Dengan mata yang bengkak, Kia menatap kertas di tangannya dengan napas yang tertahan. Sepulang dari pemakaman, tangisannya tak kunjung berhenti. Dia masih tidak percaya dengan apa yang baru saja ia alami, yaitu menghadiri pemakaman ayahnya, satu-satunya keluarga yang ia miliki. Sekarang Kia hanya sendiri, tidak ada yang menemani. "Ini apa, Pak?" tanya Kia pada Pak Harris, pengacara ayahnya. "Surat dari Ayah kamu, Kia." Tangis Kia kembali pecah. Kematian ayahnya benar-benar menjadi pukulan terberat dalam hidupnya. Dia merasa bersalah. Andai saja waktu bisa berputar tentu dia tidak akan pernah mengecewakan ayahnya. Dear, Azkia.. Anakku tersayang. Ayah harap kamu nggak lagi nangis sekarang. Kamu kuat, Sayang. Maaf Ayah nggak bisa temenin kamu lebih lama lagi. Tuhan ternyata sayang banget sama Ayah. Saat kamu baca surat ini, ar
Terakhir Diperbarui : 2022-01-13 Baca selengkapnya