"Dengerin, Vi, itu tidak seperti yang kamu pikirkan. Please, dengarkan Mas." Tiba-tiba perutku terasa mual. Kutepis pelukan Mas Ilham. Aku berdiri dengan tubuh gemetar dan langsung berlari ke kamar mandi belakang.Aku muntah di wastafel. Napas rasanya tertekan di tenggorokan bersama tubuh yang terasa makin lemah. Pandangan mata mulai kabur dan aku luruh tidak ingat apa-apa lagi. Sesaat sebelum aku tidak sadar, kurasakan ada yang menahan tubuhku.Aroma minyak kayu putih dan bau obat menguat dalam penciuman. Aku langsung tersadar kalau tidak sedang di rumah. Ini pasti di klinik. Kurasakan badan yang masih lemah dan rasa pusing yang mendera."Alhamdulillah, kamu sudah sadar, Sayang." Suara Mas Ilham berada di sebelah kananku.Aku menoleh kemudian menarik tangan yang digenggamnya. "Minum, ya," tawarnya sambil meraih sebotol air mineral. Aku menggeleng.Sekarang ini aku ingin sekali ada Ibu dan Syifa di sini. Aku
Read more