Menikmati seporsi salad buah terasa mengembalikan sedikit gairah Rosie. Entah bagaimana pemilik van itu meraciknya, buah di dalam mangkok plastik itu pun sudah habis. “Enak?” Tirta tiba-tiba saja mengambil tempat duduk di depan Rosie ketika kedainya sudah sepi. “Enak. Saya mau pesan dua porsi lagi,” ucap Rosie.“Syukurlah. Kalau Mbak Rosie suka, saya buatkan lagi berapa porsi pun yang Mbak mau,” goda Tirta.“Jangan, nanti bangkrut,” tolak Rosie.“Ngomong-ngomong, waktu survey ada pemuda yang bawa kabur lembar survey, kan?” tanya Tirta.“Iya,”“Kenal sama pemuda itu?”“Kenal.”“Oh, pantas saja kalian tampak akrab. Dia juga sering belanja di sini dan membuat karyawan saya kesal.” Tirta jujur menuturkan.“Apa dia berulah?” Rosie mengernyitkan alis.“Enggak. Hanya saja, karyawan saya itu kayaknya emang rada sinis kalau dekat dengan pemuda itu.” Baru saja Tirta membicarakan Ethan di bawah langit yang mulai menggelap dan lampu mercuri di pinggir jalan menyala, Ethan malah datang.“Bar
Baca selengkapnya