Semua Bab Ms. Manager And Her Brother: Bab 91 - Bab 100

130 Bab

Ambisi Mario

Minuman yang sudah dihabiskannya di van burger rupanya tidak sanggup menghilangkan kalut di balik tempurung kepalanya. Dia melenggang meninggalkan Yunri yang masih terheran-heran dengan tingkah Ethan hari ini. “Tuh, lihat Tir! Bahkan dia gak bicara apapun dan melenggang begitu.” Yunri memandang punggung Ethan yang semakin menjauh.“Sudahlah, nanti juga balik lagi mood ngeselinnya,” komentar Tirta. Ethan melanjutkan langkahnya limbung. Padahal dirinya belum memulai langkah apapun tapi, dia malah seperti orang yang sudah putus harap. Seakan di depannya tidak ada jalan lagi. Ethan menarik napas panjang, mengembuskannya demi menengkan perasaan di dadanya. Sesaat kemudian, Ethan membeliak ketika melihat Mario dengan seorang pria yang pernah dia lihat masuk ke gedung sebuah kantor advokat waktu itu. Seharusnya ini masih jam kerja tapi, kenapa Mario malah mangkir dengan seorang pria dan ke kantor advokat yang sama? Bukankah seharusnya Mario menggantikan tugas Rosie di kantornya? T
Baca selengkapnya

Ethan Mendatangi Kantor Nature Beauty

Sesuai dengan permintaan Pak Harwan, Rosie pagi itu sudah mengenakan pakaian formal sekalipun wajahnya tampak pucat tapi, polesan make up mampu menutupi kesan tidak menyegarkan itu. “Aku akan pergi ke kantor. Kamu jangan macam-macam!” ucap Rosie pada Ethan yang baru keluar dari kamar mandi hanya dengan boxer dan menunjukkan dada telanjang.“Aku juga mau kerja kali, Kak. Gak kelayapan.” Ethan berkilah.“Ya udah, kerja yang bener!” Rosie keluar dari apartemen itu. Ethan kemudian menyeringai memandang ke arah berlalunya Rosie seraya berkata, “Enak aja jangan macam-macam!” Ethan masuk ke kamar Rosie lantas keluar lagi dengan pakaian formal ala CEO. Dandannya klimis dan rapi. Di balik tempurung kepalanya, dia sudah merencanakan sesuatu untuk pergi ke kantor Nature Chemical. Berpura-pura menjadi seorang pungunjung dari sebuah perusahaan. Tak lupa dia memasukkan tanda pengenal palsu yang dia desain sendiri. Akan tetapi, sebelum Ethan melancarkan aksinya dia menghubungi Yunri.“Halo
Baca selengkapnya

Permintaan Pak Harwan

Setelah menyelesaikan urusannya, Ethan keluar dari gedung itu dengan rasa puas tapi, ini baru saja dimulai. Dia berpapasan dengan seorang wanita di undakan depan gedung yang tentu saja tidak asing baginya. “Kamu!” Tiba-tiba suara tegas wanita itu menghentikan langkah Ethan. Mencoba setenang mungkin, Ethan tersenyum ramah. “Wah, tidak disangka ketemu lagi. Nona Tas French Pink!” celetuk Ethan.“Jangan panggil aku begitu!” Giesta mendelik ke arah Ethan seakan tidak suka dengan keberadaan Ethan.“Apa yang kamu lakukan di kantorku?” tanya Giesta penuh curiga.“Hanya mau ketemu teman lama.” Ethan berkilah.“Siapa?” Giesta memiringkan kepala.“Bukan urusanmu!” Ethan hendak melenggang meninggalkan Giesta. “Tunggu!” Suara itu sekali lagi menghentikan langkahnya. “Kamu tidak sedang memata-matai kami, kan?” “Jangan curigaan begitu. Aku sama sekali gak ngerti dunia kosmetik.” Sekali lagi Ethan berkilah. Melanjutkan langkahnya dan membiarkan Giesta dengan rasa penasaran. Sementara di
Baca selengkapnya

Gairah Mario

Mobil mewah warna hitam yang dikendarai Mario melaju mulus di jalan tol Kota Jakarta. Dia pergi ke kota metropolitan itu untuk menyelesaikan urusannya. Mengabaikan pekerjaannya sebagai asisten Rosie. Bekerja di bawah seorang wanita seakan menampar harga dirinya sebagai seorang laki-laki. Mobil itu keluar dari jalan tol lantas masuk ke sebuah area pertokoan yang terbengkalai. Berhenti di sebuah gudang dengan rolling door yang sudah terjamah vandalisme. Dia disambut oleh dua orang pria berpakaian formal serba hitam begitu turun dari mobil mewah itu. Perlahan, rolling door pun dibuka seakan menyambut Mario yang masuk ke sana. “Bagaimana dengan tawanan kita?” tanya Mario seraya berjalan masuk. “Dia aman. Kami sudah mengurusnya.” “Bagus!” Diantar oleh dua pengawal itu, Mario akhirnya berhadapan dengan pria yang tak lain adalah Pak Jonathan. Mario membuka kaca mata hitamnya, memandang wajah calon mertua yang tidak jadi itu. “Wah, apa kalian tidak memberinya makan? Lihat
Baca selengkapnya

Ajakan Menikah Mario

“Kapan kamu akan menikahiku, Mas?” Mario mengehala napas dalam, dada bidangnya itu kembang kempis. “Tunggulah sampai aku merebut semua dari wanita itu.”“Aku udah sabar menunggu. Sejak kamu masih dengannya pun aku sabar hingga sekarag hubunganmu udah lama kandas tapi gak ada kepastian.” Mario bangkit dari posisinya hingga Lin menggeser kepalanya yang sudah terlanjur nyaman. “Sabar saja dulu!” “Enggak bisa. Apa aku hanya jadi pelampiasan napsumu itu saja?” Lin Memandang Mario lekat-lekat tapi, Mario abai dan berkata “Aku mau mandi.” Seraya turun dari ranjang dan melenggang ke kamar diri. Begitulah kesabaran Lin dalam menghadapi pria yang sudah lama menjadikan dirinya simpanan itu. Bahkan, Lin sudah sangat sabar dengan semua perlakuan Mario padanya. Tak apa jika dirinya hanya dijadikan pelampiasan napsu karena yang dia butuhkan hanyalah uang untuk bertahan hidup di kota metropolitan ini. Akan tetapi, ternyata kebutuhan hidup yang mendorongnya menjadi pelayan napsu Mario
Baca selengkapnya

Sebenarnya Sudah Dijodohkan

Malam itu di balkon apartemen, Rosie berdiri sambil terus berpikir tentang Mario. Jika dia menikah dengan Mario hanya karena alasan menyelamatkan perusahaan, tentu saja itu bukan hal yang adil baginya. “Apa yang kamu cemaskan, Kak?” Ethan mendekat dengan segelas kopi di tangannya. Keduanya memandang jauh ke gemerlap malam Kota G di bawah sana. “Entah kenapa aku malah jadi cemas tentang arah permainan mereka.“Kamu udah kerja keras, Kak. Jangan biarkan mereka menghancurkanmu. Soalnya kita udah tahu kebenarannya. Sudah sejauh ini sayang banget kalau kita berhenti merebutnya. Ethan menyeruput kopinya. “Kalau aku gak kerja keras siapa lagi yang harus kerja keras? Tanpa kusadari selama ini ternyata aku bekerja untuk perusahaan ayah. Aku dedikasikan dengan tulus tanpa sadar menjadikanku seseorang yang berambisi.” Rosie tidak berpaling dari pemandangan di depannya.“Iya. Siapa sangka semuanya akan jadi begini. Maaf jika membuatmu marah tapi, apa kamu percaya Mario, Kak?” “Entahlah.
Baca selengkapnya

Ruang Kerja Ayah Dicky

“Sudahlah, Ethan. Aku pun sudah menasihati ayahmu waktu itu. Dia yang tidak mau dengar perkataanku,” tutur Pak Clayton.“Sejauh ini, kakakku sudah bekerja keras. Bahkan belakangan ini baru kami ketahui kalau dia bekerja keras untuk perusahaan ayah. Lalu, hal yang mengejutkan adalah dia sudah dijodohkan dengan Mario. Bahkan, Mario tidak tahu malu. Memutuskan pertunangan di hari kenaikan jabatan.” Tatapan Ethan lurus memandang pamannya yang duduk santai.“Yah, kalau kamu mau membantu kakakmu, kamu harus berkorban, Ethan.” Pak Clayton menyarankan.“Aku permisi dulu!” Ethan keluar dari ruang kerja pamannya. Mengela napas dalam-dalam dan tidak tahu apalagi yang harus dia lakukan sekarang. “Ethan!” panggil Yunri yang membuat Ethan bergidik.“Biin kaget aja!” ucap Ethan.“Pak Clayton habis biang apa ke kamu? Kok gitu banget ekspresimu?” Yunri memincingkan mata. Alih-alih menjawab, Ethan melangkahkan kakinya. “Kepo banget,” keluh Ethan.“Kalian habis ngomongin bisnis keluarga, kan?” Yunri
Baca selengkapnya

Masakan Ethan

Rosie duduk di ruang makan dengan secangkir kopi di depannya sambil memainkan benda yang mirip lipstik itu. Saat berpikir seperti itu, Ethan tiba-tiba saja membuyar.“Tumben jam segini udah di rumah,” sapa Ethan. Mendapati Rosie sudah berada di rumah jam segini adalah pemandangan langka bagi Ethan. Ethan mengambil tempat berseberangan dengan Rosie. “Apa ini lipstik keluara ABC?” Ethan menjulurkan tangan hendak mengambil benda itu tapi, segera Rosie menghentikannya. “Jangan sentuh!” bentak Rosie.“Baiklah, lagipula cowok mana baik pegang lipstik,” kelakar Ethan.“Kak Ros, apa ada masalah?” tanya Ethan.“Jangan tanya begitu, masalahku sudah banyak sejak Youth Serum itu.” Rosie menyesap kopinya.“Masalah Mario, apa kamu gak memikirkannya?”“Masalah kerjaan itu lebih penting!” ucap Rosie.“Yah, aku rasa kamu memang harus hati-hati sekarang. Sekalipun Mario adalah asistenmu tapi, bisa saja lain waktu dia menusukmu.” Kalimat itu meluncur mulus dari mulut Ethan.“Mungkin dia sudah menghun
Baca selengkapnya

Kebenaran Tentang Ayah Dicky

Ibu dan anak itu duduk berseberangan, mereka baru saja mendebatkan tentang tamu wanita yang membuat Sang Ibu histeris. Setelah suasananya sedikit tenang, Dicky membuka pembicaraan yang hampir memakan waktu lima belas menit duduk diam di meja makan. “Ibu, apa yang membuat ibu histeris?” Wanita itu tidak langsung menjawab pertanyaan putranya. Kesepuluh jari tangannya mendekap erat cangkir warna putih di atas meja. Matanya mulai berkaca-kaca seakan mengenang sesuatu tapi, bulir bening akhirnya mengalir lewat pelupuk mata yang sudah mengerut. “Ibu, ada apa?”“Nak, ibu membenci perusahaan yang tertera pada name tag wanita itu.” Ibu Dicky mulai angkat bicara.“Apa yang terjadi, Bu?” Dicky tidak puas dengan jawaban wanita yang telah melahirkannya itu. Sesaat kemudian, wanita itu menghela napas, menoleh ke luar jendela. “Nak, sudah seharusnya kamu tahu. Ayahmu meninggal bukan karena serangan jantung.“Maksud ibu?”“Ayahmu meninggal karena perusahaan itu.” Dicky mengerutkan alis
Baca selengkapnya

Refreshing

Menikmati seporsi salad buah terasa mengembalikan sedikit gairah Rosie. Entah bagaimana pemilik van itu meraciknya, buah di dalam mangkok plastik itu pun sudah habis. “Enak?” Tirta tiba-tiba saja mengambil tempat duduk di depan Rosie ketika kedainya sudah sepi. “Enak. Saya mau pesan dua porsi lagi,” ucap Rosie.“Syukurlah. Kalau Mbak Rosie suka, saya buatkan lagi berapa porsi pun yang Mbak mau,” goda Tirta.“Jangan, nanti bangkrut,” tolak Rosie.“Ngomong-ngomong, waktu survey ada pemuda yang bawa kabur lembar survey, kan?” tanya Tirta.“Iya,”“Kenal sama pemuda itu?”“Kenal.”“Oh, pantas saja kalian tampak akrab. Dia juga sering belanja di sini dan membuat karyawan saya kesal.” Tirta jujur menuturkan.“Apa dia berulah?” Rosie mengernyitkan alis.“Enggak. Hanya saja, karyawan saya itu kayaknya emang rada sinis kalau dekat dengan pemuda itu.” Baru saja Tirta membicarakan Ethan di bawah langit yang mulai menggelap dan lampu mercuri di pinggir jalan menyala, Ethan malah datang.“Bar
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status