Semua Bab Bimantara Pendekar Kaki Satu: Bab 341 - Bab 350

582 Bab

341. Bimantara VS Walat

Kakek Kepala Perguruan terhempas di atas tanah sambil memuntahkan darah. Para muridnya pun tampak cedera berat setelah jatuh dari ketinggian.“Sepertinya kita tak akan pernah bisa melawannya,” ucap muridnya lemah.Kakek itu hanya diam lalu memandangi Walat yang masih mengarahkan tongkatnya ke atas langit. Kakek itu memandangi sekitar. Dia tampak sedih melihat rumah-rumah penduduk tampak hancur dan pohon-pohon tampak tumbang. Di sekitarnya sudah menjadi padang yang memperlihatkan kehancuran. Mirip seperti kejadian setelah perang.Tak lama kemudian terdengar suara kuda dari kejauhan sana. Kakek itu tercengang ketika mendapati Kawanan Perguruan Matahari tiba di tempat itu. Tak lama kemudian Kawanan dari Kerajaan Nusantara Tengah juga datang. Panglima Adhira telah membawa para prajuritnya yang banyak ke sana. Setelah itu menyusul Pangeran Sakai diikuti para prajuritnya dari kerajaan Nusantara Timur.Semuanya berhenti di bawah Walat yang masih melakukan aksinya mengendalikan awan hitam itu
Baca selengkapnya

342. Bimantara VS Walat 2

Kepala Perguruan Matahari dan yang berada di bawah sana tampak tercengang melihat kehebatan Bimantara yang sedang mengejar Walat di atas langit sana. Kini mereka melihat Bimantara terlah berhasil merebut tongkat hitamnya. Mereka berdua bertarung sengit di atas sana.Pendekar Pedang Emas mendekati Kepala Perguruan.“Apakah pemuda itu Candaka Uddhiharta?” tanya Pendekar Pedang Emas dengan heran.“Melihat ciri-cirinya, sepertinya dialah Candaka Uddhiharta seperti yang dikatakan Kepala Perguruan Elang Putih,” jawab Kepala Perguruan.“Apakah kita diam saja begini? Bukankah sebaiknya kita membantunya melawan penyihir jahat itu?” tanya Pendekar Pedang Emas.Kepala Perguruan pun tampak terdiam sesaat. Tak berapa lama kemudian, dia menoleh pada semua yang sedang menatap pertarungan Bimantara dengan Walat di atas sana.“Semuanya! Ayo kita bantu pemuda itu!” teriak Kepala Perguruan pada semuanya.Kakek Kepala Perguruan Elang Putih tampak mengangguk. Pangeran Sakai dan para guru utama dari pergur
Baca selengkapnya

343. Bimantara VS Walat 3

Penguasa kegelapan yang masih duduk di pinggir kolam itu tampak tertawa ketika melihat muridnya sudah berhasil membangunkan roh-roh jahat itu dalam dirinya.“Bagus! Rebut pedang perak cahaya merah itu di tangan pemuda jahanam itu!” teriak Penguasa kegelapan.Walat asli yang kini sedang bertarung menghadapi Bimantara mendengar bisikan itu. Dia pun melakukan gerakan cepat melawan Bimantara. Bimantara yang juga mendengar bisikan itu tampak yakin kalau Walat yang sedang menyerangnya itu adalah Walat aslinya. Sementara Walat-Walat yang lain adalah Walat palsu yang berasal dari ajiannya.Bimantara pun menggunakan jurus tendangan seribunya untuk melawan Walat. Namun dengan sigap Walat mampu menghindari tendangan demi tendangan yang dilakukan Bimantara. Matanya mampu menangkap gerakan cepat Bimantara hingga dia bisa awas dan menghindari tendangannya.Seketika Walat berubah menjadi Bimantara. Kini Bimantara menjadi dua. Bimantara heran.“Bunuh pemuda ini! Penyihir ini telah berubah menjadi dir
Baca selengkapnya

344. Kembali Ke Mata Air Abadi

Walat berlutut di hadapan Penguasa Kegelapan. Dia tampak takut dan gemetar. Penguasa Kegelapan tampak murka menatapnya.“Kenapa kau lari darinya?” teriak Penguasa Kegelapan dengan kecewa.“Pemuda itu sangat kuat, Tuan Guru. Aku butuh waktu untuk melemahkan semua kekuatan yang dimilikinya,” jawab Walat dengan gemetar.“Aku sudah memberikan semua ilmuku padamu! Kau hanya kurang percaya diri saja! Kekuatanmu dengan pemuda itu sudah seimbang! Harusnya kau jangan mengalah begitu saja!” teriak Penguasa Kegelapan dengan geramnya.“Ampun, Tuan Guru! Hamba memiliki cara lain untuk menaklukkan pemuda itu,” ucap Walat.“Dengan cara seperti apa?” tanya Penguasa Kegelapan dengan heran dan menyangsikannya.“Beri hamba kesempatan sekali lagi. Jika kali ini gagal hamba siap menerima hukuman apapun dari Tuan Guru,” pinta Walat.“Baiklah. Aku beri kau kesempatan satu kali lagi! Jika kau gagal, maka kau akan menjadi patung batu seperti murid-muridku yang lain yang gagal memenuhi keinginanku!” ancam Peng
Baca selengkapnya

345. Golok Bambu

Bimantara berdiri bersama Dahayu di hadapan pohon bambu yang tampak rimbun. Tongkat hitam sedang digunakannya. Bimantara mendongak. Dedaunannya tampak bergerak-gerak ditiup angin lembut. Dahayu menoleh pada Bimantara.“Katanya mau menebang bambunya dengan tongkat? Memangnya bisa?” tanya Dahayu tak percaya.“Kau tidak percaya?” tanya Bimantara.“Kalau belum melihat aku tak akan percaya,” jawab Dahayu.“Mundur,” pinta Bimantara.Dahayu pun mundur beberpapa langkah. Bimantara mengulurkan tongkatnya. Tak berapa lama kemudian tongkatnya berubah menjadi golok yang begitu tajam. Dahayu tercengang melihatnya.“Tongkat ajaib,” puji Dahayu.“Sudah kubilang.”Dahayu kini terdiam. Bimantara menghilang. Dahayu heran. Tak berlapa lama bambu-bambu di dilingkaran paling depan bertumbangan. Bimantara muncul kembali sambil memegang goloknya. Dia tersenyum pada Dahayu, seolah ingin menunjukkan kehebatannya pada gadis itu.Dahayu tercengan melihatnya.“Bagaimana kau melakukannya?” tanya Dahayu tak percay
Baca selengkapnya

346. Pesan Dari Dewa

Pangeran Sakai datang menghadap Raja Dwilaga di kediamannya. Pangeran Sakai heran melihat gelagat dan mimik wajah ayahnya tidak seperti biasanya. Kali ini dia melihat ada wajah garang dan terbesit sebuah kebencian saat menatapnya.“Ampun, Yang Mulia. Ada apa gerangan Yang Mulia memanggilku?” tanya Pangeran Sakai.“Panggil kembali Panglima Sada ke istana ini,” pinta Raja Dwilaga yang masih dirasuki Walat itu.Pangeran Sakai terkejut mendengarnya.“Untuk apa, ayah?”“Kau memanggilku ayah?” tanya Raja Dwilaga heran.Pangeran Sakai mengernyit heran.“Ampun yang mulia. Bukankah engaku ayah kandung hamba?” tanya Pangeran tak percaya.“Meskipun kau anakku! Kau harus tetap hormat padaku dan panggil aku sesuatu aturan istana!” tegas Raja Dwilaga.Pangeran Sakai tampak heran melihat ketegasan Raja Dwilaga yang sangat berbeda dengan sikap ayahnya sebelumnya.“Ampun, yang mulia,” ucap Pangeran Sakai.“Sekarang panggilkan Panglima Sada dan suruh kembali ke istana!” tegas Raja Dwilaga.“Tapi Pangli
Baca selengkapnya

347. Ajian Kitab Sakti

Bimantara terus saja duduk bersila. Dahayu diam-diam datang lalu mengintip di balik batu. Dia heran melihat Bimantara sedang duduk bersila di atas batu. Tak lama kemudian Dahayu tercengang melihat tubuh Bimantara mendadak menyala terang. Seketika tangan Bimantara bergerak-gerak lalu dengan cepat Bimantara menunjukkan gerakan-gerakan ilmu bela diri yang tak pernah dilihat Dahayu sebelumnya.Bimantara meluncur ke atas langit dengan cepat. Bagai meteor yang terbang menembus langit. Tak lama kemudian Bimantara mendarat lagi ke atas batu lalu kini dia berputar membentuk cahaya lingkaran yang besar. Mata air itu tampak bersinar terang hingga jelas terlihat pepohoan di sekitarnya. Dahayu masih bersembunyi sambil melihatnya dengan takjub.Lama, cahaya di tubuh Bimantara meredup. Lalu Bimantara kembali duduk bersila sambil mengatur napasnya. Seketika dia membuka mata dengan lega. Dahayu terbelalak ketika mendapati Bimantara menatap ke arahnya. Dahayu menurunkan kepalanya di balik batu itu agar
Baca selengkapnya

348. Kediaman Sada

Sada sedang memotong kayu bakar di belakang rumahnya. Sukma datang membawakan minuman dan makanan untuknya. Dia meletakkannya di atas batuh pipih sambil menatap suaminya yang dipenuhi keringat.“Ini minumnya suamiku,” panggil Sukma.Sada berhenti memotong kayunya. Dia meraih lap yang terkait di batang pohon mati lalu mengelap keringat di dahi dan tubuhnya, setelah itu dia berjalan mendekat ke istrinya.“Sudah ada kabar dari orang suruhanmu mengenai keberadaan Dahayu?” tanya Sukma kemudian.Sada duduk dengan bingung, meraih air minumnya lalu menenggaknya. Setelah itu dia meletakkan kembali tempat minumnya di tempat semula sambil menatap Sukma dengan sorot mata khawatirnya.“Sampai saat ini mereka belum menemukan Dahayu, istriku,” jawab Sada.Sukma tampak sedih mendengarnya.“Di mana dia bersembunyi? Bagaimana keadaannya saat ini? Aku sangat mengkhawatirkannya, suamiku,” ucap Sukma.“Dahayu sudah dewasa. Dia juga seorang pendekar yang mendapat gelar pendekar selendang dari Perguruan Mat
Baca selengkapnya

349. Jurus Selendang Menangkap Ikan

Dahayu berdiri menghadap rumah panggung Bimantara. Dia mendongak ke atas memanggil-manggilnya.“Bimantara! Bimantara!” panggil Dahayu. Ya, Bimantara telah mengatakan nama aslinya pada Dahayu semalam. Sejak Dewa Angin memberitahukan nama aslinya, dia langsung memberitahukannya pada Dahayu dan Dhaksayini.Bimantara tidak menyahut di atas sana. Dahayu terbang dengan jurus meringankan tubuhnya lalu mengintip ke dalam rumah. Dia heran tidak mendapati Bimantara di dalam sana.“Kemana dia?” tanya Dahayu heran.“Mungkin dia berada di sungai,” ucap Dhaksayini yang tiba-tiba sudah berada di bawah sana.Dahayu langsung turun dan mendarat tepat di hadapan Dhaksayini. Dia melihat Dhaksayini sedang membawa bakul berisi umbi keladi yang diadapkannya dari dalam hutan sana.“Apa Bimantara pamit pada Bibi untuk ke sungai?” tanya Dahayu memastikan.“Dia tidak pamit, tapi tadi sebelum Bibi mencari umbi-umbian, dia berjalan ke arah sungai,” jawab Bibi. “Kenapa kau mencarinya?”“Aku ingin mengajaknya berbu
Baca selengkapnya

350. Pertemuan Sunyi

Bimantara masih menunggu jawaban dari Dahayu. Dahayu tampak bingung.“Jangan dulu,” jawab Dahayu.“Kenapa?” tanya Bimantara dengan heran.“Aku tidak mau ayahku mengajakmu bertarung hanya karena ayah lebih memilih Pangeran Sakai dibanding kamu,” jawab Dahayu.“Belum tentu ayahmu akan menolakku,” ucap Bimantara.Dahayu berjalan duluan. Bimantara mengejar langkahnya.“Kau masih belum yakin denganku?” tanya Bimantara kemudian.“Tunggu waktu yang tepat saja. Jangan sekarang,” pinta Dahayu.Bimantara pun teridam dan berjalan mengikuti langkah Dahayu menuju rumah mereka. Setiba di halama rumah mereka, Bimantara terkejut mendapat beberapa pemuda dan seorang gadis sedang berkengkrama dengan Dhaksayini. Bimantara menarik tangan Dahayu dengan heran.“Siapa mereka?” tanya Bimantara.“Mereka teman-teman seperguruanku,” jawab Dahayu. “Aku tidak tahu bagaimana caranya mereka bisa tiba di sini.”Dahayu pun mendekat pada mereka dengan heran. Ya, mereka adalah Welas, Rajo dan Kancil bersama dua prajuri
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
3334353637
...
59
DMCA.com Protection Status