Semua Bab Bimantara Pendekar Kaki Satu: Bab 331 - Bab 340

582 Bab

331. Bisikan Iblis

Bimantara memacukan kudanya dengan kencang. Dia sudah menaiki tebing menuju puncak bukit naga. Hutan tampak terlihat gelap meski hari masih siang. Tak lama kemudian dia melihat kabut putih berdatangan. Seketika suara-suara terdengar ke telinganya. Suara-suara yang terdengar menakutkan.“Kembalilah ke asalmu! Kau tak akan mengingat apapun lagi jika dipilih menjadi Candaka Uddhiharta! Dewa sengaja tidak memberitahukan hal ini padamu! Bukan hanya kandidat yang tidak terpilih saja yang bisa hilang ingatannya, melainkan yang terpilih juga!”Bimantara menghentikan kudanya mendengar itu. Dia mencari-cari sumber suara. Dia tidak menemukan siapapun selalin sekelebat makhluk hitam yang timbul tenggelam.“Siapa kamu?” teriak Bimantara.“Aku hanya ingin mengingatkanmu! Kau akan kehilangan semua ingatanmu jika menjadi Candaka Uddhiharta! Karena Dewa tak menginginkan manusia memberitahukan keberadaan mereka!”“Jangan dengarkan! Lanjutkan perjalananmu!” teriak suara lainnya.Bimantara kini melihat s
Baca selengkapnya

332. Naga Hitam dan Roh Iblis

Bimantara, Tirta dan kedua pemuda lainnya yang menjadi kandidat Candaka Uddhiharta tampak tercengang melihatnya.“Dewa air mengatakan padaku bahwa di dalam naga hitam itu bersembunyi roh-roh jahat yang sengaja menghalangi manusia untuk mendapatkan kitab sakti itu,” ucap Tirta. “Kita harus menaklukkan roh-roh jahat yang merasuki naga itu untuk mendapatkan kitab sakti itu.”Bimantara terkejut mendengarnya. Dia heran kenapa Dewa angin tidak memberitahukan hal itu padanya.“Apa kita bersama-sama menaklukkannya?” tanya Bimantara.“Aku kira siapapun yang bergerak cepat mendapatkan kitab itu, dialah yang akan terpilih,” ucap pemuda satunya.Naga itu kembali bersuara. Seketika dia menyemburkan api ke sekitarnya. Bimantara langsung menggunakan jurus meringankan tubuhnya untuk menghindari semburan api dari mulut naga hitam itu. Satu pemuda terkena semburan api hingga pakaian yang dikenakannya terbakar. Bimantara dan yang lain tampak panik melihatnya.Pemuda yang pakaiannya terbakar itu mendadak
Baca selengkapnya

333. Pertarungan di Dalam Gua

Gua itu terasa sagat panas. Bimantara tampak kewalahan menghindari semburan api dari mulut naga dan melawan serangan demi serangan dari roh-roh jahat yang keluar dari tubuh naga hitam itu. Bimantara terkena pukulan ekor naga dengan kuat saat menghindari semburan api dari mulutnya. Tubuhnya terdorong kuat hingga tersangkut di celah-celah batu dinding gua itu. Tubuhnya kian melemah. Roh-roh jahat itu berdatangan menyerangnya.Saat semburan api yang belih besar dari sebelumnya mengarah ke Bimantara, dia mencoba membacakan ajian dinding pembatas tak terlihat. Semburan api itu tak berhasil mengenainya saat Bimantara berhasil menggunakan ajian itu. Kini tubuhnya yang lemah dikerungi cahaya hingga mampu melindungi tubuhnya dari serangan roh-roh jahat itu dan dari semburan api dari mulut naga.“Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku tak punya tenaga lagi,” keluh Bimantara dengan bingung.Dia terbelalak saat melihat naga hitam itu menyemburkan api ke Tirta yang terbaring lemah kehabisan tena
Baca selengkapnya

334. Cahaya Naga

Dahayu terus saja menggerakkan tangannya untuk mengumpulkan tenaga dalamnya. Seorang prajurit yang menjaga di depan pintu kediaman kurungan itu tampak heran melihat cahaya terang keluar dari sela-sela pintu. Dia pun mengintip ke dalam sana. Matanya terbelalak melihat Dahayu sedang memancarkan cahaya di kedua telapak tangannya. Prajurit itu langsung berlari.Prajurit itu pun tiba di hadapan pintu kediaman kurungan Pangeran Sakai. Dia berlutut di hadapan pintu kediaman kurungan itu.“Ampun, Pangeran!” ucap Prajurit itu.Pangeran Sakai di dalam kediaman kurungan itu tampak heran.“Ada apa?”“Hamba melihat Tuan Putri Dahayu sedang mengeluarkan tenaga dalamnya di dalam kediaman kurungan,” jawab prajurit itu.Pangeran Sakai di dalam sana terkejut mendengarnya. Dia teringat peristiwa ketika Dahayu menyalurkan tenaga dalamnya untuk menolong nyawa Bimantara. Sejak itu Dahayu kembali ke alam peri karena kehabisan tenaga dalamnya.“Tolong panggilkan Panglima Sada. Minta Panglima Sada mencegah Da
Baca selengkapnya

335. Aku Tidak Tahu Siapa Diriku

Bimantara berjalan mendekati kuda putih itu dengan bingung.“Kau kuda yang tersesat?” tanya Bimantara.Kuda itu mendekat ke Bimantara lalu menjilati bahunya. Bimantara heran sendiri.“Apakah kau mau mengantarku pergi dari sini?” tanya Bimantara.Kuda itu bersuara. Namun seketika Bimantara tampak berpikir dengan bingung.“Tapi aku tidak tahu hendak kemana? Kenapa aku lupa semuanya? Siapa aku dan kenapa aku berada di sini?” tanya Bimanatara dengan dirinya sendiri.Seketika dia menoleh saat mendengar suara teriakan perempuan yang meminta tolong. Tiba-tiba matanya melihat ada empat lelaki yang hendak memperkosa satu gadis tak berdaya di sebuah ruangan dalam sebuah rumah. Dia melihat ada dua manusia tua istri dan suami sedang diikat di tiang rumah itu.Bimantara menggegam tangannya dengan geram. Seketika di keningnya telihat cahaya yang mengeluarkan sebuah tanda berlambang naga. Nalurinya langsung menaiki kuda putih itu. Tak lama kemudian terbentang sayap panjang yang menyembul dari punggu
Baca selengkapnya

336. Keputusan Sang Panglima

Penguasa kegelapan berteriak dengan geram di atas bukit di pulau itu. Teriakannya terdengar membahana dan memekakkan telinga Walat yang terduduk di dekatnya saking tidak kuat mendengar teriakannya.“Mereka telah berhasil melahirkan Candaka Uddhiharta! Aku tidak akan membiarkannya hidup panjang! Aku akan selalu menghalanginya di mana pun dia berada!” teriak Penguasa Kegelapan dengan geram.Penguasa Kegelapan mengarahkan tongkatnya ke atas langit. Seketika awan hitam berputar di atasnya. Walat terbelalak melihatnya. Penguasa Kegelapan menoleh pada Walat dengan geram.“Empat roh itu telah menyatu denganmu! Kau telah berhasil membangunkannya dalam dirimu! Sekarang juga, pergilah dari pulau ini dan carilah Candaka Uddiharta di mana pun dia berada! Rebut Pedang Perak Cahaya Merah yang menyatu dengan tongkatnya! Pecahkan lah dinding pembatas tak terlihat yang mengurungku ini! Setelah itu kau bebas untuk menjadi dirimu sendiri!” teriak Penguasa Kegelapan padanya.Walat gemetar mendengarnya.“
Baca selengkapnya

337. Gadis Pemanah

Kepala Perguruan tampak bangkit berdiri ketika melihat langit dipenuhi awan hitam dan suara petir yang mengegelegar. Elang hitam berputar-putar di atas sana. Pendekar Pedang Emas tampak heran.“Ada apa ini Tuan Guru?” tanya Pendekar Pedang Emas.“Aku tidak tahu,” jawab Kepala Perguruan.Seketika awan hitam itu menghilang dan suara petir tak terdengar lagi. Elang hitam itu terbang menjauh pergi dari atas pulau perguruan matahari. Kepala Perguruan dan Pendekar Pendang Emas semakin heran melihatnya. Seketika Kepala Perguruan kembali duduk di atas batu pinggir laut itu. Pendekar Pedang Emas pun duduk di sana dengan bingung.Kepala Perguruan menoleh pada Pendekar Pedang Emas dengan bingung.“Tidak kah kau merasa seperti ada yang hilang dalam ingatanmu?” tanya Kepala Perguruan dengan bingung.Pendekar Pedang Emas mengernyit mendengarnya.“Maksud Tuan Guru?”“Aku seperti kehilangan separuh ingatanku! Namun aku tidak tahu apa yang menghilang itu,” jawab Kepala Perguruan.Pendekar Pedang Emas
Baca selengkapnya

338. Air Mata Sang Pendekar

Dahayu dan Dhaksayini pun membawa Bimantara ke tempat persembunyiannya di sebuah gubuk di dalam hutan di dekat mata air abadi itu. Dahayu menyuguhkan manakan dan minuman untuk Bimantara. Sementara Dhaksayini tampak sibuk membakar daging rusa di belakang gubuknya.“Dari mana asalmu?” tanya Dahayu pada Bimantara.“Aku tidak tahu,” jawab Bimantara.Dahayu mengernyit heran mendengarnya.“Bagimana mungkin kau tidak mengingat semuanya tentang siapa dirimu?” tanya Dahayu semakin heran.“Aku terbangun di atas bukit. Tiba-tiba kuda putih datang padaku lalu dia membawaku ke sebuah rumah yang di dalamnya ada para penjahat yang hendak memperkosa seorang gadis. Aku berhasil menyelamatkannya lalu kuda itu membawaku ke sini dan akhirnya aku bertemu denganmu dan bibimu,” jawab Bimantara.Dahayu mengernyit bingung mendengarnya.“Apa ada yang mencederaimu hingga kau hilang ingatan?” tanya Dahayu memastikan.Bimantara menggeleng. Tak lama kemudian Dhaksayini datang membawakan daging rusa bakar untuk mer
Baca selengkapnya

339. Ajian dari Langit

Bimantara masih tampak heran melihat binatang-binatang buas itu tampak tunduk padanya. Dahayu dan Dhaksayini pun tampak tak percaya. Seketika angin bertiup kencang di atas sana. Pepohonan bergoyang-goyang. Seketika awan hitam menyelimuti langit di atas sana. Dahayu dan Dhaksayini tampak panik melihatnya.“Ada apa ini?” tanya Dahayu.“Ayo kita kembali ke dalam!” ajak Dhaksayini pada Dahayu dan Bimantara.Sementara Bimantara menatap langit dengan heran. Binatang-binatang buas yang mengelilingi mereka itu bersuara lalu berlarian meninggalkan mereka. Sekelebat bayangan melintas di pandangan mata Bimantara. Dia terkejut melihat sosok manusia mengenakan jubah hitam tengah melayang di atas langit. Wajahnya tampak dipenuhi bulu mirip wajah kera. Dia memegang tongkat berkepala tengkorak ular sambil mengulurkannya ke atas langit. Awan hitam berputar dibawa angin di atasnya.“Aku harus pergi,” ucap Bimantara.Dahayu dan Dhaksayini heran.“Engkau mau kemana anak muda?” tanya Dhaksayini.Bimantara
Baca selengkapnya

340. Menunggu Candaka Udhiharta

Sementara itu, Panglima Adhira datang menghadap Raja Dawuh dengan panik. Di luar sana suara petir terdengar begitu kuat. Istana tampak gelap karena awan hitam menyelimuti di atas sana.“Ampun, Yang Mulia,” ucap Panglima Adhira. “Sepertinya cuaca buruk ini terjadi karena ulah penyihir! Para prajurit baru saja melaporkannya pada hamba, mereka melihat penyihir itu terbang di atas langit dengan tongkatnya.”Raja Dawuh berdiri mendengar itu. Dia tampak terkejut.“Dari mana datangnya penyihir itu?” tanya Raja Dawuh.“Ampun, Yang Mulia. Menurut para prajurit dia mengenakan jubah hitam dan berwajah mirip kera. Sepertinya dia datang diutus Penguasa Kegelapan untuk mengacau kerajaan,” jawab Panglima Adhihra.Raja Dawuh tampak berpikir. Setelah itu dia menatap wajah Panglima Adhira dengan lekat.“Pejabat istana mengabarkan bahwa ada penduduk yang diselamatkan oleh Candaka Uddhiharta! Kemungkinan Candaka Uddhiharta telah diutus para Dewa dan dia datang untuk mencari perhatian Candaka Uddhiharta,”
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
3233343536
...
59
DMCA.com Protection Status