“Jika bisa meminta, aku tidak ingin kamu sebagai adikku, Teala.”Teala tersentak di tempatnya, gadis itu membelalakkan mata, hampir tidak percaya dengan apa yang di dengarnya. Telinganya berdengung, ingin memastikan bahwa apa yang ia dengar hanya salah paham dan karenanya, Teala mendongak, menatap tepat ke arah Yasha. Namun, balasan mata Yasha yang dingin membuat Teala urung bertanya, sebab ia pikir, ia sudah mengetahui jawabannya.Yasha bangkit dari tempat duduknya, meninggalkan Teala yang masih terdiam di tempatnya. Ia sama sekali masih belum percaya. Badannya gemetar dan dadanya terasa sesak. Masih mencoba menyangkal bahwa yang di dengarnya tadi buka kenyataannya.“Tea, ayo mulai lagi,” ucap Marvin sembari menepuk pelan bahu Teala yang membuat gadis itu tersentak kaget. Bahkan Marvin sempat heran, mengapa Teala bisa sampai seterkejut itu hanya dengan tepukkan pelan di bahunya.“Ah, iya, maaf. Ayo, kita mulai lagi dan seger
Read more