Home / All / Ms. Manager And Her Brother / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Ms. Manager And Her Brother: Chapter 111 - Chapter 120

130 Chapters

Berita Pagi di Yayasan

Rosie tidak begitu terkejut dengan pengakuan ayahnya. Wanita itu sudah lebih santai dengan kenyataan. Wajah Jonthan yang lebam dengan sedikit kejujuran bagi Rosie itu sudah cukup untuk menentukan langkah Rosie selanjutnya.“Lalu, Ayah. Apa kamu tahu tentang kasus pembunuhan seorang wartawan saat perusahaan pecah?” Meski tidak ingin menanyakan hal sensitif seperti itu, pada akhirnya pertanyaan itu saja yang keluar dari mulut Rosie. Bukan tanpa tujuan tapi, bangkai di air seharusnya mengambang di permukaan dan mudah ditemukan. Jonathan menarik napas dalam-dalam, rasa nyeri pun memenuhi dadanya akibat perlakuan dari Mario dan anak buahnya.“Mengenai itu, itu juga memang terjadi. Akan tetapi, tidak mudah untuk mengungkap buktinya. Apa kamu berniat menyerang Absolute Beauty dengan itu?’ Jonathan mencari jawaban di mata putrinya. “Tidak. Aku hanya ingin menjawab sebuah pertanyaan dari seorang anak yang ayahnya terbunuh hanya karena berita,” sahut Rosie.“Apa maksudmu?” Jonathan memir
Read more

Panggilan Dari Kepolisian

Pak Clayton bangkit, mengunci tangannya di belakang punggung. Laki-laki itu memandang keluar jendela dan berdeham. “Maaf sudah melibatkanmu dalam masalah keponakanku, Yunri.” Yunri hanya terdiam, di balik tempurung kepalanya, bukankah yang seharusnya minta maaf atas masalah ini adalah Ethan atau kakaknya tapi, Pak Clayton begitu rendah hati. Bahkan mau mewakili keponakannya untuk meminta maaf.“Tidak perlu, Pak. Namun, sebenarnya yang saya ingin tahu, kenapa masalah ini bisa terjadi dan melibatkan saya?” Yunri memandang punggung lebar Pak Clayton.“Masalah keluarga itu rumit untuk diceritakan. Suatu hari, kamu akan tahu siapa Ethan sebenarnya, Yunri.” Pak Clayton berbalik. Mereka berdua saling bertemu tatap. “Baiklah, kalau begitu… Saya permisi dulu.” Yunri beranjak dari duduknya. Sepeninggal Yunri dari ruangan itu, Pak Clayton mengela napas dalam-dalam. Mengeluarkan smartphone dari dalam saku celananya lantas menghubungi seseorang. “Tolong proses secara hukum!” ucap Pak C
Read more

Pemeriksaan Saksi

Rosie duduk tenang di ruang kesaksian. Hanya ada dia dan anggota polisi yang mengaku bernama Rafael sebelumnya. Pakaian serba hitam itu membuatnya tampak gagah karena bentuk tubuhnya pun atletis. “Bu Rosie, kita akan mulai.” Pria itu memulai pemeriksaan dengan sebuah buku catatan di depannya. “Adik anda dibawa ke gudang waktu itu. Apakah Bu Rosie tahu?” “Tidak. Anak itu bahkan gak pulang selama tiga hari. Dan di hari ke-3 barulah saya tahu kalau dia disekap.” Rosie menjawab jujur. “Lalu dokumen ini?” Tangan Rafael yang kekar mengangkat amplop itu di depan Rosie. “Ya, saya tahu.” “Apa isinya?” “Bukankah Pak Rafael bisa melihatnya sendiri? Kenapa saya harus repot-repot menjawab?” Rafael mengela napas dalam-dalam lantas meletakkannya kembali di atas meja. Dia pernah menangani kasus mirip seperti ini dengan karakter wanitanya persis seperti Rosie. “Baiklah. Kita ke pertanyaan lain tapi, masih berkaitan dengan dokumen ini.” Rafael memajukan sedikit tubuhnya, merapatkan ta
Read more

Pertemuan Dengan Pengacara

Rosie tidak langsung pulang ke apartemennya, melainkan dia datang ke rumah sakit. Menyempatkan diri menjenguk keadaan Ethan yang kabarnya sudah dipindahkan ke ruang perawatan. Rosie duduk di sebelah brankar. Memandang wajah Ethan yang menyisakan luka lebam. Sosok itu terbaring tak berdaya dibantu dengan alat pernapasan. Hanya suara EKG di sebelah Ethan yang terhubung ke dada kekar pemuda itu sekaligus mengisi keheningan ruangan itu.Kriit! Seorang pria yang usianya tampak sedikit lebih muda dari Pak Clayton masuk dengan pakaian formal. Wajahnya tampak awet muda, tubuhnya tampak bugar sekalipun kalau dipikir, pria itu seharusnya sudah punya anak paling tidak berusia sepantaran dengan Ethan. “Selamat sore, Nona Rosie,” sapanya ramah. “Sore,” Rosie membalas. Wanita itu kemudian beranjak ke sofa tamu di dekat sana. Maklum, ruang perawatan itu adalah ruang perawatan VIP. Kamarnya pun cukup luas sehingga memungkin menerima tamu hingga lima orang. “Silakan duduk.” Rosie mempersilak
Read more

Menjaga Ethan

Rosie duduk di kursi ditemani secangkir kopi dan roti sederhana di depannya. Makanan itu tak kunjung terjamah olehnya sejak makanan itu diantar kira-kira lima menit lalu. Matanya hanya memandang keluar jendela kanti, pikirannya mengawang. Drrrt! Drrrt! Drrt! Getar smartphone itu membuyar dirinya. “Ya.”[Sore, Bu Rosie] suara dari manajer HRD di seberang sana.“Iya.”[Maaf mengganggu sore-sore begini, Bu Rosie. Hanya saja, sayang sekali. Untuk proses resignya kami percepat. Besok tidak usah datang untuk wawancara dan last day untuk bekerja di ABC adalah dua hari lagi] Mata Rosie membulat mendengar informasi dari rekan kerja beda departemen itu. “Kenapa sangat cepat? Jika sesuai SOP, tanggal terakhir bekerja saya adalah tanggal 30 bulan depan.”[Sayang sekali, Bu. Ini adalah perintah Pak Harwan jadi, saya tidak bisa melakukan apa-apa. Maaf]“Baiklah. Saya mengerti. Terima kasih informasinya.”[Kalau begitu, saya tutup] Panggilan pun terputus. Rosie mengela napas pelan dan mel
Read more

Pengunduran Diri Rosie

Rosie pagi-pagi sudah berada di kantor Absolute Beauty. Menunggu manajae HRD di ruangannya. Tak berapa lama kemudian, orang yang ditunggu pun datang. “Pagi!” sapa Rosie.“Pagi, Bu Rosie.” Wanita bertubuh tambun berparas ayu itu pun membalas. “Tunggu sebentar ya,” imbuhnya kemudian melenggang ke belakang meja. Mengambil sebuah file dan mengeluarkannya. Begitu wanita itu menemukan apa yang dicarinya, wanita itu kemudian duduk di sofa berseberangan dengan Rosie dengan meja kaca sebagai pembatas mereka. “Silakan baca dulu, Manajer Rosie.” Wanita itu pun menyodorkan map dan Rosie pun menerimanya. Rosie membaca dengan seksama kertas di dalam map itu. Setelah merasa cukup adil dan hak-haknya terpenuhi setelah resign, Rosie pun menandatanganinya.“Sayang sekali, Bu Rosie harus meninggalkan perusahaan ini. Padahal kontribusi Bu Rosie sangat besar,” sesal Sang Manajer HRD.“Setinggi apapun jabatan saya dan sebanyak apapun kontribusi saya terhadap perusahaan, saya tetap saja seorang pek
Read more

Ethan Sadar

“Viona, saya ada tugas untuk kamu!” Rosie memulai dengan serius.“Apa?”“Setelah saya Resign, saya akan handover sebagian besar tugas saya kepadamu,” jawab Rosie dangan tatapan serius.“A…apa?” Viona mengatup-ngatupkan bibirnya. “En…gak mau! Saya gak bisa pegang tugas manajer. Saya gak tahu apa-apa!” tolaknya kemudian.“Enggak semuanya, kok. Nanti akan ada yang bantu juga tapi, tugas saya yang penting-penting aja kamu pegang.”“Tapi tugas manajer itu semuanya penting.”“Maksudnya yang paling penting dari semua yang penting,” sahut Rosie.“Contohnya apa?”“Sederhana, kok. Kamu cuma pantau grafik penjualan, nyusun strategi buat naikin penjualan, bikin laporan dan cek toko.”“Itu banyak banget, Manajer.” Viona mengeluh.“Saya rasa gak akan sulit buatmu, Viona. Kamu udah punya dasar dari semua itu.” Rosie meyakinkan.“Boleh tanya sesuatu?”“Silakan.”“Kenapa Manajer Rosie milih saya buat ngerjain itu semu padahal, banyak loh anak-anak sales lain yang lebih kompeten?” “Sederhana aja. Kare
Read more

Hukuman Apa Yang Pantas?

Mario tidak jera di depan pengacara meskipun sudah melakukan hal yang jelas-jelas bersalah. Meski pengacaranya tampak tenang, raut wajahnya tidak bisa bohong jika kepalanya juga buntu akan kasus ini. “Apa Pak Han tidak bisa membela saya?” tanya Mario.“Bukan begitu. Jika kasusnya begini kita justru akan kalah. Bukti yang kita punya untuk memperkuat alibi pun tidak bisa kita dapatkan,” sahut Pak Han.“Pak Han., anda belum menyelesaikan tugas pertama anda dan sekarang malah berusaha membela saya.”“Baiklah. Sekarang katakan, kenapa anda menembaknya?” Pak Han bersiap menulis keterangan di atas selembar kertas.“Saya melakukannya untuk melindungi diri dari serangan Ethan. Apakah itu salah?”“Namun, menurut keterangan saksi sesuai dengan penyelidikan anda tidak sedang diserang.”“Baiklah. Kalau begitu, saya hanya melakukannya karena terpaksa. Takut jika dia menyerang saya lagi karena dokumen itu.” Mario begitu tenang. Pak Han memijat ujung alisnya. Tampaknya kali ini agak kewalahan
Read more

Kematian Ayah Adalah Alasan

Keadaan sore di kantin rumah sakit, Yunri pun nyaris tidak kebagian tempat duduk untuk sekedar menikmati kursinya. Berniat untuk menikmatinya di taman belakang rumah sakit, akhirnya tidak jadi begitu matanya melihat satu kursi kosong di sebelah pria berpakain formal.Yunri mendekat dan meminta izin.“Maaf, apa boleh saya duduk di sini?”“Silakan!” pria itu mempersilakan tanpa mengalihkan pandangan dari buku catatan dengan pulpen yang siap menari di tangan kanannya.“Terima kasiah.” Yunri lantas duduk berseberangan dengan pria itu.“Ah, anda pasti Nona Yunri, kan?” Pria itu tersadar akan orang yang duduk di depannya ketika mengangkat kepala.“Iya.”“Kenalkan, saya Yana.” Pria itu mengulurkan tangan. Gamang, tangan Yunri menjabat tangan pria itu. “Saya pengacaranya Ethan. Kebetulan sekali kita ketemu di sini.” Pak Yana menarik tangannya. “Pe-pengacara?”“Iya.” Yunri memandang lekat-lekat pria di depannya. Jantungnya mendadak berdegup kencang. Bukankah itu artinya dirinya kali i
Read more

Cerita Ethan

Dicky keluar setelah membasuh wajahnya. Pria itu sudah agak lega ketika keluar dari toilet tapi, langkahnya lunglai memasuki changging room sebelum masuk ke ruang riset. Baru saja pemuda itu memakai topi pelindung, seseorang menepuk pundaknya.“Pak Karta,” sapanya begitu melihat pria berbadan tambun. “Bagus, teruslah bekerja!” Pak Karta menyunggingkan senyum penuh arti setelah menyemangati begitu lantas melenggang. Dicky tidak dapat menangkap maksud yang terlukis di wajah Pak Karta itu. Mungkin hanya sekadar memberi semangat atau memang untuk mengintimidasinya secara mental. Hubungannya dengan Rosie sudah diketahui Giesta. Jika Pak Karta juga mengetahuinya tentu saja masalanya akan tambah runyam. Bahkan, Dicky akan dipecat dari Nature Chemical. Dicky menggidikan bahu, mencoba melupakan kerisauannya. Melanjutkan mengenakan pakaian pelindung lantas masuk ke ruang riset.*** Pekerjaan Rosie untuk meyelesaikan handover jobdesk bisa dia kerjakan dimanapu seperti hari ini, d
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status