"Hn, aku suami yang sangat mencintai istrinya." Edgar tersenyum tipis. "Maaf karena merepotkanmu." "Aku maafkan karena kau suamiku." Karena pria lebih kuat daripada wanita, Edgar lebih cepat pulih dari demamnya setelah meminum obat dan dikompres beberapa kali. "Demamnya sudah turun. Kurasa kau sudah bisa bergerak bebas, Ed." "Kau salah, aku masih sedikit lemas. Jika saja aku mendapat sebuah ciuman, mungkin tenagaku akan kembali." Bisa-bisanya Edgar bercanda setelah sembuh dari demam, namun Anna bersyukur karena suaminya sudah sehat kembali, bahkan sudah bisa membuat lelucon konyol. Cup! Sebuah kecupan ringan mendarat di bibir Edgar, membuat pria itu tak bisa menahan seringainya. Entah mengapa dia rindu dengan suasana seperti ini, suasana yang penuh cinta dan kemesraan. Hatinya merasa bersalah karena tidak berkata jujur pada Anna mengenai kelainan yang berasal dari trauma masa lalunya. "Sepertinya aku tidak mengatakan kecupan, tapi ciuman. Jadi, yang barusan tidak dihitung k
Baca selengkapnya