Home / Romansa / MENDOBRAK KASTA BERMODAL CINTA / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of MENDOBRAK KASTA BERMODAL CINTA: Chapter 141 - Chapter 150

221 Chapters

Kehamilan Arum

Pandu benar-benar terkejut dengan ekspresi Arum. Dia tidak menyangka Arum tiba-tiba mual dan segera berlari ke kamar mandi, lalu memuntahkan semua makanan yang berada di dalam perutnya. Pandu sangat resah. Begitu juga dengan Saras yang segera memberikan air hangat kepada Arum."Arum. Apakah kau sakit? Kenapa kau tiba-tiba seperti ini?" tanya Saras dengan cemas. Sementara Arum menggelengkan kepala dan wajahnya semakin pucat.Pandu segera mengambil alat kedokterannya. Dia memeriksa Arum dengan sangat seksama. Tubuhnya tidak demam hanya saja Arum terus mual dan ingin sekali muntah."Arum lebih baik kau merebahkan tubuhmu di dalam kamar," ucap Pandu kemudian menggendong Arum dan membawanya masuk ke dalam kamar. Lalu merebahkannya dengan sangat pelan."Apakah kau tidak datang bulan Arum?" tanya Pandu dengan sangat serius. Arum mengernyit dan berusaha mengingat-ingat."Entahlah, aku sendiri tidak mengingatnya. Tapi aku merasa sangat mual dan aku tidak suka dengan bau amis, ataupun bau apa p
last updateLast Updated : 2022-05-31
Read more

Mencabut Tuntutan

Mereka tidak mengerti dengan kehadiran Joko. Padahal sebelumnya Joko juga sudah mendekam di dalam jeruji besi dan tidak mungkin membuat dirinya terbebas begitu saja."Joko, apa yang sudah terjadi? Baiklah, sebaiknya kita membicarakan ini di dalam. Kau terlihat sangat berantakan dan wajahmu sangat pucat. Aku akan memberikan minuman dan vitamin yang harus kamu minum." Pandu menarik Joko untuk masuk ke dalam rumahnya. Arum dan Saras mengikutinya dari belakang."Ibu. Bisakah kau memberikan Joko minuman hangat? Karena aku lihat, dia sangat tidak sehat," ucap Pandu membuat Saras menganggukkan kepala."Aku akan membuatkannya, Pandu. Kau jangan khawatir," jawab Saras kemudian segera masuk ke dapur dan membuatkan teh hangat untuk Joko.Arum segera duduk di sebelah Pandu dan mengamati Joko yang terus menundukkan kepalanya, kemudian perlahan dia menarik napas panjang. Sebelum akhirnya berkata, "Raden, bantu aku. Raden, aku membutuhkan bantuan Anda untuk membebaskan Sabrina dari semua tuduhan itu
last updateLast Updated : 2022-05-31
Read more

Permintaan Mustahil

Sabrina terbebas. Dia keluar dengan dua polisi wanita yang mengawalnya. Sabrina berjalan dengan kepala yang menunduk. Dia terus berjalan hingga sampai di depan Joko dan Pandu yang terkejut melihat keadaan Sabrina. Mereka sama-sama menarik napas panjang."Sabrina, kita akan keluar dari sini. Sekarang ikut aku," ucap Joko sembari menarik Sabrina, kemudian memberikan jaketnya. Sementara Pandu mengagukan kepala kepada kedua polisi itu dan segera meninggalkan mereka.Mereka bertiga berjalan hingga sampai di mobil hanya dalam diam, tidak berucap apa pun. Pandu masuk dan duduk di depan kursi. Sementara Sabrina duduk di kursi belakang. Joko meninggalkan Sabrina dalam cemas. Dia menutup pintu mobil, kemudian duduk tepat di sebelah Pandu."Sebaiknya kau menemaninya di belakang. Aku tidak masalah. Lihatlah, dia seperti itu. Kau harus mendekat, Joko. Paling tidak kau berada di sebelahnya."Sabrina mengamati Joko dengan tajam dari kaca spion. Dia memendam amarah. Dia sangat membenci pengawal setia
last updateLast Updated : 2022-06-01
Read more

Masih Berusaha Merusak

Arum semakin tidak mengerti kenapa Sabrina melakukan hal itu kepadanya. Bahkan mengatakan jika Pandu sudah menyetujui permintaan itu."Apa yang kau lakukan Sabrina? Kau tidak perlu seperti ini. Berdirilah." Arum terus mencoba mengangkat tubuh Sabrina. Namun, wanita itu masih saja terdiam sambil menunduk dan menangis."Arum. Izinkan aku menjadi istri kedua. Aku sudah membicarakan kepada Pandu. Dia mengerti. dia pasti bisa memperlakukan kita secara adil."Sabrina benar-benar tidak memiliki urat malu. Arum sama sekali tidak mengerti. Bahkan dia melihat Pandu yang memegang kepalanya, tidak tahu harus berkata apa."Nona Sabrina. Tolonglah, jangan membuat masalah seperti ini kembali. Saya berada di sana dan Raden Pandu tidak pernah mengatakan apa yang Nona katakan. Jangan pernah melakukan kebohongan sekali lagi, karena itu sama saja menjerumuskanmu kembali ke dalam masalah. Jangan Nona. Kau seharusnya berterima kasih kepada mereka yang mau menampung kita."Kepala yang semula menunduk akhirn
last updateLast Updated : 2022-06-03
Read more

Kembali Akan Memfitnah

Pandangan itu. Kedua mata yang semula sendu, kini tajam. Sabrina tersenyum sambil berjalan, menyentuh semua yang ada di dalam."Pandu. Kau ... akan selalu menjadi milikku. Aku tidak akan pernah melepaskanmu. Apa pun itu, aku akan menjadi istrimu."Seseorang membuka pintu kamar. Sabrina terperanjat. Dia terkejut melihat Pandu berada di hadapannya. Senyuman seketika terlihat. Hati Sabrina merasa bahagia."Sabrina. Kita harus bicara. Ini sangat penting. Arum dan ibunya sedang berbelanja. Keluarlah, kita akan berbicara."Sabrina semakin tersenyum. Apa yang bisa dia lakukan saat sendirian bersama Pandu? Tidak ada siapapun di dalam rumah. Sedangkan, posisi mereka berada di dalam kamar. Ini adalah kesempatan emas untuk dia gunakan."Sabrina. Kenapa kau diam saja? ikuti aku, dan kita harus bicara." Pandu masih menatap Sabrina yang terdiam."Aku ... aku sangat pusing. Aku tidak bisa menahannya. Entahlah. Kepalaku sakit. Kedua mata ini tidak bisa melihat dengan jelas. Kau ... argh!"Spontan Pan
last updateLast Updated : 2022-06-03
Read more

Kepergian Pandu

Arum tidak percaya. Dia melihat Pandu sangat marah. Bahkan berniat untuk pergi."Mas, kenapa kau pergi? Bukankah kita harus menyelesaikan semua dengan kepala dingin? Kenapa kau malah lari?""Untuk apa menyelesaikan dengan kepala dingin? Sekarang saja kau dipenuhi emosi. Kita sebaiknya berpisah sementara. Tidak baik seorang pria tinggal bersama wanita selain pasangan.""Mas, bukankah ini keputusanmu!" Arum semakin membentak Pandu Iya sama sekali tidak terima dengan keputusan pandu yang mendadak seperti itu."Jika kau menginginkan kita menyelesaikan masalah dengan kepala dingin, lalu kenapa kau membentakku seperti ini? Arum, kau sudah emosi dengan kecemburuanmu yang tidak jelas seperti itu. Apa yang harus aku lakukan. Percuma saja aku menjelaskan. Tapi, kau tidak mau mendengarkanku. Untuk apa kita bersama? Sebaiknya kita berpisah dan itu adalah keputusanku. Sebagai istri, jangan pernah membantah apa yang suamimu katakan!"Pandu berjalan meninggalkan Arum yang masih menahan amarah. Pandu
last updateLast Updated : 2022-06-03
Read more

Kedatangan Ardi

Pandu memegang kepalanya. Wojo bersikeras tetap mempertahankan pendapatnya. Kasoemo dan Walongsono. Sekarang musuh yang akan dia basmi. Musuh yang akan dia habisi. Pandu akan segera bertindak. Dia tidak bisa tinggal diam!"Aku akan kembali. Sangat bahaya jika Wojo ke rumah Arum dan mengambil Sabrina, lalu membunuhnya. Ini tidak bisa terjadi."Pandu berlari. Kembali masuk ke dalam mobilnya. Dia akanmencegah itu semua. Mesin dia nyalakan. Pedal gas dia tekan cukup dalam. Pandangannya lurus ke depan. Berharap dia tepat waktu untuk sampai di rumah. Tanpa sadar, Pandu menuju pantai yang cukup jauh dari rumahnya."Ternyata cukup jauh. Apa yang aku pikirkan? Hah, kenapa aku sampai keluar dari rumah dan meninggalkannya sendirian? Aku ... aku tidak akan membiarkan Wojo ke sana dan mengambil Sabrina."Keadaan lalu lintas semakin padat. Berkali-kali Pandu menekan klakson. Dia terjebak kemacetan akibat trus yang terguling di sebelah kanan."Sialan!" umpatnya. Padahal, selama ini dia jarang sekali
last updateLast Updated : 2022-06-04
Read more

Memburu Sabrina

Ardi tidak percaya melihat Pandu. Dia menarik Pandu, dan menepuk-nepuk punggungnya. Napas Pandu sangat sesak. Dia berlari sangat jauh untuk sampai ke rumah."Ar-di ...," ucapnya terpatah-patah. "Kenapa kau datang?" lanjutnya masih sembari mengatur napasnya."Aku, harus menyampaikan sesuatu. Kalian, izinkan aku masuk ke dalam."Arum menarik Ardi. Pandu mengikutinya dari belakang. Pandu masih melirik Arum yang tidak memandangnya. Hati Pandu resah melihatnya. Dia tidak ingin ada masalah salah paham dengan Arum. Namun, Arum juga masih saja sedikit percaya dengan Sabrina. Pandu masih diam. Dia lebih baik tidak mengungkit itu, apalagi ada Ardi."Kenapa kalian? Aku lihat kalian seperti mu ....," ucapnya terhenti saat Sabrina keluar dari kamar. Ardi tidak percaya melihat sosok Sabrina berada di sana. Apalagi menginap. Dia berdiri dari duduknya, kemudian menatap Sabrina dengan serius. Lalu dia merasakan jika mereka berdua mengalami masalah pasti karena kehadiran Sabrina di rumah ini."Bisakah
last updateLast Updated : 2022-06-04
Read more

Melarikan Diri

Pandu mendekati Arum. Dia tidak mengerti. Kenapa Arum sampai memiliki kunci gudang Selena? Pandu beranjak dari duduknya, mendekati Arum. Menatapnya penuh tanda tanya."Arum. Kenapa kau memiliki kunci itu? Apakah kau pernah ke sana? Untuk apa kau menyimpannya?"Setumpuk tanya untuk Arum, membuatnya kebingungan menjawab. Karena itu rahasia dirinya dengan Selena."Tidak penting tentang itu. Yang penting, kita bisa menyembunyikan Sabrina. Tidak mungkin Wojo bisa menemukan dia. Karena itu tempat Selena."Pandu menatap Ardi. "Apa yang dikatakan Arum benar. Kita akan ke sana. Kita jangan membuang waktu."Ardi mendekati Sabrina. Dia menarik dengan kasar. Sabrina mendongakkan kepala. Menatap Ardi yang masih memasang wajah seram kepadanya."Lihatlah, kita semua peduli denganmu. Kita tidak akan membiarkanmu celaka. Jadi, kau jangan pernah melakukan hal buruk." Ardi melepaskan tangan dengan kasar. Pandu berdiri dan menariknya. "Dia hamil. Jangan perlakukan seperti itu. Bagaimanapun dia wanita."
last updateLast Updated : 2022-06-04
Read more

Menuju Pelabuhan

Pandu masih mengamati semua arah. Dia tetap akan mencari keberadaan Arum. Dia tidak akan tinggal diam. Memang dia tidak mendapat restu dari Romo. Restu yang sama sekali tidak bisa dia dapatkan dari Romo.Pemuda yang mengendarai motor itu masih saja melaju kencang. Dia hanya berjalan lurus ke depan tanpa menanyakan Pandu harus pergi ke mana. Sementara, suami Arum itu masih saja tidak tahu arah tujuan."Aku tidak tahu harus berjalan ke mana. Mobil itu cukup kencang melesat. Aku tidak tahu harus bagaimana, jika terlambat menuju ke sana. Apa yang akan terjadi dengan Arum? Dia sedang hamil. Begitu juga dengan Sabrina? Bagaimana aku pergi ke sana?"Pemuda itu akhirnya merasa aneh. Dia menepikan sepeda motornya, melepaskan helm. Sambil menarik napas, dia menolehkan pandangannya ke belakang. Pandu segera turun dari sepeda motor itu. Dia berdiri, masih berkaca pinggang sambil mengamati semua arah."Dia ini kenapa ya?" gumam pemuda itu. Dia turun dari sepeda motor, mendekati Pandu dan ikut meng
last updateLast Updated : 2022-06-04
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
23
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status