Home / Romansa / Menantu Penguasa / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Menantu Penguasa: Chapter 61 - Chapter 70

232 Chapters

Chapter 61

Selepas selesai mengucapkan kalimat salam disertai memutar kepala ke arah kiri, Annisa langsung merangkak mendekati Zidane yang duduk tepat di depannya. Dia mengulurkan tangan kanan, lalu menempelkan bibirnya pada punggung telapak tangan suaminya itu.Zidane tersenyum tipis saat kembali merasakan sentuhan bibir sang istri di tangannya setiap kali selepas salat berjamaah. Tangan kirinya yang bebas langsung terangkat mengusap lembut puncak kepala yang masih berbalut dengan kain mukena, lalu mendaratkan sebuah kecupan hangat di sana."Aku selalu berdoa agar hubungan kita langgeng sampai maut memisahkan," ucap Zidane bersungguh-sungguh.Annisa terpaku tanpa berucap sepatah kata pun. Pandangannya cukup lama menatap manik suaminya yang nampak begitu teduh setiap kali sedang menatapnya.Tiba-tiba saja sebuah rasa bersalah berselimut di dalam dada saat tersadar dirinya belum melakukan tugasnya sebagai seorang istri. Dia merasa sangat bersalah karena belum bisa me
Read more

Chapter 62

Annisa merenggangkan tubuhnya dari dekapan Zidane. Menatap seraut wajah tampan itu dengan manik yang berbinar teduh. Detik berikutnya dia menghela napas panjang."Aku tidak tahu harus berkata apa kepadamu, Zidane," ucapnya lirih."Kau begitu tulus, tetapi aku masih belum bisa membalasnya. Kau bahkan tahu selama ini aku hanya memanfaatkanmu," ucapnya lagi.Zidane tersenyum sambil menatap manik cantik sang istri, lalu mengusap puncak kepala gadisnya yang masih mengenakan kain mukena."Aku tidak merasa sedang dimanfaatkan," jawab Zidane lembut. "Aku justru malah menikmatinya," sambungnya lagi.Pandangan suami istri itu beradu cukup lama, seolah sedang menyelami kedalaman isi dalam hati masing-masing."Apa kamu tidak akan melepaskan kain mukenamu?" tanya Zidane memecah keheningan."Ah, ya." Annisa tersadar dari lamunannya. Dia memundur, sedikit menjauh dari Zidane sambil mengalihkan pandangannya.Pria beralis tebal itu hanya tersen
Read more

Chapter 63

Bola mata Annisa membulat sempurna, kedua tangannya mengepal erat sambil menatap tajam wajah Maudy yang terlihat santai setelah baru saja mengatakan hal yang sangat tidak mungkin."Jangan bercanda denganku, Maudy! Sekarang juga, aku mau kamu ke luar dari sini!" ujar Annisa sambil menunjuk ke arah pintu, mengusir Maudy dari ruangannya.Lagi-lagi wanita itu tersenyum mengejek, tak mengindakhan perkataan Annisa yang sudah nampak sangat geram kepadanya."Bukan aku yang ke luar, tapi kau!" sahut Maudy sambil mendorong Annisa hingga gadis itu terhuyung hampir terjatuh ke lantai."Semua yang dikatakan oleh Maudy itu benar, Annisa. Ruangan ini sekarang akan ditempati olehnya."Annisa menoleh ke arah sumber suara yang begitu sangat familiar. Rahangnya menerasa dengan tatapan tajam menatap wajah Sarah yang baru saja memasuki ruangan."Apa maksud kalian? Kenapa aku harus pergi dari ruanganku sendiri? Atas dasar apa Maudy tiba-tiba menggantikanku di sin
Read more

Chapter 64

Suara derap langkah tergesa pergi meninggalkan kantor tanpa memedulikan tatapan heran dan juga bisik-bisik para karyawan yang melihat bahkan menyapanya.Awalnya, gadis berhijab itu berjalan menuju ke arah parkiran. Namun, begitu dia menyadari bahwa kunci mobilnya ada pada suaminya, Annisa pun memutar arah untuk mencari taksi.Di dalam taksi yang ditumpanginya, Annisa nampak melamun, raut wajahnya terlihat frustrasi memikirkan nasibnya yang sudah diberhentikan dari perusahaan ayahnya sendiri."Selamat siang, Nona Annisa." Sapaan itu terucap dari karyawan kafe buku saat melihat kedatangan Annisa.Gadis itu menghentikan langkahnya, memperlihatkan senyum tipis sebagai balasan sapaan tersebut."Sudah lama Nona Annisa tidak berkunjung ke kafe. Bagaimana kabar Nona?" tanya Arya, karyawan kafe buku."Alhamdulillah, baik, seperti yang kamu lihat," jawab Annisa sambil tersenyum tipis."Syukurlah kalau begitu, Nona," ucap Arya canggung. "Saya me
Read more

Chapter 65

"Kau sudah datang?" tanya Annisa."Hm."Zidane menarik kursi yang ada di depan meja Annisa lalu meletakkannya di samping gadis itu lalu mendudukinya. Dokumen yang tadi dibawanya, dia simpan di atas meja."Kamu baik-baik saja?" tanya Zidane."Hm. Aku baik-baik saja," jawab Annisa.Meski begitu, gadis itu nampak terlihat tidak bersemangat. Zidane bisa memahami apa yang dirasakan oleh istrinya.Lamat, Zidane menatap wajah sang istri cukup lama tanpa berucap sepatah kata pun. Dia bingung akan memulai pembicaraan dari mana."Kenapa kamu malah ke sini? Seharusnya kamu sedang di kantor sekarang," tanya Annisa.Dia meraih cangkir berisi air cokelat miliknya yang sudah tinggal setengah, lalu menyesapnya perlhan-lahan."Aku tidak bisa berkonsentrasi pada pekerjaan karena mencemaskanmu, Kia," jawab Zidane"Aku tidak menyangka mereka akan melakukan semua ini," sambungnya lagi.Zidane menghela napas panjang, menyenderka
Read more

Chapter 66

Rizky menepikan mobilnya di depan halaman kafe buku. Sebelum memasuki kafe tersebut, dia menghela napas panjang sambil membenarkan dasi yang dikenakannya. Menatap plang nama kafe selama beberapa detik.Sekretaris Zidane itu berjalan menghampiri pelayan untuk menanyakan keberadaan Zidane dan Annisa."Permisi, saya mau bertemu dengan Pak Zidane dan istrinya," ucap Rizky langsung pada inti pembicaraan."Oh, ya. Mari saya antar," jawab Arya sopan.Arya berjalan terlebih dulu, memandu Rizky untuk bertemu dengan Zidane di ruang kerjanya.Pasangan suami istri yang sedang berbincang itu menghentikan pembicaraannya saat mendengar suara ketukan pintu. Mereka secara bersamaan menoleh ke arah luar melihat seseorang yang datang."Pak Zidane, ada tamu yang mau bertemu Pak Zidane dan Nona Annisa," ucap Arya."Suruh dia masuk!"Arya mengangguk, dia pergi setelah sebelumnya sudah mempersilakan Rizky bertemu dengan atasannya."Aku sudah b
Read more

Chapter 67

Sepasang netra setajam elang sedang menatap seorang pria paruh baya yang baru saja datang menghampiri di ruang kerjanya. Hening tercipta selama beberapa saat hingga menciptakan ketegangan di dalam ruangan itu."Apa ada yang ingin Anda sampaikan kepada saya?" Suara tegas Zidane memecah keheningan.Pria paruh baya yang sedang duduk di sofa berseberangan dengannya itu menatap Zidane sambil tersenyum tenang."Kau sudah mendengar beritanya, bukan? Saham perusahaan ini 45% adalah milikku dan jika digabungkan dengan saham yang dimiliki Sarah, tentu saja hampir seratus persen akan menjadi milikku," ujar Hari.Pria paruh baya itu sengaja menjeda perkataannya dan tidak berbicara langsung kepada intinya. Dia meraih cangkir berisi minuman miliknya, lalu menyesapnya perlahan dan begitu tenang."Lalu?" tanya Zidane.Hari tersenyum menanggapi sikap lawan bicaranya yang acuh tak acuh."Tentu saja jabatanmu di sini tidak akan bertahan lebih lama. Kau
Read more

Chapter 68

"Bagaimana hasilnya? Kau sudah mendapatkan apa yang kuperintahkan?" tanya Zidane kepada seseorang yang ada di seberang teleponnya.Pria berparas tampan tetapi tegas itu mengangguk seolah orang yang sedang berbicara dengannya melalui telepon itu bisa melihat."Oke, selesaikan secepatnya!" titahnya.Setelah itu, Zidane mematikan sambungan telepon secara sepihak. Dia menghela napas berat, menatap kosong ke arah depan dengan pikiran yang terus berputar mencari cara untuk memecahkan permasalahan yang sedang dia hadapi.Zidane kembali menyalakan ponselnya, kali ini dia akan menghubungi Rizky yang dia tugaskan untuk menyusul Antonio.Sementara di lain tempat, Annisa baru saja meninggalkan kafe buku karena ingin bertemu dengan sahabatnya, Nayla.Mereka sudah lama tidak bertemu karena Nayla pergi bersama keluarganya untuk urusan yang tidak Annisa ketahui dan dia pun tidak mau mencari tahu kecuali Nayla sendiri yang mau bercerita."Nisa!" teria
Read more

Chapter 69

Nayla menghela napas, menatap sendu wajah Annisa seolah merasakan kesedihan yang sedang sahabatnya itu rasakan."Ya Allah, Nis," lirih Nayla. "Jadi, papamu memberikan semua saham perusahaan kepada tante Sarah dan bukan untuk anak kandungnya sendiri?" tanyanya dengan ekpresi merasa tidak percaya dengan apa yang sedang dia dengar.Annisa menggelengkan kepala, menyangkal tuduhan Nayla yang secara tidak langsung sudah berpikir negatif tentang papanya yang sudah tiada."Ceritanya panjang. Aku dan Zidane sedang mencari tahu kebenarannya. Entahlah, aku merasa tante Sarah berbohong," ucap Annisa. Tatapan mata gadis berhijab itu menerawang kosong. Sesaat kemudian, dia menunduk untuk menetralkan perasaannya yang bercampur aduk."Sudahlah, jangan bahas ini lagi. Kita sudah lama tidak bertemu, seharusnya kita bersenang-senang sekarang," ucap Annisa.Dia mencoba mengalihkan pembicaraan agar suasananya tidak tegang dan sedih. Nayla mengangguk setuju
Read more

Chapter 70

"Sampai kapan kau akan menolakku seperti ini, Nisa?" gertak Yogi sambil mencengkram erat lengan Annisa. Pendar bola mata pria itu menyiratkan amarah dan kecewa yang becampur menjadi satu."Lepas! Kau menyakitiku, Yogi." Annisa meringis kesakitan.Meski dia takut melihat Yogi yang sudah dikuasai amarahnya, tetapi Annisa berusaha tidak menunjukkan ketakutan itu.Bukankah lawan akan semakin senang saat melihat mangsanya melemah? Annisa menggunakan kekuatannya untuk mendorong Yogi, lalu berusaha untuk kabur.Namun, niatnya itu tidak berhasil karena lagi-lagi Yogi menahan dengan menarik tangannya kembali. Pria itu mengambil ponsel di dalam saku celana, lalu mencari sesuatu di dalamnya.Beberapa detik kemudian, pria itu menunjukkan layarnya benda pipih itu tepat di depan wajah Annisa."Lihat!" titahnya.Annisa terdiam menatap sebuah gambar yang tertangkap layar ponsel Yogi. Seseorang yang sangat familiar di matanya terpampang jelas di sana
Read more
PREV
1
...
56789
...
24
DMCA.com Protection Status