Beranda / Horor / Kafan Hitam / Bab 161 - Bab 170

Semua Bab Kafan Hitam: Bab 161 - Bab 170

198 Bab

146

Napas Aep sudah terputus-putus ketika kakinya terus dipaksakan bergerak menuju Ciboeh. Tubuhnya menggigil dan serasa remuk di saat bersamaan. Beberapa menit lalu pria itu berenang di sungai, kemudian menaiki daratan dengan keadaan kedinginan. Kotak yang diberikan Romlah padanya dipegang dengan sangat kuat dan sebisa mungkin tak tersentuh air.“Saya ... harus ... cepat sampai,” ujar Aep dengan wajah yang sudah pucat. Tenaganya benar-benar terkuras malam ini. Berlari meninggalkan desa, dipukuli sahabat sendiri, sampai harus kembali ke desa untuk menyerahkan kotak itu, membutuhkan energi yang tak sedikit. Mungkin jika ia tertidur, baru beberapa hari kemudian akan sadar.Aep memungut sebuah kayu panjang untuk membantunya berjalan. Langkahnya mulai terseok-seok. Tidak ada waktu baginya untuk sekadar beristirahat. Ia benar-benar harus kembali ke desa secepat mungkin.Aep tak merasakan lagi ketakutan seperti pertama kali melewati perkebunan karet ini, pun d
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-01-24
Baca selengkapnya

147

Kereta kencana berhenti di depan reruntuhan rumah Rojali. Raden Arya segera keluar, kemudian disusul oleh Rojali. Ki Jalu dan Badru sampai beberapa detik kemudian, lantas berlutut kembali meski dipenuhi tanda tanya.Raden Arya menggumamkan sesuatu, dan tak lama kemudian muncul sebuah tiang cahaya yang seukuran dengan rumah Rojali. Ki Jalu dan Badru terperangah ketika melihat hal itu. Akan tetapi, tak ada yang bisa mereka lakukan selain berlutut dan memelotot penuh kekaguman.Raden Arya kemudian mendekat ke arah tiang cahaya, kemudian lenyap seperti menembus benda itu. Tak lama setelahnya, Rojali yang sudah ada dalam pengaruh, mengikuti jejak sosok itu, dan hal serupa juga terjadi padanya.Ketika Raden Arya dan Rojali memasuki tiang cahaya, tiba-tiba muncul tangga dengan jalan memutar. Keduanya berjalan dengan langkah pasti. Sementara itu, Badru segera bangkit, lalu mendekat ke arah tiang cahaya. Namun, aksinya langsung dihalangi para prajurit. Ia terpaksa mundur
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-01-24
Baca selengkapnya

148

Rojali menarik kujang pusaka dengan satu tarikan. Amarah yang sudah menguasai dirinya membuat kujang itu langsung tunduk. Rojali bergerak dengan sangat cepat ke arah Badru. Langkahnya terasa ringan.Badru segera berbalik ketika mendengar teriakan Rojali. Namun, ia tak menyangka jika Rojali sudah ada di dekatnya bersama kujang pusaka. Badru merasakan ketakutan di sekujur tubuh, tetapi ia dengan cepat menahan serangan Rojali dengan kujang miliknya.Akan tetapi, kujang miliknya tidak sebanding dengan kujang emas itu. Badru terlempar karena benturan serangan tersebut.  Tubuhnya sempat menabrak pohon, berguling-guling hingga harus rebah di tanah. Ia merasakan dorongan yang amat kuat dari sana.“Kiai,” ujar Rojali seraya mendekat.“Ka-kamu harus pergi, Rojali,” sahut Kiai, “jangan sampai mereka mendapat kujang itu.”“Tapi ....” Rojali tiba-tiba ditarik mundur oleh kujangnya, menjauh dari Kiai. Kujang i
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-01-25
Baca selengkapnya

07 - Kafan Hitam (Part 1)

Tahun 1988Aula kantor Desa Ciboeh sudah ramai disesaki warga. Mereka duduk melingkar di hadapan hidangan yang tersaji di piring. Asap rokok tampak beradu dengan obrolan. Sesuai dengan informasi yang diberikan pihak desa, hari ini mereka berkumpul untuk menyambut salah satu utusan pesantren dari kabupaten yang akan menetap di desa.Dari arah luar, seorang hansip berlari ke dalam aula dengan tergesa-gesa. Pria kurus berbaju hijau itu segera mendekat ke arah Pak Dede, kemudian membisikkan sesuatu.Pak Dede mengangguk singkat, lantas meminta hansip tadi untuk kembali berjaga di luar. “Kiai Rohmat dan utusan dari pesantren sudah datang,” ujarnya.Pak Dede serta orang-orang yang berada di aula dengan berduyun-duyun keluar dari aula desa. Mereka lantas berjajar di depan pintu dengan rapi. Terlihat di halaman depan kantor, sebuah mobil baru saja menepi. Tak lama setelahnya, Kiai Rohmat dan beberapa santri keluar dari kendaraan.
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-01-26
Baca selengkapnya

07 - Kafan Hitam (Part 2)

Rojali yang memahami kode tersebut kemudian memperkenalkan diri pada para warga yang hadir. Tak banyak yang ia sebutkan, hanya nama dan permohonan agar warga bisa menerimanya dengan baik.“Apa tidak salah Kiai Rohmat mengirim pemuda itu?” bisik Pak Harun di telinga Pak Yayat. Ucapannya juga terdengar oleh Pak Dede dan beberapa orang di sampingnya. Jarak yang agak jauh dari pihak pesantren memungkinnya untuk berani berkata demikian.“Hus ... tidak mungkin atuh Kiai salah pilih orang,” jawab Pak Yayat.“Apa mungkin pemuda itu mualaf?” terka Pak Iwan, “dilihat dari ciri-cirinya, dia seperti ... ya seperti yang kita lihat sekarang.”“Kita bisa tanya pemuda itu ketika Kiai Rohmat sudah tidak ada,” sambung Pak Dede, “jangan berisik dan jangan sampai bikin malu.”Begitu acara ramah tamah selesai, Rojali bangkit bersama dengan para warga. Ia akan diajak untuk melihat rumahnya
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-01-26
Baca selengkapnya

07 - Kafan Hitam (Part 3)

Rumah dan halaman sudah selesai dibersihkan tepat saat waktu zuhur tiba. Kiai mengajak warga dan para santri melaksanakan ibadah di masjid terdekat. Rojali diminta untuk menjadi imam salat berjemaah. Setelah selesai, mereka kembali ke halaman kediaman Rojali.Di sebuah warung yang tak jauh dari kumpulan warga, seorang gadis dengan kerudung merah tengah menyiapkan beberapa hidangan. Setelah makanan tersaji di nampan bulat berukuran cukup besar, ia kemudian keluar dari warung.“Kalian sedang apa?” tanya gadis itu. Ia cukup terkejut ketika melihat beberapa gadis yang sebaya dengannya tengah berkumpul di depan warung dengan pandangan terarah pada lokasi kerumunan warga.“Kita sedang lihat Aa kasep,” jawab seorang gadis tanpa repot-repot menoleh.“Aa Kasep siapa?” selidik Euis dengan nampan yang dipegang di tangan kiri dan secerek minuman di tangan kanan.  “Kamu liat saja nanti, Is,” sahut gadis lain
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-01-26
Baca selengkapnya

07 - Kafan Hitam (Part 4)

Sudah hampir satu minggu Rojali tinggal di Ciboeh. Namun, warga desa ini nyatanya masih menatapnya dengan penuh selidik. Beberapa kali pemuda itu mendengar mereka membicarakannya dari belakang. Meski begitu, ia memilih bersabar dan terus berusaha agar bisa berbaur.Setelah pulang dari kebun, Rojali mampir di sebuah warung untuk membeli beberapa keperluan. Ia bertemu degan Pak Juju dan berusaha membuka obrolan. Akan tetapi, pria paruh baya itu hanya menjawab seadanya seolah tak tertarik dengan perbincangan.“Saya ingin beli sampo dan sabun,” ujar Rojali dengan segaris senyum.“Sebentar,” sahut Pak Juju sembari membuka pintu warung.Rojali duduk di kursi panjang yang menghadap ke arah jalanan kampung. Pemuda itu melihat seorang anak kecil tengah berlari di sisi jalan tanpa pengawasan orang dewasa. Merasa hal itu berbahaya, ia melangkah ke jalan untuk memastikan keadaan anak itu. Tanpa dinyana, sebuah motor melaju kencang dari arah la
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-01-27
Baca selengkapnya

07 - Kafan Hitam (Part 5)

Azan isya sudah satu jam yang lalu mengalun di Ciboeh. Beberapa anak muda tampak tengah memadati sebuah pos ronda. Canda tawa terdengar memenuhi bangunan kecil itu saat mereka tenggelam dalam keasyikan bermain kartu. Asap rokok dan kopi ikut andil memeriahkan suasana. “Kamu sudah dengar belum kalau ada warga baru di desa ini, Za?” tanya seorang pemuda yang duduk di pinggiran pos. Reza yang tengah asyik mengisap rokok seketika menoleh. “Belum. Memangnya siapa dia?” Para pemuda yang tengah bermain kartu seketika menghentikan kegiatan. Mereka langsung menjadikan anak kepala desa itu sebagai pusat perhatian. Ada empat pemuda yang ada di pos ronda malam ini, termasuk Reza. “Katanya dia santri lulusan dari pesantren di kabupaten. Baru seminggu tinggal di desa ini,” ucap pemuda bernama Wahyu. “Oh.” Reza merespons santai, mengisap rokoknya kembali. Pandangannya berlabuh pada kumpulan bintang di langit. Ia sama sekali tidak tertarik dengan obrolan ters
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-01-27
Baca selengkapnya

07 - Kafan Hitam (Part 6)

Rojali hanya diam saat mendengar hinaan dari empat orang di depannya. Ia tidak akan membalas cercaan itu. “Saya harus pergi.”Rojali berusaha menerobos barikade keempat orang itu, tetapi aksinya dicegah oleh Wawan, Dedi dan Wahyu. “Saya harus pergi,” ulangnya.Reza berdecak, membuang puntung rokok ke arah Rojali. “Biarkan dia pergi!”“Tapi, Za.” Wahyu tidak setuju, begitupun dengan Dedi dan Wahyu.“Assalamualaikum.” Rojali kembali melangkah saat jalan terbuka untuknya. Ia sama sekali lagi tidak ingin berlagak di desa asing, apalagi mengotori tempat ini. Dugaan mereka sangat tidak beralasan.“Tidak untungnya buat kita berurusan dengan orang pengecut,” kata Reza sembari menatap Rojali, “pasti sebentar lagi dia akan mengadu ke Kiai di pesantren.”Rojali tiba-tiba berhenti ketika mendengar nama Kiai disebut. Siapa pun boleh saja menghinanya, tetapi ia tidak akan
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-01-27
Baca selengkapnya

07 - Kafan Hitam (Part 7)

Badru tengah berada di pinggiran markas Kalong Hideung, berdiri sembari menatap gelapnya hutan. Sudah hampir setengah jam ia berada di sana tanpa melakukan aktivitas berarti. Tawa dan obrolan dari dalam bangunan di belakangnya sama sekali tak menggerakkan keinginannya untuk bergabung. “Kang,” panggil Engkos dari belakang. “Kos, aing titip markas.” Badru bergerak menuruni tangga batu, meninggalkan Engkos yang masih tercenung di tempat yang sama. Pria paruh baya itu melewati jalanan hutan yang gelap. Tak ada raut ketakutan dalam parasnya. Sebagai orang yang besar dan lahir di Lancah Darah, Badru hafal seluk beluk mengenai tempat ini. Badru keluar dari pekatnya hutan, lalu meneruskan perjalanan melalui pinggiran sungai. Ia menuruni jalan setapak yang berbatu, lalu kembali melumat aliran sungai. Langkah terus membawanya hingga dirinya memasuki sebuah bekas perkampungan. Badru diam beberapa saat, mengamati area sekitar. Saat kembali berjalan, pria
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-01-27
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
151617181920
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status