All Chapters of Akhir Bahagia Sang Putri: Chapter 21 - Chapter 30

55 Chapters

Bab 21 Choose Me

“Apa pun, apa pun akan aku lakukan untukmu. Meski kamu tidak pernah menoleh padaku.”Teala masih tersenyum ke arah Marvin. Ia merasa beruntug bertemu dengan pria seperti Marvin.“Sudah lebih baik? Mau pulang sekarang atau mau mampir dulu?” tanya Marvin.“Boleh kita jalan-jalan terlebih dahulu? Aku takut mata sembabku akan disadari Mama,” jawab Teala.Marvin mengangguk kemudian mengajak Teala untuk turun dan berjalan-jalan di sekitar sungai tersebut.Keduanya menkmati angin malam tanpa suara. Teala merasa nyaman karena Marvin juga tidak bertanya hal lain yang mungkin akan membuatnya tidak nyaman. Barulah, gadis itu mengajak Marvin pulang setelah hampir setengah jam berjalan di sekitar tempat tersebut.Begitu sampai di rumah, Teala segera melambai pada Marvin dan masuk ke dalam rumah setelah mobil pria itu tidak lagi terlihat. Gadis itu cukup terkejut karena Jenandra belum kembali ke rumahnya.
Read more

Bab 22 Independent

“Jaga batasanmu.”Jenandra menarik kembali tangannya yang hendak mengusap puncak kepala Teala. Ia cukup terkejut mendapati gadis di depannya tersebut menatapnya datar dan terkesan dingin. Jenandra tidak pernah ditatap sedemikiannya oleh Teala.Berdeham kecil, pria itu memilih turun dan membukakan pintu untuk Teala. Suasana canggung keduanya tidak dapat dihindarkan, sementara Teala seolah tidak tertarik membuka obrolan untuk mencairkan suasana.Setelah mengambil nomor antrean, Jenandra duduk di sebelah Teala tanpa bersuara. Keduanya diam dan sibuk dengan isi kepala masing-masing. Sampai nama Teala dipanggil dan keduanya masuk ke ruangan tersebut, melakukan pemeriksaan dan mendapat resep dari dokter.Jenandra masih membantu Teala dengan menuntun gadis itu sampai ke mobil. Setelahnya, melajukan kendaraan roda empat tersebut menuju kediaman Teala.Keduanya tidak melakukan obrolan apa pun. Teala sendiri memilih tidur selama di perjalanan, me
Read more

Bab 23 D-Day

“Jangan manja dan membuatku malu.”Teala menatap kakaknya sejenak. Matanya kembali memanas namun gadis itu sebisa mungkin menahan diri agar air mata tidak jatuh di pipinya. Ia tidak mau membuat sang mama khawatir.“Iya, Kak.” Teala menjawab singkat, sebelum berlalu kembali ke kamarnya, meninggalkan sang mama yang tengah menatapnya sendu, sementara Yasha seolah tidak merasa bersalah.“Yasha, kenapa bilang begitu pada adikmu?” ucap Safa.“Kenapa? Aku hanya memperingatkannya supaya tidak membuat masalah di hari bahagiaku,” jawab Yasha.Safa hanya mampu menghela napas lelah, enggan menjawab putrinya atau akan terjadi perdebatan lebh panjang. Ia memilih bangkit dan menuju kamar putri bungsunya, memastikan bahwa Teala baik-baik saja.Begitu sampai di kamar gadis itu, Safa bisa melihat Teala tengah duduk melamum menatap keluar jendela.Mendekatinya, Safa memegang pelan pundak Teala, membuat put
Read more

Bab 24 (Not) My Wedding Dream

 “Aku membencimu.”Teala menatap punggung Jenandra dengan tatapan sendu. Ia juga tidak ingin berada di situasi ini. Ia ingin menikah karena keinginannya, sekalipun Jenandra adalah orang yang ia cintai. Tidak sekalipun Teala berharap atau berniat merebut Jenandra dari kakaknya. Bahkan, kalau dia tahu kakaknya akan pergi begitu saja, Teala pasti akan menahannya.Menghela napas panjang, Teala menahan air matanya yang jatuh. Setidaknya, ia harus berpura-pura kembali untuk sekarang. Memasang senyum paling manis dan bertingkah seolah segalanya baik-baik saja.Begitu tiba di hadapan Jenandra, gadis itu menatap pria di depannya dengan tatapan dalam, sebelum janji suci terucap dari mulut keduanya, dan secara sah, mereka menjadi suami istri.Saya mengambil engkau, Jenandra Jarka, menjadi suami saya, untuk saling menjaga dan memiliki, di waktu susah dan senang, kelimpahan maupun kekurangan, sehat maupun sakit, untuk sali
Read more

Bab 25 Mengalah (Lagi)

“Sama, aku juga.”     Teala menoleh, mendapati seorang gadis berambut pendek tengah berdiri sambil memegang satu kaleng minuman. Gadis itu duduk di samping Teala, kemudian mengulurkan kaleng lainnya ke arahnya, membuat Teala menerimanya dengan senang hati. Namun, begitu menyesap sedikit cairan dalam kaleng tersebut, Teala mengerutkan dahinya. Gadis itu membaca merk minuman itu dan bergumam terkejut, “Beralkohol.”“Kenapa? Kau tidak suka alkohol?” tanyanya.“Tidak,” bohong Teala. Gadis itu bukan tidak menyukai alkohol, tapi Teala tidak bisa mengkonsumsi alkohol meski kadar alkoholnya rendah.Keduanya diam, sibuk dengan isi kepala masing-masing. Teala terus menyesap minuman beralkohol tersebut, meski tenggorokkannya terasa panas dan kepalanya mulai pusing. Ia hanya ingin melupakan segalanya, termasuk rasa lelah yang hari ini di deritanya.“Kenapa perempuan cantik sepertimu ber
Read more

Bab 26 Let it Flow

Keesokan paginya, Teala memilih memesan makanan, ia tidak melihat Jenandra ada di kamar mereka. Teala tidak peduli, ia ingin menenangkan diri karena melihat Jenandra hanya akan membuatnya sakit hati. Keberadaan Jenandra hanya membuat mereka bertengkar dan lebihbaik bagi keduanya untuk tidak saling melihat, meskipun Teala harus berpura-pura di depan keluarga mereka bahwa hubungan keduanya baik-baik saja.Selesai mandi, Teala merias diri di depan cermin. Setidaknya, ia harus terlihat bahagia agar orang tuanya tidak bertanya-tanya. Lamunannya buyar ketika mendengar bel pintu. Ia bangkit, mengira bahwa makanannya datang, tapi Teala justru melihat Jenandra.“Aku lupa membawa kartu kamar, Bunda meminta kita sarapan bersama,” ucap Jenandra tanpa melihat ke arah Teala.“Aku sudah memesan makanan, biar aku tunggu makanannya datang dan aku menyusul. Katakan saja aku sedang mandi,” jawab Teala.Jenandra mengangguk singkat kemudian berlalu dari hadapan Teala. Tepat ketika Jenandra pergi, pesanann
Read more

Bab 27 Ada Aturan Mainnya

 Teala memasukkan barang-barangnya ke dalam lemari, kemudian berlalu ke kamar sebelah untuk merebahkan tubuhnya yang terasa lelah. Ia memejamkan mata, hingga ketukkan pada pintu kamar membuatnya terbangun.Teala membuka pintu, menatap Jenandra yang sekarang berdiri di depannya. Pria itu mengajak Teala bicara dan mereka berakhir duduk berhadapan di ruang tamu. Teala menunggu dengan sabar hal apa yang akan Jenandra sampaikan. Ia menatap pria itu lurus, mendengar Jenandra menghela napas panjang.“Aku akan menjalankan kewajibanku sebagai suami dengan memberi kamu nafkah. Namun, jika di masa depan Yasha kembali, aku tidak berjanji untuk terus berada di sisimu. Aku harap kamu melakukan hal yang sama.” Jenandra menatap Teala.“Tentu, aku sangat tahu posisiku dan aku juga akan melakukan bagianku,” jawab Teala.Keduanya saling diam, sibuk dengan isi kepala masing-masing, hingga Teala memilih pamit untuk ke kant
Read more

Bab 28 Kisah Patah Hati

Marvin menatap album di tangannya dengan pandangan lurus. Ia memperhatikan senyum wanita di foto tersebut. Wanita dengan gaun merah hati dan rambut kuncir dua. Foto itu diambil lima tahun lalu saat mereka merayakan tahun baru bersama.Senyum Marvin menembang, mengusap wajah Teala yang terlihat cantik sekaligus menggemaskan. Lesung pipi di sudut kanan bawah bibir wanita itu terlihat jelas, sedangkan pipinya berisi dengan mata berbentuk bulan sabit. Segala hal tentang Teala selalu cantik. Marvin tidak pernah melewatkan perubahan wanita itu dan selalu menjadi saksi, bagaimana Teala menyampaikan berat badannya.Kadang, Teala akan merengek saat merasa tubuhnya terasa lemas, padahal berat badannya tidak naik. Dia akan menggerutu kesal ketika jerawat mulai muncul di wajahnya dan Teala akan mulai membeli masker pelembab waah setiap menjelang musim panas karena kulitnya yang sensitif. Marvin hafal seluruh kebiasaan Teala dan tidak pernah ia melewatkan satu kalipun kodisi wanita itu.Marvin men
Read more

Bab 29 Tidak Mau Lupa

 Teala melaksanakan tugasnya sebaaimana seorang istri. Ia menyiapkan pakaian Jenandra, termasuk mempersiapkan sarapan untuk pria itu. Meskipun, Teala menjadi lebih pendiam. Ia memilih mengurangi interaksi atau komunikasi dengan Jenandra, khawatir kalau interaksi keduanya hanya akan membuatnya terjebak dalam rasa sakit. Ia sangat tahu kalau Jenandra belum benar-benar berdamai dengan keadaan. Pria itu hanya memaksakan diri karena tidak au berhutang budi dengannya.Selesai memasak, Teala segera membersihkan diri tanpa perlu repot menunggu Jenandra bersiap, wanita itu makan lebih dulu kemudian segera bersiap ke toko roti iliknya. Meski begitu, Teala tidak lupa untuk izin pada Jenandra, sebab bagaimanapun juga, pria itu sekarang resmi menjadi suaminya.Teala hendak keluar dari rumah, sebelum suara Jenandra mengintrupsi. Menawarkan mengantarnya dan memaksa meski Teala sudah menolak. Wanita itu berkata jujur kalau ia cukup buru-buru ke toko roti
Read more

Bab 30 I am not Her

Teala menutup pintu toko, sedikit terkejut saat melihat jenandra berdiri bersandar kap mobil sambil melihat ke arahnya. Seolah mengerti, ia segera mendekati Jenandra, menyapanya sebentar, kemudian masuk ke dalam mobil pria itu, menuju restoran cepat saji, setidaknya begitu yang Teala pikirkan sebelum akhirnya ia melihat mobil Jenandra berhenti di depan restoran sushi favorit Yasha.Menghela napas panjang, harusnya Teala tahu bahwa tidak mungkin bagi Jenandra bersikap baik kepadanya. Pria itu hanya mencari distraksi atas kepergian Yasha dan memanfaatkan kehadirannya menjadi cara bagi Jenandra. Ia harusnya tidak berharap lebih dan berakhir sakit hati atas ekspektasinya sendiri.Teala keluar dari mobil Jenandra kemudian mengekori pria itu, duduk di salahsatu bangku yang kosong kemudian memesan ramen. Menu yang membuat Jenandra terkejut sampai menanyakan alasan Teala tidak memesan sushi. Hal itu tentu membuat Teala menatap Jenandra lurus dengan wajah datar.“Bukan aku yang menyukai sushi,
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status