Home / All / Ms. Manager And Her Brother / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Ms. Manager And Her Brother: Chapter 101 - Chapter 110

130 Chapters

Hak Paten Youth Serum

“Ini masih pagi, jangan ngelamun gitu, dong!” Yunri juga baru tiba saat Ethan masih memandang ke arah menghilangnya mobil Rosie yang sudah bebaur dengan kendaraan lain di jalanan Kota G.“Aku gak ngelamun. Udah ah, masuk yuk!” ajak Ethan seraya melangkah duluan mendahului Yunri. Keduanya bak dilahap oleh gedung dan menghilang begitu saja ketika pintu kacanya tertutup. Sementara, seorang pria yang mengenakan pakaian formal serba hitam sekana mengawasi keduanya sedari tadi dari belakang kemudi sedan berwarna hitam. Memastikan orang yang baru saja di depannya sama dengan foto gadis di tangannya. Setelah memastikan targenya benar, pria itu menyeringai lalu menjalankan kendaraannya. Rosie baru saja turun dari mobil di area parkir Absolute Beauty Chemical. Menyimpan kuncinya ke dalam tas lalu buru-buru masuk ke dalam lift tanpa menunggu lama. Menekan tombol angka menuju ruang kerjanya. Begitu sampai dan keluar dari lift, dia sudah disambut oleh rekan kerjanya yang berpapasan de
Read more

Pelepasan Hak Paten

Rosie menengadah ke langit-langit ruangan seraya bersedekap. Wanita itu berharap solusi dari masalahnya itu jatuh begitu saja dari langit-langit ruangan berwarma putih itu tapi, hal seperti itu hanya ada di film-film.“Tapi, kandungan flouride tidak boleh setinggi itu. Itu hanya sebuah perumpamaan. Standar SNI itu hanya boleh maksimal 0, 15%.” Bu Diar menambahkan. Manajer pengembangan itu pun duduk di sofa empuk. “Youth Serum memang terdaftar di hak paten tapi, jika masalah ini sampai ke meja hijau, tentu saja hak paten Youth Serum akan dicabut,” imbuhnya kemudian.“Saya tahu itu,” sahut Rosie. “Makin ke sini masalah gak ada habisnya ya. Baru kali ini ada masalah yang bikin saya benar-benar kepingin resign.”“Wah, apakah sikap ambisius seorang Rosie Sarfosa luntur juga?” goda Bu Diar melihat rekannya putus asa.“Bukan begitu, hanya saja kalau ini sampai ke meja hijau kan berabe. Taruhannya bukan cuma hak paten tapi juga merembet ke brand lain jebolan perusahaan ini.” Rosie melengo
Read more

Kerjasama Dengan Dicky

Setelah mereka berdua melanjutkan pembelajaraan untuk Le, Ethan dan Yunri duduk di bawah pohon rindang sambil makan bekal. Yunri pun secara suka rela membagi makanannya dengan Ethan karena kasihan melihat Sang Dokter yang hanya menyedot teh kemasan dingin yang dibeli di warung depan. “Kalau kamu bagi, nanti berkurang bekalmu,” ucap Ethan tapi, tangannya tetap menjumput perkedel kentang dalam kotak makan Yunri lantas melahapnya.“Ujungnya dimakan juga,” ucap Yunri kesal.“Yunri, aku akan kirimkan alamat apartemen.” Ethan mengeluarkan smartphonenya lantas mengetik di kolom chat. Beberapa detik kemudian, alamat yang dia ketik terkirim ke ponsel Yunri.“Buat apa ngirim alamat? Kayak aku bakal ke rumahmu aja!” Yunri memasukkan sendok penuh makanan ke dalam mulutnya. “Siapa tahu kamu kangen dan pengen ketemu aku,” goda Ethan.“Dih, aku nyaris tiap hari ketemu kamu. Apalagi kalau kamu ke kedai Tirta. Bukannya kangen malah bawaannya kesel lihat mukamu!”“Tapi sebenarnya suka, kan?” “Huk!”
Read more

Tawanan Mario

“Keluar!” salah satu dari pria itu menuntun Ethan untuk keluar dari mobil warna hitam itu. Ethan memerhatikan sekelilingnya. Bangunan ruko yang terbengkalai dan penuh dengan hasil tindakan vandalisme. Tak lama kemudian, rolling door pun mengeluarkan suara gemerisik saat dibuka oleh seseorang. Ethan pun digiring ke sana bagaikan tawanan perang yang siap menuju gerbang penyiksaan. Ethan mencoba tenang meski dia tidak tahu apa yang akan terjadi pada dirinya setelah ini dan jantungnya berdetak kencang. Hingga kedua pengawal itu memberhentikan dirinya tepat di belakang seseorang yang berdiri membelakangi mereka. Tinggi tubuh dan gestur itu tidak asing bagi Ethan dan benar saja, firasatnya tepat saat pria itu berbalik. “Akhirnya kamu datang juga.” Mario menyeringai.“Minoru san? Apa yang kamu lakukan di tempat ini di jam kerja?” Ethan masih bisa bertanya seperti itu sekalipun degub jantungnya membuat dada bidangnya itu kembang kempis.“Hahaha, kau bertanya apa yang kulakukan?” Mario m
Read more

Kemana Ethan?

Pagi terasa datang lebih cepat dari biasanya. Rosie keluar dari kamar seraya melakukan peregangan leher demi melemaskan ototnya yang kaku. Langkahnya terhenti ketika memandang sofa tempat Ethan merebahkan badan tiap malam. Sofa yang kosong itu mematahkan pikiran Rosie. Semalam, wanita itu menduga bahwa Ethan masih rebahan santai ketika dia keluar dari kamar pagi ini. Rosie berdecak seraya melipat tangan ke dada.“Bocarh itu pasti keluyuran lagi,” pikir Rosie. Tidak ingin memikirkan lebih jauh, Rosie masuk ke kamar mandi dan bersiap untuk ke kantor hari itu. Sementara, di tempat lain. Yunri pagi-pagi sudah menunggu di klinik yayasan demi membahas perkembangan Le Regar, bocah yang mereka ajari dengan metode khusus. Sesekali, Yunri melirik benda melingkar di tangannya. Sudah jam delapan kurang lima menit dan sosok dokter menyebalkan itu belum juga menampakkan batang hidungnya.“Padahal lima menit lagi aku harus ngajar. Bisa-bisanya dia mangkir lagi. Apa mangkir adalah kerjaan
Read more

Foto Dari Dicky

Rosie kembali menghubungi Ethan setelah sampai di rumah. Seharusnya, pemuda itu sudah di rumah melakukan hal tidak berguna di mata Rosie atau sekadar main di sekitar apartemen. Sudah lima kali Rosie menekan tombol panggilan tapi, jawaban yang sama datang dari wanita di seberang sana yang mengatakan nomor itu tidak aktif. Nihil. Menyerah, Rosie meletakkan smartphone di atas meja kaca di depannya. Mengela napas demi menenangkan pikiriannya. Entah apa yang membuat adiknya itu tidak pulang ke rumah. Saat Rosie mengalihkan matanya, selimut yang dipakai Ethan setiap tidur di sofa yang Rosie duduki itu mendadak mengunggah rasa rindunya. Tangan dengan jari lentuk itu pun perlahan menyentuh lembut kain dengan serat halus itu. Naluri seorang kakak tetap saja tidak akan pernah hilang sekali pun status mereka hanya saudara tiri. Aroma tubuh Ethan yang manis, itulah yang terhirup samar-samar di hidung wanita itu.“Nanti juga pulang.” Rosie penuh harap berkata pada diri sendiri. Sem
Read more

Target Tawanan Selanjutnya

Rosie lantas menelepon Bu Diar setelah dia mendapatkan foto itu dari Dicky. Sementara, rekan kerjanya itu sedang menyetir.[Halo, Manajer Rosie. Tumben nelepon] Suara Bu Diar tanpa mengalihkan fokus terhadap pandangan di depannya. Sambil mendengarkan suara dari smartphone yang dikeraskan.“Bu Diar dimana? Bisa datang ke apartemen saya?”[Apa mau dibantu pindahan?] ledek Bu Diar.“Bukan itu. Ini mengenai Youth Serum,” tukas Rosie.[Besok saja, ya. Ini sudah di luar jam kerja] Rosie melirik benda bulat yang melingkar di pergelangan tangannya. “Baiklah. Kita bicarakan besok saja.” Rosie lantas menutup telepon. Wanita itu terlalu kaget hingga terburu-buru menelepon rekan kerjanya yang sudah jelas-jelas tidak akan menerima obrolan tentang urusan kerjaan di luar jam kerja. Apalagi, Bu Diar adalah orang yang seperti itu. Rosie beranjak ke dapur, mengambil segelas air putih demi menenangkan kepalanya. Mendekat ke jendela dan memandang ke luar dengan secangkir air putih. Dari s
Read more

Penyekapan

Hari ke-3, Yunri masih saja tidak bisa menghubungi Ethan. Menanyakan tentang pemuda itu kepada Pak Clayton tapi sayangnya, Pak Clayton juga tidak tahu tentang keberadaan keponakannya yang sudah tiga hari tidak kerja.“Kakak Guru, apa sudah perlihatkan hasil tulisanku pada Kak Dokter?” tanya Le di suatu jam istirahat. “Belum. Kak Dokter tiga hari ini tidak datang.”“Kenapa?”“Mungkin sibuk,” sahut Yunri.“Yah, padahal aku pengen Kak Dokter lihat.” Raut Le berubah muram mengetahui usaha kerasnya dalam menulih huruf B belum diperlihatkan oleh kakak pengajarnya.“Maaf, ya. Nanti kalau Kak Dokter sudah kembali kerja, Kakak pasti menunjukkannya.” Yunri berjanji pada bocah yang sedang menyedot yogurtnya kemasan. “Iya.” Padahal gadis itu tidak pernah peduli dengan Ethan tentang pekerjaannya selain sebatas memarahinya kalau pemuda itu mangkir. Akan tetapi, kali ini Yunri merasa gelisah di hari ke-3 Ethan tidak datang untuk bekerja. Maka, sore hari sepulang dirinya membantu di k
Read more

Saya Tidak Tahu Apapun!

“Kakak, tolong serahkan dokumen itu, aku mohon demiYunri. Bajingan ini menyekapnya bersamaku,” ucap Ethan lirih. Sekuat tenaga pemuda itu mengeluarkan suara dengan napas tersengal. Mario mengambil alih handphone “Datanglah sendiri, nyawa dua orang ini ada pada dokumen itu. Lalu, cap jangan lupa!” Mario menyeringai..”Ikat juga gadis ini!” perintah Mario seraya menutup telepon bahkan sebelum Rosie sempat bicara dengan Mario. Rosie mengigit jarinya, dia tidak habis pikir Mario sampai menyekap adiknya juga gadis yang tidak tahu apa-apa. Dada Rosie mendadak bergemuruh, tangannya terkepal kuat-kuat. Matanya menyimpan amarah yang berkobar. Mario telah menyulutnya. Ethan dan Yunri ditingga; berdua di ruangan sempit itu. Yunri memandang Ethan. “Ethan, siapa pria itu? Apa kamu melakukan sesuatu atau terlibat hal yang tidak-tidak?” tanya Yunri.“Maa…maaf Yunri. Kamu seharusnya gak terlibat dan ikut-ikutan. Aku pun gak mengira kalau Mario senekat ini.” Yunri tidak bisa membendung
Read more

Itu Adalah Fakta

Mobil milik Rosie yang dikendarai Dicky itu sampai ke alamat kosan Yunri. Begitu mobil itu berhenti, Yunri langsung turun. Berusaha menyembunyikan air matanya Yunri berkata lirih, “Terima kasih, Tuan.” Gadis itu lantas berbalik.“Tunggu, Nona!” Dicky berhasil menghentikan langkah Yunri.“Boleh saya minta kontaknya? Kalau terjadi sesuatu, Nona bisa hubungi saya.” Akan tetapi, Yunri tidak menggubris pria di dalam mobil yang telah mengantarkannya hingga ke rumah. Yunri melangkah masuk lantas masuk saja melewati gerbang kosan. Masuk ke dalam kamar dan mengunci pintu rapat-rapat.Tingkah gadis itu membuat Dicky hanya mengela napas. Menaikkan kaca jendela mobil lantas tancap gas. Air mata Yunri kembali jatuh, tubuhnya memerosot ke lantai dan terduduk. Masih tidak habis pikir apa sebenarnya yang terjadi pada Ethan hingga dirinya pun ikut terlibat. “Apa ornag kaya itu selalu menjadikan orang miskin tumbal?”ucap Yunri lirih. Dadanya mulai sesak akibat terisak. Mendadak, entah dari
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status