Pengumuman Pemenang Review Pembaca Untuk nama-nama berikut ini akan mendapatkan hadiah pulsa masing-masing 50 ribu dari author. Silakan kirim nomor handphone beserta screenshoot profil akun goodnovelnya ke efbe author ; @hakayi atau ke email hakayikumai@gmail.com ditunggu segera ya. Pemenangnya adalah : 1. Raden Sanjaya 2. Rafah Keysa 3. Hasanah Erik Hadiah tambahan masing-masing mendapat pulsa 25 ribu. 1. Syamsul 2. Deni Zaelani st Terima kasih. Ditunggu segera untuk dikirmkan pulsanya.
Kancil tampak merenung mendengar itu. Peramal perempuan yang masih berada di dekat mereka juga tampak bingung. Kancil pun menatap Peramal itu dengan penuh harap agar dia bisa mengetahui siapakah yang akan menjadi Candaka Uddhiharta.“Tolong usahakan sekali lagi agar kami tahu siapakah kira-kira yang akan diangkat menjadi Candaka Uddhiharta?” pinta Kancil kepada peramal perempuan itu.Peramal perempuan itu tampak bingung. Akhirnya dia mengangguk karena tidak enak hati menolak sang pangeran.“Baiklah,” jawab Peramal Perempuan itu. “Aku akan mengusahakannya sekali lagi.Kancil mengangguk senang. Pangeran Sakai pun tampak sudah tak sabar dengan hasil yang akan peramal perempuan itu dapatkan.Peramal perempuan itu pun memejamkan matanya. Setelah bergumam membacakan mantranya, dia melihat empat makhluk hitam tinggi besar datang dari empat penjuru. Makhluk hitam yang sudah lama tertidur. Sesaat kemudian dia melihat seorang kakek berambut putih dan berjenggot putih yang sedang memegang tongka
Dewa Angin tiba di bukit naga. Dia heran tidak mendapati Dewa Api dan Dewa Bumi di sana. Dia pun berteriak memanggil-memanggil mereka. Seketika Dewa Api dan Dewa Bumi muncul dalam wujud aslinya.“Kau pasti ingin menanyakan tentang kandidat Candaka Uddhiharta itu?” tebak Dewa Api pada Dewa Angin.“Apa yang terjadi? Benarkah ini keputusan Sang Hyang Agung tanpa campur tangan kalian?” tanya Dewa Angin tak percaya. “Bukankah sekarang giliranku untuk mencari kandidat terbaik? Kalian bertiga sudah mendapat giliran, kenapa harus membawa kandidat masing-masing lagi?”Dewa Api dan Dewa Bumi tertawa mendengarnya.“Kau temui saja Dewa Langit. Dia yang meminta kami mencari kandidat pendamping untuk kandidat yang telah kau pilih. Mengenai alasannya, silakan temui dia di langit sana dan tanyakan sendiri kenapa bisa berubah?” ucap Dewa Bumi padanya.“Aku tidak percaya,” ucap Dewa Angin. “Kalian pasti tidak menginginkan aku berhasil memilih kandidatku sendiri karena kandidat yang telah kalian pilih d
Dewa Angin mendekat padanya lalu berdiri di hadapan Bimantara yang tegak dengan tongkatnya.“Sang Hyang Agung menghendaki para dewa lain untuk mencari kandidat masing-masing,” ucap Dewa Angin padanya.Bimantara terkejut mendengarnya. Sekarang dia percaya apa yang dikatakan Tirta tadi padanya.Dewa Angin pun kembali melanjutkan kata-katanya.“Ini semua karena kesalahanku telah menerima perjanjian atas permintaanmu untuk melepas kutukan itu.”Bimantara terbelalak mendengarnya.“Apakah Maha Dewa tak akan mengabulkan permintaanku jika aku berhasil menjadi Candaka Uddhiharta?” tanya Bimantara dengan khawatir.“Aku tak pernah ingkar janji,” jawab Dewa Angin. “Sekarang semuanya kuserahkan padamu. Ikuti aturan para dewa dan menangkan ujian itu,” pinta Dewa Angin padanya.Bimantara tenang mendengarnya.“Ampuni hamba jika hamba telah lancang meminta pertolongan itu,” ucap Bimantara pada akhirnya. “Hamba tahu itu salah, tapi jika benar hamba terpilih menjadi Candaka Uddhiharta, hamba akan melaku
Pejabat istana datang bersama para prajuritnya ke hadapan kediaman Panglima Sada. Dua pohon besar tampak tumbuh rindang di halamannya. Prajurit yang berjaga di hadapan kediaman Panglima Sada tampak heran. Tombak di tangan mereka masing-masing.“Tolong panggilkan Panglima Sada,” pinta pejabat isatana pada prajurit penjaga.Prajurit penjaga itu langsung masuk ke dalam. Dia pun menemui Panglima Sada yang sedang berlatih ilmu bela diri di pekarangan belakang kediamannya. Parjurit itu menunggu hingga Panglima Sada berhenti sendiri melakukan gerakan-gerakan jurus ilmu bela diri. Akhirnya Panglima Sada berhenti dengan napas terengah-engah dan keringat yang hampir saja membanjiri dahinya. Dia menoleh heran pada prajuritnya.“Ada apa?” tanya Panglima Sada.“Ampun, Panglima,” ucap Prajuritnya. “Pejabat istana datang untuk menemui Panglima di luar sana.”Panglima Sada tampak heran mendengarnya. Dia pun berhenti berlatih ilmu bela dirinya.“Kenapa mereka tidak langsung masuk saja?” tanya Panglima
Bimantara memacukan kudanya dengan kencang. Dia sudah menaiki tebing menuju puncak bukit naga. Hutan tampak terlihat gelap meski hari masih siang. Tak lama kemudian dia melihat kabut putih berdatangan. Seketika suara-suara terdengar ke telinganya. Suara-suara yang terdengar menakutkan.“Kembalilah ke asalmu! Kau tak akan mengingat apapun lagi jika dipilih menjadi Candaka Uddhiharta! Dewa sengaja tidak memberitahukan hal ini padamu! Bukan hanya kandidat yang tidak terpilih saja yang bisa hilang ingatannya, melainkan yang terpilih juga!”Bimantara menghentikan kudanya mendengar itu. Dia mencari-cari sumber suara. Dia tidak menemukan siapapun selalin sekelebat makhluk hitam yang timbul tenggelam.“Siapa kamu?” teriak Bimantara.“Aku hanya ingin mengingatkanmu! Kau akan kehilangan semua ingatanmu jika menjadi Candaka Uddhiharta! Karena Dewa tak menginginkan manusia memberitahukan keberadaan mereka!”“Jangan dengarkan! Lanjutkan perjalananmu!” teriak suara lainnya.Bimantara kini melihat s
Bimantara, Tirta dan kedua pemuda lainnya yang menjadi kandidat Candaka Uddhiharta tampak tercengang melihatnya.“Dewa air mengatakan padaku bahwa di dalam naga hitam itu bersembunyi roh-roh jahat yang sengaja menghalangi manusia untuk mendapatkan kitab sakti itu,” ucap Tirta. “Kita harus menaklukkan roh-roh jahat yang merasuki naga itu untuk mendapatkan kitab sakti itu.”Bimantara terkejut mendengarnya. Dia heran kenapa Dewa angin tidak memberitahukan hal itu padanya.“Apa kita bersama-sama menaklukkannya?” tanya Bimantara.“Aku kira siapapun yang bergerak cepat mendapatkan kitab itu, dialah yang akan terpilih,” ucap pemuda satunya.Naga itu kembali bersuara. Seketika dia menyemburkan api ke sekitarnya. Bimantara langsung menggunakan jurus meringankan tubuhnya untuk menghindari semburan api dari mulut naga hitam itu. Satu pemuda terkena semburan api hingga pakaian yang dikenakannya terbakar. Bimantara dan yang lain tampak panik melihatnya.Pemuda yang pakaiannya terbakar itu mendadak
Gua itu terasa sagat panas. Bimantara tampak kewalahan menghindari semburan api dari mulut naga dan melawan serangan demi serangan dari roh-roh jahat yang keluar dari tubuh naga hitam itu. Bimantara terkena pukulan ekor naga dengan kuat saat menghindari semburan api dari mulutnya. Tubuhnya terdorong kuat hingga tersangkut di celah-celah batu dinding gua itu. Tubuhnya kian melemah. Roh-roh jahat itu berdatangan menyerangnya.Saat semburan api yang belih besar dari sebelumnya mengarah ke Bimantara, dia mencoba membacakan ajian dinding pembatas tak terlihat. Semburan api itu tak berhasil mengenainya saat Bimantara berhasil menggunakan ajian itu. Kini tubuhnya yang lemah dikerungi cahaya hingga mampu melindungi tubuhnya dari serangan roh-roh jahat itu dan dari semburan api dari mulut naga.“Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku tak punya tenaga lagi,” keluh Bimantara dengan bingung.Dia terbelalak saat melihat naga hitam itu menyemburkan api ke Tirta yang terbaring lemah kehabisan tena
Dahayu terus saja menggerakkan tangannya untuk mengumpulkan tenaga dalamnya. Seorang prajurit yang menjaga di depan pintu kediaman kurungan itu tampak heran melihat cahaya terang keluar dari sela-sela pintu. Dia pun mengintip ke dalam sana. Matanya terbelalak melihat Dahayu sedang memancarkan cahaya di kedua telapak tangannya. Prajurit itu langsung berlari.Prajurit itu pun tiba di hadapan pintu kediaman kurungan Pangeran Sakai. Dia berlutut di hadapan pintu kediaman kurungan itu.“Ampun, Pangeran!” ucap Prajurit itu.Pangeran Sakai di dalam kediaman kurungan itu tampak heran.“Ada apa?”“Hamba melihat Tuan Putri Dahayu sedang mengeluarkan tenaga dalamnya di dalam kediaman kurungan,” jawab prajurit itu.Pangeran Sakai di dalam sana terkejut mendengarnya. Dia teringat peristiwa ketika Dahayu menyalurkan tenaga dalamnya untuk menolong nyawa Bimantara. Sejak itu Dahayu kembali ke alam peri karena kehabisan tenaga dalamnya.“Tolong panggilkan Panglima Sada. Minta Panglima Sada mencegah Da