All Chapters of Cewek Agresif VS Cowok Polos: Chapter 71 - Chapter 80

103 Chapters

71. Gerak Cepat

Pintu kaca transparan pada sebuah toko emas dibuka oleh datangnya Rian dan Inez. Pandangan mereka mengarah ke banyaknya pengunjung yang mengelilingi etalase berbentuk memanjang.Terdengar seorang bapak setengah baya tengah mempromosikan perhiasan di tangannya kepada salah satu pembeli."Ini barang baru dan dijamin nggak akan nyesel Anda membeli kalung liontin berlian ini."Mendengar kata kalung berlian, Inez dan Rian saling pandang, kemudian mereka maju mendekat."Oh, ya? Coba saya lihat dulu."Perhiasan itu berpindah kepada wanita yang dari cara berpakaian dan riasannya nampak glamor dan dari keluarga terhormat."Berapa harganya?""Nggak mahal hanya 25 juta."Seketika Inez melotot mendengar harga yang disebutkan naik dua kali lipat dari uang yang ibunya terima. Mengetahui perubahan ekspresi cewek di sebelahnya Rian tahu kalung itulah yang udah dijual mamanya ke toko emas ini. Tidak salah lagi pasti perhiasan itu adalah peninggalan dari almarhum papanya Inez."Saya yang akan membeliny
Read more

72. Menuntut Penjelasan

Memakan waktu hampir 1 jam mereka menempuh perjalanan dikarenakan keadaan macet di tengah waktu pulangnya para pekerja di hari sibuk begini. Tatkala mobil range rover miliknya telah terpakir sukses, Rian bergegas turun dan berlari kecil memutar, membuka pintu mobil untuk Inez. "Makasih, Yan," ucap Inez tersenyum lembut. "Sama-sama," jawab Rian dengan senyum hangat seraya menggenggam tangan cewek yang dicintainya tersebut masuk ke dalam menemui para temannya yang udah lama menunggu. "Tuh, Rian," seru Evi dari kejauhan saat melihat sosok yang ia kenal. "Eh, itu Rian sama siapa?" "Itu ... Inez, kan?" sambung Lisa. "Adik kelas kita waktu SMA dulu. Iya, kan?" "Iya, bener. Tapi kok Rian bisa sama dia? Nah, gandengan tangan, lagi," sahut Sita terheran-heran mendapati pemandangan di depannya. "Jangan-jangan—" "Mereka jadian!" pekik Sita, Evi dan Lisa bersamaan. "Yup. Betul sekali," kata Beni tiba-tiba membenarkan dengan wajah semringah. Ketiga cewek tersebut saling pandang dengan raut
Read more

73. Are You Crazy?

Siang ini terasa panas membakar, bahkan saat memilih untuk keluar apa tidak, dirinya kini lebih memilih berdiam diri di kamar. Tidur-tiduran dengan raut gelisah. Entahlah, mungkin sebenarnya bukan hanya itu alasan satu-satunya ia merasa lemas seperti sekarang ini, lebih tepatnya banyak pikiran yang membuatnya sedih.Tapi ... sebagian besar emang condong ke situ.Iya. Maksudnya Dara ialah Frel dan tentang sesuatu yang terasa aneh.Ia tahu Frel udah jadian sama Kevan. Ia turut bahagia akan hal itu, yeah, walaupun lubuk hatinya menjerit. Akan tetapi ... asal sahabat baiknya itu senang, ya mau gimana lagi.Oke, jadi begini.Dari awal Dara emang lebih setuju jika Frel bisa pacaran sama Kenn. Mereka seperti cocok satu sama lain. Hanya saja pandangan pertama emang lebih kuat ketimbang yang lain. Frel udah suka sama kakak kelasnya itu sebelum bertemu Kenn. Maka nggak heran si Frel nembaknya ke Kevan daripada Kenn.Tahu-tahu Dara beranjak dari kasur empuknya dan berjalan mondar-mandir di kamar
Read more

74. Ajakan Tersembunyi

"Kev, ini laporan buat nanti. Coba dicek ada yang perlu diperbaiki nggak?" kata seorang cewek sambil berdiri lebih dekat ke arah Kevan.Dari penglihatan Frel, dia tahu tuh cewek emang sengaja mepet dan mencari perhatian kepada sang pacar, cuma kali ini ia biarkan. Ia nggak mau membuat keributan, lagian semua di sekolah ini juga udah pada tahu bahwa sang Ketua OSIS kita udah resmi jadi miliknya.Ia akui cewek itu rada cerdas juga, mencari kesempatan di sela-sela tugasnya. Istilahnya sambil menyelam minum air. Ya, mereka lagi membahas soal rapat OSIS yang sebentar lagi akan dimulai. Mana mungkin ia mau merusak acara hanya karena ulah kecentilan yang nggak bermutu dari tuh cewek.Oke, selama nggak berlebihan dia akan terima. Ia hanya akan mengamati dari jarak jauh sambil duduk manis seperti sekarang ini. Menyangga dagu dengan kedua tangan dan menatap pacarnya seraya senyum-senyum sendiri. Ia nggak akan bosan memandangnya, apalagi melihat mata indahnya. Lebih-lebih di saat sang pacar dala
Read more

75. Galau

Benar kata Alvin, dia tadi emang mikirin Dara. Tuh anak kayak paranormal, tahu aja apa yang ada di otaknya.Sejujurnya semenjak Dara pulang dari rumahnya kemarin, ia langsung tanyakan apa yang tengah terjadi pada Dito. Ari memaksanya untuk jujur dan tidak ada yang boleh ditutup-tutupi. Dia bahkan sampai mengancam adiknya itu akan membuang mainan kesukaannya jika tidak mau bicara.Alhasil Dito menceritakan segalanya. Dari awal dia telepon hingga si medusa datang ke rumah memakai baju renang ketat yang bermotif bunga-bunga dengan berbagai macam warna."Si medusa bodoh banget tau nggak, sih, Kak. Masa gue bilang help-help, dianya ngira bunyi blulup-blulup. Mirip dari mana coba? Telinganya nggak pernah dibersihin kali, ya," terang Dito berapi-api.Mendengar bunyi "blulup-blulup" yang diucapkan Dito membuat Ari menahan keras tawanya yang hampir menyembur keluar."Dia ngira lo mau kelelep, kali," sahut Ari."Nah itu, Kak. Persis yang diomongin si medusa. Dia juga bilang dikira gue mau kelel
Read more

76. Jebakan

"Bagus nggak tempatnya, Ar? Gue nggak salah pilih kan buat lo? Di sini lo bisa lampiasin kekesalan, kegalauan atau apa pun itu. Lo bisa teriak-teriak sekenceng mungkin dan terpenting enggak akan ada yang anggap lo gila." Ari terdiam, nggak menanggapi ocehan Alvin. Ia hanya menatap sekeliling ruangan dengan tenang. Ruangan yang begitu besar dan mewah. "Kayaknya ini terlalu besar." "Ya, bagus dong. Makin besar makin bagus. Agar lo nggak pengap di sini, Ar," sahut Alvin. "Ini sih kapasitas ruangan bisa untuk 30 orang lebih. Kegedean kalo cuma buat kita berdua, Vin. Pasti lo sewa ruang VVIP." "Nggak apa-apa, Ar. K-kalo masalah uang, lo nggak perlu khawatir. Udah gue bayar lunas di muka," jawab Alvin tergagap, meski ia kembali bisa mengendalikan sikap gugupnya sambil berdoa semoga Ari jangan sampai mengetahui rencananya. "Ya, ya, gue tau lo tuan muda kaya," ucap Ari seraya memutar kedua bola matanya, malas. "Ya, itu lo tau," timpal si songong Alvin sambil menyengir kuda. Memang seja
Read more

77. Adegan Dimulai

Ari berkali-kali melihat jam di tangannya. Lima belas menit berlalu, tetapi Alvin tak kunjung kelihatan batang hidungnya. Makanan di piringnya udah habis dari tadi, tapi tetap aja tuh cowok belum balik juga sampai sekarang.Emang apa aja yang dilakukan playboy sarap itu di toilet?Ari meraih gelas di depannya dan meminumnya hingga tandas. Ini nggak bisa dibiarkan. Jangan-jangan Alvin diam-diam udah ninggalin dia sendirian. Mengingat ia pernah akan ditinggalkan saat adegan ngerusuh di acara kencan Kevan dan Frel dulu, bisa aja kali ini juga sama. Kalau berhubungan dengan si kampret Alvin, semua kemungkinan apa aja bisa terjadi.Netra Ari mengedar ke seluruh penjuru ruangan, hanya kosong yang ia dapati. Setelah menghela napas kasar, ia bangkit dan hendak menyusul Alvin sekaligus mengecek apa benar dugaannya bahwa dirinya ditinggalkan sendiri?Akan tetapi belum juga kakinya melangkah, tiba-tiba pintu terbuka lebar dan terlihat begitu banyaknya cewek cantik berpakaian minim masuk ke ruang
Read more

78. Super Seksi

"Kamu jadian ya sama Nak Rian?" tanya sang mama saat memasuki kamarnya.Inez melirik sekilas, lalu menghela napas. "Apa peduli mama?""Ya, peduli dong, sayang. Kamu kan putri mama," jawab Devita.Inez berdecak. Masihkah beliau pantas disebut mama ketika sang anak selalu berada di urutan nomor terakhir dalam segala hal. Sementara kepentingan beliau sendiri harus di nomor satukan. Bahkan ingatan tatkala ia hampir dijual oleh mamanya sendiri kepada om-om hidung belang masih terekam jelas di ingatan."Kalo iya kenapa, dan kalo nggak kenapa?""Ah, kamu ini, Nez. Kalau iya, mama kan seneng banget, Nez. Nak Rian itu anaknya baik, ramah, sopan, perhatian dan yang penting dia sepertinya sayang banget sama kamu. Mama setuju kalau kamu jadian sama Nak Rian," tutur Devita. Wajahnya terlihat semringah.Inez mendengkus sambil memperbaiki riasannya. "Bukannya mama setuju karena Rian masuk dalam kriteria mama? Kalo dia pria biasa dan nggak kaya, aku yakin mama bakal menolaknya mentah-mentah."Ucapan
Read more

79. Pemicu Keagresifan Inez

Rian langsung meneguk ludahnya yang terasa tersangkut di tenggorokan.Ia menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal sama sekali. Kenapa tuh cewek harus mengatakannya secara gamblang?Kalau bukan karena ia masih terikat kontrak kerja sama dengan perusahaannya, ia mungkin akan melakukan tindakan tegas. Udah jelas dari sikapnya, cewek itu seperti sengaja mengatakannya di depan Inez.Huft ... kali ini kelihatannya ia harus lebih berhati-hati. Akhirnya Rian hanya bisa cengengesan tanpa membalas ucapan cewek seksi itu."Wah, gimana kabarnya, Bu? Sendirian ke sini?" Rian lebih memilih mengalihkan ke hal lain dengan tampang tengilnya."Oh, ceritanya pengalihan ini?" ucapnya dengan mengulum senyum, memperlihatkan bibirnya yang merah merona.Rian menyengir kuda, sementara Inez tampak kebingungan dan berusaha mencerna sesuatu.Cewek itu berjalan perlahan mendekat ke arah Rian. Tangannya terkulai lembut di atas bahu mantan pacarnya.Senyum tipis ia sematkan untuk cowok yang sampai saat ini masih
Read more

80. Keanehan

Dara berjalan dengan gontai di sepanjang koridor sekolah. Ia tak bisa tenang sebelum apa yang ia pikirkan bisa ia lihat kejelasannya. Beberapa hari ini ia tak punya niat untuk bertemu Ari. Bukannya nggak mau, hanya aja dia nggak mau pangerannya itu berpikir yang bukan-bukan jika kebersamaannya nanti terasa membosankan diakibatkan dirinya yang emang nggak lagi bersemangat. Ah, nggak tahu kenapa sampai segininya dia merasa kepikiran. Frel dan Kak Kevan. Kenapa seolah hanya dia di sini yang nggak senang ketika mereka jadian? Ia berharap Frel bisa pacaran sama Kenn. Ya, Kenn. Hanya dia sepertinya yang cocok sama Frel. "Kenn!" Dara yang kini akan naik tangga menuju kelasnya sontak terhenti tatkala mendengar teriakan Frel. Ia menoleh dan memperhatikan dari kejauhan ada Kenn dan Frel yang mengejarnya. Seketika mata Dara berbinar-binar. Itu artinya Kenn telah pulang dari Jerman. Kenn berhenti tanpa membalikkan tubuhnya. Detik selanjutnya ia kembali melangkah pergi dan tak menghiraukan Fr
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status