Home / Romansa / Menantu Penguasa / Chapter 211 - Chapter 220

All Chapters of Menantu Penguasa: Chapter 211 - Chapter 220

232 Chapters

Chapter 211

Alfian dan Vivi terkejut dengan kedatangan Zidane yang tiba-tiba. Mereka mendadak diam seribu bahasa. “Siapa yang parasit? Coba ulangi lagi perkataan itu dan ulangi lagi semua ucapan kalian yang menghina istriku,” ucap Zidane penuh penekanan. Alfian semakin terkejut dengan pertanyaan Zidane. Apakah dia telah mendengar semua apa yang ia ucapkan kepada Annisa. “Mas ....” Annisa memanggil suaminya. Ia melihat laut marah pada wajah Zidane yang tercetak jelas. Ia takut kalau Zidane akan kelepasan dengan emosinya yang sudah tersulut. “Kayson, kamu pulang kapan, Sayang? Kemarin mama sakit, kenapa kamu tidak menjenguk mama?” Vivi mengalihkan pembicaraan. Pengalihan topik ibunya tidak membuat Zidane melupakan apa yang telah kedua orang tuanya ucapkan pada sang istri. Zidane pun menoleh kepada Annisa. “Kamu diapain, Sayang?” tanyanya. Kedua mata Annisa begitu sembab. Zidane menangkup pipi istrinya. Ia terluka melihat istrinya menangis seperti ini. Annisa hanya diam saja i
Read more

Chapter 212

Zidane masih belum beranjak dari tempat duduknya. Ia masih ingin berada di dekat istrinya. “Mas, kamu kenapa belum berangkat juga? Udah mau siang loh. Mau ninggalin pekerjaan?” tanya Annisa. Zidane masih memikirkan kedua orang tuanya yang tidak bosan memancing keributan. Ia masih berusaha tenang di depan istrinya. Kini Zidane merebahkan kepalanya di atas paha sang istri. Annisa pun mengusap kepala suaminya. “Kenapa, Sayang?” tanya Annisa dengan lembut. Zidane kini tengah meredam kesalnya. Annisa melihat dahi suaminya berkerut pun paham kalau suaminya sedang emosi. Tangan Annisa mengelus dahi Zidane. “Masih kesal sama mama papa?” tanyanya. Zidane menjawabnya dengan gumaman lirih. “Udah nggak apa-apa, Mas. Nggak baik juga kalau terus kesal sama orang tua.” “Kamu, kok, gampang banget maafin orang tuaku? Padahal mereka udah ngasarin kamu,” ujar Zidane. “Orang tua kamu juga orang tua aku. Jadi aku harus hormatin mereka seperti orang tua kandungku. Jadi aku nggak
Read more

Chapter 213

Hari ini Rizky tampak sangat gugup sebab malam ini ia berniat untuk meminta izin melamar Tiara pada keluarga kekasihnya itu. Sebenarnya dari jauh hari ia ingin melakukannya, tapi baru sekarang akan terlaksana. "Kira-kira aku pakai baju apa ya?" gumam Rizky. Matanya tertuju pada isi lemarinya yang sudah terbuka lebar. Ia mengedarkan pandangannya dari ujung kiri ke kanan setiap pakaian yang tergantung rapi. Pada akhirnya Rizky memutuskan untuk memakai pakaian yang cukup sederhana, tapi tetap terlihat sopan dan elegan. Kemeja lengan panjang dan celana dasar slim fit warna monokrom cukup membuatnya terlihat tampan. Untuk menunjang penampilannya, tak lupa Rizky menggunakan parfum agar tetap wangi saat menghadapi keluarga dari Tiara nanti. Sebenarnya Rizky tidak bilang apapun tentang niatnya itu pada Tiara. Ia hanya mengatakan ingin datang berkunjung menemui orang tua dari kekasihnya itu.Saat Rizky baru sampai di rumah Tiara, ibu dari Tiara—Rubi menyambutnya dengan sangat ramah. Bukan
Read more

Chapter 214

Setelah mengutarakan niat baiknya untuk melamar Tiara, akhirnya Rizky pun pamit pulang. Lagi pula waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Memang sekarang belum terlalu malam, tapi Rizky tak enak jika harus berlama-lama di rumah Tiara. "Aku pulang ya, Sayang. Jangan kangen loh," ucap Rizky sambil mencolek puncak hidung mancung Tiara. "Ih, kamu ini reseh banget sih!" gerutu Tiara sambil mengusap-usap hidungnya yang terasa agak gatal akibat dipegang oleh Rizky. Rizky hanya tersenyum mirip kuda pada Tiara. Ia pun melongok ke dalam rumah seperti memastikan sesuatu. Tiba-tiba saja ia memeluk Tiara dengan sangat erat. "Aku seneng banget karena orang tua kamu setuju kalau aku melamar kamu," ungkap Rizky yang tak dapat membendung rasa bahagianya.Tiara juga merasa sangat senang sekali, tapi ia khawatir jika mamanya nanti akan melihat mereka yang sedang berpelukan seperti ini. "Aku juga seneng banget, tapi bisa nggak udahan dulu peluk akunya? Nanti dilihat mama bisa gawat," balas Tia
Read more

Chapter 215

Pekerjaan Tiara sebagai sekretaris hari ini berjalan dengan lancar. Semua urusan dan jadwal Ibu Annisa sepekan ke depan telah selesai ia atur ulang. Semenjak kehamilan bosnya itu, Tiara akan bekerja di bawah Pak Zidane untuk sementara waktu sampai keadaan Annisa lebih baik. Semenjak memutuskan untuk cuti sebentar, Tiara dan Annisa rajin berkomunikasi lewat pesan singkat mengenai pekerjaan yang belum sempat Annisa kerjakan. Meskipun status mereka sebagai bos dan sekretaris, tapi Tiara merasa kalau Annisa sudah ia anggap sebagai saudaranya sendiri. Ibu Annisa, bagi Tiara adalah salah satu contoh bos yang sangat baik. Wanita itu memiliki sifat yang sangat lembut, tapi bisa tegas untuk hal prinsip. Selain itu, Annisa juga tidak pernah sungkan atau ragu untuk menerima masukan dari siapapun, meski bawahannya sekalipun. Wanita itu juga tidak malu untuk mengakui kesalahannya. Ah … padahal baru beberapa hari Annisa cuti tapi Tiara sudah sangat merindukan wanita itu. Selama bosnya itu istira
Read more

Chapter 216

Zidane memutuskan untuk kembali kerja ke kantor akibat paksaan dari Annisa. Awalnya ia ingin bekerja dari rumah saja, ia tidak mungkin meninggalkan istrinya yang terkena morning sickness. Ia juga sudah menghubungi bawahannya dan memberitahukan mereka kalau akan bekerja dari rumah. Namun, ketika hari telah beranjak siang, Annisa lantas membujuknya untuk pergi ke kantor karena kondisinya sudah membaik. “Kamu yakin dengan keputusanmu? Aku tidak mungkin meninggalkan kamu dan anak kita dengan kondisi seperti ini,” tanya Zidane sambil mencium pucuk kepala Annisa yang begitu ia sayang. Annisa mengangguk. “Iya Mas … kamu kembali ke kantor saja, ya. Kondisiku sudah lebih baik dari tadi pagi. Perusahaan lebih membutuhkan kamu di kantor daripada aku. Lagipula habis ini aku akan berisirahat dengan total, kok. Ada Mbak juga yang jaga nanti. Kamu jangan terlalu khawatir.” Annisa berujar setenang mungkin, meyakinkan Zidane yang wajahnya masih menampilkan raut khawatir. Zidane menghela napas pende
Read more

Chapter 217

Zidane mengembus napas lirih, tak dapat dipungkiri jika perkataan Annisa memang benar. Namun, kasusnya saat ini cukup rumit karena mamanya tak mau menerima sang istri menjadi menantu. Padahal Zidane menilai jika Annisa sudah sangat ideal menjadi seorang istri dan menantu karena attitude serta keterampilan yang cukup baik. "Iya, maafin aku," sahut Zidane. "Minta maaf ke mama kamu bukan ke aku, Mas," suruh Annisa. Kalau bukan Annisa yang menyuruhnya, jelas Zidane enggan melakukannya. "Maafin aku, Ma," lirih Zidane. "Kamu nggak usah minta maaf ke Mama. Lagi pula Mama yakin kalau Annisa nggak nyuruh kamu ke sini, nantinya kamu pasti bakalan ke sini juga," balas Vivi. Sesaat kemudian ia melirik sinis ke arah Annisa. Tentu ia bukannya senang melainkan malah marah pada menantu yang tak dianggapnya itu, "Heh kamu, Annisa! Kamu jangan marah-marah sama Kayson kayak gitu. Memangnya pantas ya seorang istri memarahi suaminya di depan orang tuanya sendiri? Makanya itu saya nggak pernah setuju
Read more

Chapter 218

Wajah Vivi tampak ditekuk dan terlihat masam walaupun sekarang ia sudah berada di rumah. Sebenarnya pihak rumah sakit masih memintanya untuk dirawat, tapi Vivi bersikeras ingin pulang. "Nyonya, ayo dimakan dulu. Sudah dari kemarin Nyonya tidak mau makan, saya takut nanti kondisi tubuh Nyonya drop lagi," bujuk Bi Sarti salah satu asisten rumah tangga di kediaman Alfian dan Vivi. "Saya nggak nafsu makan. Bawa aja semua ini keluar," perintah Vivi. Bi Sarti pun merasa bingung karena majikannya tidak mau makan. Namun, ia tak punya kuasa untuk membantahnya dan akhirnya menurut saja. Begitu baru sampai di ambang pintu, ia tak sengaja berpapasan dengan Alfian. "Kamu kenapa nggak mau makan lagi?" tanya Alfian yang baru saja muncul dari luar. Pria paruh baya itu baru pulang dari kantor dan langsung merasa pusing akibat ulah istrinya yang selalu saja menolak makan dari kemarin. "Aku nggak mau makan sebelum Kayson pulang," jawab Vivi dengan memasang tampang merajuk. Alfian berjalan mendekat
Read more

Chapter 219

Annisa memulai rencana untuk membujuk Zidane agar mau pulang ke rumah orangtuanya. Meskipun tubuhnya sedikit lelah, ia memutuskan masak makanan untuk makan malam Zidane yang tentunya masih dibantu oleh asisten rumah tangganya. Annisa cukup tahu diri. Ia tidak boleh kelelahan selama hamil muda ini. Ia tidak boleh egois sekarang karena di dalam tubuhnya kini hidup buah hati yang telah lama dinantikan oleh dirinya dan Zidane. Annisa juga berharap kelak anak yang akan dilahirkannya ini bisa menjadi jembatan untuk dirinya dan juga mertuanya. Annisa menunggu Zidane dengan raut gembira. Ia juga sudah membersihkan diri dan menggunakan baju terbaiknya. Bunyi klakson mobil dari luar berbunyi nyaring yang menandakan kalau Zidane telah pulang. Senyum mengembang di wajah Annisa. Ia pun berlari kecil menyambut suaminya. “Mas sudah pulang. Bagaimana kerjaan hari ini? Pasti banyak banget, ya? Kasian suamiku kelihatan sekali wajah lelahnya.” Annisa menyalimi punggung tangan Zidane. Tak lupa juga m
Read more

Chapter 220

“Mama … jaga ucapanmu. Annisa memang sering seperti ini setiap pagi. Dia morning sickness.” Zidane memperingatkan Vivi. Vivi mencibir, “Alah! Mama yakin itu cuma alasannya dia untuk mengejek masakan Mama. Kemarin saat Mama ke rumah kalian, dia nggak seperti itu.” Vivi sudah kehilangan selera untuk makan. Annisa tidak dapat membela diri akibat lonjakan hebat di dalam perutnya. Tak tahan lagi akhirnya Annisa memutuskan untuk pergi mencari kamar mandi. Zidane yang khawatir lantas ikut berdiri dan menyusul istrinya. “Kalau sakit mending suruh dia pulang saja, Kay. Jangan menambah beban keluarga kita.” Vivi berteriak kencang hingga terdengar oleh Annisa di kamar mandi. “Kita pulang saja, ya,” ucap Zidane pada akhirnya. Tangan lebarnya mengusap punggung Annisa Sesekali ia memijat tengkuk Annisa agar perempuan itu merasa nyaman. Annisa muntah terus-terusan dan hanya mengeluarkan air liur sebab ia memang belum sarapan apapun dari tadi. Meskipun hati Annisa merasakan perih akibat mendeng
Read more
PREV
1
...
192021222324
DMCA.com Protection Status