"Bagus nggak tempatnya, Ar? Gue nggak salah pilih kan buat lo? Di sini lo bisa lampiasin kekesalan, kegalauan atau apa pun itu. Lo bisa teriak-teriak sekenceng mungkin dan terpenting enggak akan ada yang anggap lo gila." Ari terdiam, nggak menanggapi ocehan Alvin. Ia hanya menatap sekeliling ruangan dengan tenang. Ruangan yang begitu besar dan mewah. "Kayaknya ini terlalu besar." "Ya, bagus dong. Makin besar makin bagus. Agar lo nggak pengap di sini, Ar," sahut Alvin. "Ini sih kapasitas ruangan bisa untuk 30 orang lebih. Kegedean kalo cuma buat kita berdua, Vin. Pasti lo sewa ruang VVIP." "Nggak apa-apa, Ar. K-kalo masalah uang, lo nggak perlu khawatir. Udah gue bayar lunas di muka," jawab Alvin tergagap, meski ia kembali bisa mengendalikan sikap gugupnya sambil berdoa semoga Ari jangan sampai mengetahui rencananya. "Ya, ya, gue tau lo tuan muda kaya," ucap Ari seraya memutar kedua bola matanya, malas. "Ya, itu lo tau," timpal si songong Alvin sambil menyengir kuda. Memang seja
Read more