Home / Pendekar / Bimantara Pendekar Kaki Satu / Chapter 321 - Chapter 330

All Chapters of Bimantara Pendekar Kaki Satu: Chapter 321 - Chapter 330

582 Chapters

321. Tiga Dewa

Bimantara dan Wira sudah bersiap dengan jurusnya. Mereka berdua menatap langit dengan awas.“Menurutmu suara apa itu?” tanya Bimantra.“Entahlah,” jawab Wira. “Mungkin suara roh-roh jahat yang sengaja dikirim Penguasa Kegelapan untukmu.”Bimantara terkejut mendengarnya.“Setelah melawan mayat hidup dan Gajendra, baru ini kita akan melawan roh jahat jika memang yang hendak datang itu adalah roh-roh jahat,” ucap Bimantara sedikit was-was.“Seperti yang diajarkan guru utama, kita harus memasang telinga dan kesadaran tingkat tinggi jika berhadapan dengan makhluk tak kasat mata,” ujar Wira.Bimantara menoleh ke tangan kosong Wira.“Kau tidak membawa senjata dari leluhur?” tanya Bimantara heran.Wira menepuk jidatnya.“Astaga! Aku lupa, Bimantara!”Bimantara menghela napas mendengarnya.“Kau yang menemukan tongkat hitamku tapi kau malah lupa dengan senjatamu sendiri,” umpat Bimantara. “Harusnya selalu kau bawa meski sedang mandi sekalipun!”“Maafkan aku,” ucap Wira menunjukkan wajah menyesa
Read more

322. Penyamaran Sempurna

Bimantara mencoba bangkit dengan tongkat hitamnya. Roh hitam yang menjelma menjadi manusia itu mendekat padanya pandangan melototnya. Di belakangnya berdatangan puluhan Roh hitam yang lainnya siap menyerang Bimantara.“Sial,” umpat Bimantara. “Aku harus menggunakan jurus itu untuk melawan mereka yang jumlahnya sangat banyak.”Bimantara sedikit memejamkan mata. Tiba-tiba kaki cahaya naganya menyala. Dia melempar tongkat hitamnya ke samping. Roh-Roh hitam itu heran apa yang akan dilakukan Bimantara pada mereka.“Hiaaaaaaaat!” teriak Bimantara sambil melompat ke atas dengan jurus meringankan tubuhnya. Tak lama kemudian Bimantara berputar bagai gasing di atas sana.Roh-Roh jahat itu mendongak ke atas dengan was-was.Sementara Dewa Angin di atas pohon tampak takjub melihatnya. Dewa Api dan Dewa Bumi yang masih di sebelah Dewa Angin tampak heran melihatnya.“Jurus apa yang dia gunakan?” tanya Dewa Api heran.“Itu jurus tendangan seribu,” jawab Dewa Angin. “Jurus andalan dan terhebat yang di
Read more

323. Ajian Pembangkit Arwah

Dahayu membuka matanya. Dia terbangun dengan keringat mengucur di keningnya. Seketika Dahayu bangkit lalu duduk di tepi kasur dengan bingung. Dia menatap ke arah jendela kamarnya. Hujan tidak lagi terdengar. Suara kilat tidak lagi menggelegar.“Sertinya hujan sudah reda,” ucap Dahayu.Dia pun berlajan menuju jendela. Sesampainya di sana dia membuka jendela lalu menatap ke bawah sana. Pekarangan istana tampak sepi. Ada beberapa prajurit yang lalu lalang berjaga malam. Langit tampak sudah dipenuhi bintang-bintang.“Kau pasti sudah aman melakukan pengembaraan Bimantara,” gumam Dahayu. Seketika dia merasa tenang.Dahayu pun kembali menutup jendela kamar lalu berjalan ke arah kasur. Dia duduk di tepi kasur dengan bingung. Dahayu pun kembali bangkit lalu berjalan ke arah lemari. Di sana dia meraih selembar kain yang tampak lukisan wajah Bimantara di permukaannya. Dahayu membawa lukisan itu ke atas kasur kembali.Saat Dahayu sudah duduk di tepi kasur kembali, dia menatap lukisan itu dengan l
Read more

324. Empat Pemuda

Pagi sekali Pangeran Sakai tiba di depan kediaman Penasehat Raja. Dia berdiri sendirian tanpa diikuti pengawalnya. Kediaman Penasehat Raja masih berada di kawasan istana. Penasehat sekaligus peramal istana yang banyak memberi petunjuk kepada Sang Raja.Angin pagi menyapu wajah Pangeran Sakai dengan lembut. Dia masih berdiri menunggu setelah prajurit masuk ke dalam untuk memberitahukan kedatangannya. Pintu kediaman terbuka. Penasehat Raja langsung berlutut hormat padanya. Dia terkejut melihat kedatangan Pangeran Sakai yang tiba-tiba.“Sungguh kehormatan yang besar bagiku bisa dikunjungi yang mulia,” ucap Penasehat Raja.“Aku ingi ingin meminta bantuanmu,” ucap Pangeran Sakai.“Hamba siap membantu apapun yang dibutuhkan yang mulia,” ucap Panasehat Raja. Dalam hatinya sangat penasaran. Apa yang hendak dimintai pertolongan dari Pangeran. Selama ini Pangeran tak pernah akrab dengannya dan tak pernah meminta pertolongan apapun padanya.Pangeran Sakai pun langsung masuk ke dalam. Penasehat R
Read more

325. Lelaki Misterius

Bimantara masih memacukan kudanya dengan kencang. Kini dia melewati jalanan yang di kiri dan kanannya banyak rawa-rawa. Kudanya berjalan pelan menghindari tanah gambut yang dikahwatirkan akan menenggelamkan mereka jika salah menginjak.Bimantara memandangi sekitar. Rawa-rawa itu begitu luas. Dia tidak tahu di mana letak bukit naga itu. Dia hanya percaya pada kudanya. Kudanya pasti akan mengantarnya sampai ke sana. Sama seperti saat dia mencari keberadaan lembah gunung Munara dahulu.Tak lama kemudian Bimantara mendengar suara langkah kuda di belakangnya. Bimantara menoleh ke belakang, dia terkejut mendapati seorang pemuda berambut panjang dengan ikat kepala dari bahan kain melilit di kepalanya. Pemuda itu memakai pakaian serba hitam.Bimantara langsung menghentikan kudanya lalu membelokkan kudanya untuk menghadap ke arah pemuda yang menunggangi kuda hitam itu. Pemuda itu heran, dia pun menghentikan kudanya juga.“Apakah kau sengaja mengikutiku?” tanya Bimantara curiga.Pemuda itu meng
Read more

326. Lukisan Peramal

Laut tampak bergelombang. Angin kencang datang memporak-porandakan kapal-kapal nelayan. Tak lama kemudian sebuah cahaya terlihat sangat terang di atas lautan, cahaya itu berubah menjadi Dewa Angin. “Dewa Air! Keluarlah!” teriak Dewa Angin padanya. Tak lama kemudian cahaya datang. Dewa Air pun terlihat dalam wujud aslinya. Dia mengenakan mahkota dan pakaian sutranya. “Ada apa kau memanggilku?” tanya Dewa Air dengan heran. “Kenapa kau mengutus satu pemuda lagi untuk diuji menjadi Candaka Uddhiharta? Bukankah ini giliranku memilih siapa yang pantas menjadi Candaka Uddhiharta?” tanya Dewa Angin dengan heran. Dewa Air tertawa. “Kau tidak tahu kalau Sang Hyang Agung telah meminta para dewa untuk mencari satu utusan masing-masingnya?” Dewa Angin terbelalak mendengarnya. “Maksudmu Dewa Api dan Dewa Bumi juga akan mencari utusan masing-masing yang akan dijadikan kandidat Candaka Uddhiharta?” “Iya! Temui saja mereka jika kau tidak percaya,” pinta Dewa Air. Dewa Angin tampak berpikir bi
Read more

327. Empat Roh dari Empat Penjuru

Kancil tampak merenung mendengar itu. Peramal perempuan yang masih berada di dekat mereka juga tampak bingung. Kancil pun menatap Peramal itu dengan penuh harap agar dia bisa mengetahui siapakah yang akan menjadi Candaka Uddhiharta.“Tolong usahakan sekali lagi agar kami tahu siapakah kira-kira yang akan diangkat menjadi Candaka Uddhiharta?” pinta Kancil kepada peramal perempuan itu.Peramal perempuan itu tampak bingung. Akhirnya dia mengangguk karena tidak enak hati menolak sang pangeran.“Baiklah,” jawab Peramal Perempuan itu. “Aku akan mengusahakannya sekali lagi.Kancil mengangguk senang. Pangeran Sakai pun tampak sudah tak sabar dengan hasil yang akan peramal perempuan itu dapatkan.Peramal perempuan itu pun memejamkan matanya. Setelah bergumam membacakan mantranya, dia melihat empat makhluk hitam tinggi besar datang dari empat penjuru. Makhluk hitam yang sudah lama tertidur. Sesaat kemudian dia melihat seorang kakek berambut putih dan berjenggot putih yang sedang memegang tongka
Read more

328. Dewa Langit

Dewa Angin tiba di bukit naga. Dia heran tidak mendapati Dewa Api dan Dewa Bumi di sana. Dia pun berteriak memanggil-memanggil mereka. Seketika Dewa Api dan Dewa Bumi muncul dalam wujud aslinya.“Kau pasti ingin menanyakan tentang kandidat Candaka Uddhiharta itu?” tebak Dewa Api pada Dewa Angin.“Apa yang terjadi? Benarkah ini keputusan Sang Hyang Agung tanpa campur tangan kalian?” tanya Dewa Angin tak percaya. “Bukankah sekarang giliranku untuk mencari kandidat terbaik? Kalian bertiga sudah mendapat giliran, kenapa harus membawa kandidat masing-masing lagi?”Dewa Api dan Dewa Bumi tertawa mendengarnya.“Kau temui saja Dewa Langit. Dia yang meminta kami mencari kandidat pendamping untuk kandidat yang telah kau pilih. Mengenai alasannya, silakan temui dia di langit sana dan tanyakan sendiri kenapa bisa berubah?” ucap Dewa Bumi padanya.“Aku tidak percaya,” ucap Dewa Angin. “Kalian pasti tidak menginginkan aku berhasil memilih kandidatku sendiri karena kandidat yang telah kalian pilih d
Read more

329. Keputusan Raja Dwilaga

Dewa Angin mendekat padanya lalu berdiri di hadapan Bimantara yang tegak dengan tongkatnya.“Sang Hyang Agung menghendaki para dewa lain untuk mencari kandidat masing-masing,” ucap Dewa Angin padanya.Bimantara terkejut mendengarnya. Sekarang dia percaya apa yang dikatakan Tirta tadi padanya.Dewa Angin pun kembali melanjutkan kata-katanya.“Ini semua karena kesalahanku telah menerima perjanjian atas permintaanmu untuk melepas kutukan itu.”Bimantara terbelalak mendengarnya.“Apakah Maha Dewa tak akan mengabulkan permintaanku jika aku berhasil menjadi Candaka Uddhiharta?” tanya Bimantara dengan khawatir.“Aku tak pernah ingkar janji,” jawab Dewa Angin. “Sekarang semuanya kuserahkan padamu. Ikuti aturan para dewa dan menangkan ujian itu,” pinta Dewa Angin padanya.Bimantara tenang mendengarnya.“Ampuni hamba jika hamba telah lancang meminta pertolongan itu,” ucap Bimantara pada akhirnya. “Hamba tahu itu salah, tapi jika benar hamba terpilih menjadi Candaka Uddhiharta, hamba akan melaku
Read more

330. Kepasrahan Dahayu

Pejabat istana datang bersama para prajuritnya ke hadapan kediaman Panglima Sada. Dua pohon besar tampak tumbuh rindang di halamannya. Prajurit yang berjaga di hadapan kediaman Panglima Sada tampak heran. Tombak di tangan mereka masing-masing.“Tolong panggilkan Panglima Sada,” pinta pejabat isatana pada prajurit penjaga.Prajurit penjaga itu langsung masuk ke dalam. Dia pun menemui Panglima Sada yang sedang berlatih ilmu bela diri di pekarangan belakang kediamannya. Parjurit itu menunggu hingga Panglima Sada berhenti sendiri melakukan gerakan-gerakan jurus ilmu bela diri. Akhirnya Panglima Sada berhenti dengan napas terengah-engah dan keringat yang hampir saja membanjiri dahinya. Dia menoleh heran pada prajuritnya.“Ada apa?” tanya Panglima Sada.“Ampun, Panglima,” ucap Prajuritnya. “Pejabat istana datang untuk menemui Panglima di luar sana.”Panglima Sada tampak heran mendengarnya. Dia pun berhenti berlatih ilmu bela dirinya.“Kenapa mereka tidak langsung masuk saja?” tanya Panglima
Read more
PREV
1
...
3132333435
...
59
DMCA.com Protection Status