Bagian 22 “Psikopat!” umpat Ana, “tega kamu bunuh anak sendiri!” “A-aku, nggak sengaja. Sumpah.” “Bohong.” Air mata mengalir deras di pipinya, “Tunggu aja, kamu harus bertanggungjawab. Manusia bejat kayak kamu, membusuklah di penjara.” “Ma-mafkan, aku, An, kita tutupi aja masalah ini. Jangan diperpanjang, please.” Ana tidak menghiraukan perkataan lelaki yang baru saja ia campakkan dari hidupnya. Ia berlari secepatnya menuruni anak tangga. Melihat wanita itu tidak bisa diajak kompromi, Raka pun mengambil vas bunga berukuran sedang yang terletak di atas meja. Menghantamkan ke kepala Ana kuat-kuat, hingga wanita itu terjatuh. Wanita itu masih separuh sadar ketika tangannya diikat dengan tali, walau demikian i
Read more