jadi maafkan atas kesalahanku. Mudah-mudahan aku bisa adil dengan kalian berdua. Kamu masih mencintaiku, kan Sayang?"Aku diam, walau masih cinta, untuk saat ini aku tak mau menjawab pertanyaannya. Harusnya Mas Radit tau dengan sikap seperti ini, berarti aku memang mencintainya. Mas Radit mengulang pertanyaannya, "Apakah kamu masih mencintaiku, Dek? Jawab Kania, aku menunggu jawabanmu sekarang." "Aku masih mencintaimu Mas, tapi sejak Selly ada, aku merasa kamu sudah berubah, tidak seperti dulu lagi," jelasku."Sayang, aku tak mau kehilanganmu. Aku janji, kalau hal kemarin tak membuatmu bahagia, aku
Read more

POV Radit 1

Bab 7POV RaditSeli muntah lagi, semalam dia juga muntah. Tapi memang saat ku mengerik punggungnya, warnanya menjadi merah. Berarti dia memang masuk angin, karena memang perjalanan Bandung-Bogor memang melelahkan."Dia masuk angin, Dek. Mas tau karena semalam dia juga muntah," kataku.Tak lama Seli datang, dia menyambung pernyataanku."Iya, Mas Radit mengerik punggungku. Lihat saja sendiri hasilnya, Kania." Seli memperlihatkan punggungnya pada Kania. Aku tak sempat melarangnya, takutnya Kania cemburu lagi.Kania melihatku dengan sorot matanya yang tajam, matanya membulat. Tapi ia tak mau mengatakan apapun saat ini. "Seli, katanya kamu sudah masak. Mana masakanmu? Kita makan bareng saja," ucapku."A, kok panggilnya nama? Katanya mau panggil Neng," timpal Seli padaku.'Duh, Seli kenapa sih. Banyak tingkah saat ada Kania,' batinku."Eh, iya. Aku lupa soalnya udah terbiasa panggil nama, jadi aku butuh adaptasi," ucapku sambil membawanya ke belakang.Di dapur aku menegurnya agar tak bany
Read more

POV Radit 2

Bab 8Tapi saat ini Angga menyuruh Seli kembali padaku saat aku sudah punya Kania. Aku tak punya waktu untuk menghubungi istriku, bicara padanya. Semua begitu cepat, hingga akhirnya aku lupa harus menghubunginya.Akad nikahpun terjadi, Angga senang dan tersenyum puas. Ia menyalamiku dengan perban, infus dan oksigen yang terpasang di tubuhnya."Kalian segera melaksanakan resepsi. Aku tidak apa-apa," katanya.Seli yang masih menangisi Angga harus kembali ke gedung pernikahan untuk melakukan resepsi bersamaku.Aku menghibur wanita itu. Wanita yang pernah mengisi hariku dulu, hatiku merasa sakit saat melihatnya terluka seperti ini. Dulu kulepaskan ia, walau hati ini sakit, yang terpenting kebahagiaannya."Sabar, Seli. Sehabis resepsi, kita kembali ke rumah sakit, ya!" Aku menghiburnya kembali.Ternyata takdir berkata lain, Angga harus pergi untuk selamanya setelah sejam kami tiba di gedung pernikahan.Beruntung resepsi hanya dua jam saja. Setelah itu, kami ikut menyemayamkan jenazah Angga
Read more

Makan Bareng

Bab 8"Mas, kamu basah gini kita pulang aja. Nggak usah makan di sini. Yuk!" ajakku yang tak bernafsu untuk makan. Malas jadinya melihat mereka bermesraan, sekarang harus menunggu yang bersih-bersih dan Mas Radit juga bajunya basah."Beneran kamu nggak mau makan di sini?" "Iya lagian bajumu basah.""Aku bisa ganti di sini kok, kan ada bajuku juga di sini," katanya.Aku mencebik mendengar perkataan suamiku. Ia memandangku datar. "Ya sudah, Mas ganti dulu. Tapi kita pulang dari sini."Mas Radit menurut. Dia hanya berganti pakaian, lalu kami pulang. Aku menunggu Mas Radit di mobil, biar dia yang bicara dengan Seli.Di perjalanan, aku tak mau bicara. Berharap banget dia memarkirkan kendaraannya ke rumah makan. Mungkin karena melihatku masih mencebik, akhirnya Mas Radit mengajakku makan di salah satu rumah makan favorit kami.Wajahku langsung semringah, ternyata dia tau perasaanku."Asyiiik Mas Radit mengajakku ke sini.""Iya, kan aku tau seleramu, Dek."Aku langsung memesan masakan Sund
Read more

Kelakuan Seli

Bab 10Rencana nanti akan kucek perputaran modal di bagian keuangan.Saat bergumam sendiri, tiba-tiba ingat kalau sekarang sudah awal bulan."Mas, mana gajimu bulan ini?" Pagi-pagi di awal bulan aku sudah bertanya mengenai gaji bulanannya."Sebentar ku transfer, ya!" Katanya sambil duduk di sampingku.Dia mentransfer gaji yang didapatnya sebagai pimpinan toko. Lalu aku mengecek m-bankingku.Aku memicingkan mataku ketika melihat angka yang tertera di m-bankingku."Aku dapat segini, Mas?Jangan dikurangi banyak gini dong, Mas! Harusnya Mas cari saja tambahan lain buat nafkahin Seli, bukannya memotong jatahku." Aku kecewa dibuatnya."Maaf, Dek. Kan tau sendiri, kemarin sudah terpakai buat sewa rumah dan beli isi rumah. Aku pinjam sebagian ke toko, makanya sekarang tinggal sisanya." "Duh, Mas. Pokoknya bulan depan jatahku harus sama. Nggak boleh dikurangi. Kalau buat Seli, pakai saja jatahmu. Mulai sekarang aku akan memikirkan diriku dan anakku, Mas!""Kamu nggak memikirkanku?""Masih, ha
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status