Home / Fantasi / Series Hutan Larangan / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Series Hutan Larangan : Chapter 41 - Chapter 50

191 Chapters

Dia, Nyata?

Bagian 11  Dia, Nyata?    Arya yang duduk bersandar di pohon besar mengawasi pergerakan Mita dari tadi. Sambil mengunyah buah yang kali ini terasa hambar, pertanda pikirannya sedang tak menentu. Ia telah salah mulai bermain rasa, padahal dulu ia pernah berjanji setia sampai mati demi mendiang istrinya yang bersedia mengorbankan nyawa untuk keselamatannya.    “Kau gadis keras kepala, harusnya kau pergi menjauh bukannya sok kuat dan berani menghadapi kumpulan mayat hidup itu.”    Arya terus memperhatikan Mita yang melajukan motor di kedalaman hutan tempat Erick tinggal. Wanita berambut ikal itu mengendarai kuda besinya dengan kecepatan maximal. Puluhan mayat hidup itu mengejarnya dengan tenaga bukan manusia biasa.    Mita terjatuh menghantam akar pohon yang melintang. Kakiny
Read more

Berdebat

Bagian 12  Berdebat    Mita bangun. Ia memperhatikan tangannya sendiri. Tak ada bekas luka di sana. Tubuhnya juga tak merasa lelah atau sakit-sakit. Seolah-olah tidak terjadi apa-apa.    “Berarti tadi cuma mimpi.” Mita menarik napas panjang.    Wanita itu membuka bajunya dan masuk ke kamar mandi, merendam dirinya dengan sabun aroma bunga untuk menenangkan pikiran. Mimpi tadi benar-benar membuat jantungnya berdebar sangat cepat.    Usai mandi Mita membungkus kepalanya dengan handuk. Ia pun tak segera memakai baju lengkap, hanya handuk putih di atas dada dan lutut. Ia merasa bahagia sebab merasa dirinya tak jadi mati atau disantap harimau  walau hanya dalam mimpi.    Mita membuka pintu kamarnya. Dengan santainya ia keluar dan
Read more

Topeng Masa Lalu

Bagian 13  Topeng Masa Lalu    “Jadi, gadis sialan itu selamat dari serangan mahluk kita, Ben?” tanya Erick sambil menyesap aroma wine mahal buatan pabriknya.   “Benar, Sir. Tadi bahkan aku lihat sendiri, ada seekor harimau besar yang datang menolongnya. Dua mahluk beda alam itu bahkan saling bekerjasama mengalahkan pasukanmu.”    “Aku semakin suka permainan ini. Akhirnya si brengsek yang merebut Emery dariku menampakkan diri juga.”    “Tunggu, Sir.” Ben meraih album foto berisikan foto-foto lama berusia ratusan tahun yang berhasil diabadikan Erick secara sembunyi-sembunyi dulu.    “Raden yang kau maksud itu, laki-laki tinggi ini, bukan?” tunjuk Ben pada foto Bagus.  
Read more

Pernikahan

Bagian 14  Pernikahan    “Kalau begitu cepat selesaikan, atau aku telan semua manusia di dalam ruangan ini!” sahut Arya dengan suara yang juga ditekan.   Tak lama setelah itu sang designer memberikan buket bunga satu lagi pada Arya. Lelaki setengah harimau itu lagi merasa indra penciumannya terganggu. Detik demi detik ia menunggu sambil menggenggam paksa tangan Mita.    “Ya ampun, bisa patah tanganku lama-lama ini.”    Pagelaran pakaian pengantin selesai, tetapi netra kuning Arya tak lepas dari memandang Erick yang duduk di kuris VVIP. Mita bahkan menarik paksa dirinya agar mengikutinya ke ruang ganti. Sayangnya, mereka harus menunggu beberapa saat hingga ruang ganti kosong.    “Sekali lagi kau menyeretku ke dalam ur
Read more

Pilihan Terakhir

Bagian 15  Pilihan Terakhir    Erick membawa paksa Mita di atas bahunya. Wanita itu meronta agar dirinya dilepaskan. Namun, sia-sia perlawanan orang biasa seperti Mita, tak ada apa-apanya dibandingkan tubuh Erick yang tinggi.    Mita di bawa ke dalam kamar pribadi Erick. Ia dilempar begitu saja di atas ranjangnya. Netra hitam Mita memindai sekeliling ruangan. Ia melihat sendiri manekin yang telah ditutupi gaun pengantin yang sangat mewah.    “Jadi, kamu yang beli gaun pengantin mahal ini. Untuk apa?”    “Untuk pernikahan kita, Sayang. Kau akan kupaksa menjadi istriku dan menuruti semua keinginanku. Termasuk mematahkan kutukan manusia harimau keparat itu.” Erick membelai pipi Mita yang bersemu merah karena ketakutan.   &nbs
Read more

Hutan Larangan

Bagian 16 Hutan Larangan  “Hu-hu-hutan larangan?” tanya Mita mencoba memastikan. Arya hanya mengangguk saja.  “You must be kidding me. Ini pasti cuma mimpi,” ujar Mita meyakinkan diri sendiri. “Ini bukan mimpi, ini kenyataan. Kau harus tinggal di sini beberapa saat sampai jejakmu tak bisa diendus oleh anjing suruhan Erick.”  “Ah, aku nggak percaya.” Mita menggeleng kuat.  “Terserah kau saja.”  “Ok, aku mau tidur, semoga pas bangun aku sudah kembali ke kehidupan normalku, mungkin, masih sama-sama dengan Ana yang gak pernah kenalan sama kalian.”  Mita merebahkan dirinya sendiri di rerumputan hijau, tubuhnya sudah terasa sangat lelah usai pertarungan antara hidup dan
Read more

Serupa

Bagian 17  Serupa    “Woooahh. Tadi itu sinar apaan? Waktu aku jatuh di danau juga ada sinar, persis, sama banget,” ujar Mita ketika ia telah dibawa Arya ke tempat yang aman.    “Bukan urusanmu, kuberi tahu juga kau tak akan paham. Manusia fana sok hebat.” Kesal Arya mengenang sikap Mita yang tak pernah tahu berterima kasih.    Netra Mita tak berkedip memandang sebuah air terjun di depan matanya. Sangat indah dari yang pernah ia temui.    “Ana bilang hutan larangan itu serem, di artikel yang aku baca ini tempat paling serem sejagad semesta menembus angkasa. Terus kok bisa ada air terjun dengan pemandangan luar biasa gini. Duh, nggak bawa hape lagi buat merekam.”    “Ana belum menjelajahi semua tempat
Read more

Tipuan

Bagian 18  Tipuan    Dari kejauhan mahkluk wanita menyeramkan itu memandang dua orang yang sedang duduk diam saja tanpa mengucap sepatah kata pun. Ia merupakan musuh lama yang wajahnya habis dikoyak oleh cakar Arya.    Namun, mahkluk menyeramkan itu tak memiliki kemampuan untuk melawan sang manusia harimau. Kuku-kuku panjangnya menancap di batang pohon. Ia melompat, dengan kedua kaki dan tangannya merayap di tanah, lalu berdiri ketika melihat Mita mencuci wajahnya sendirian saja di sungai.    Makhluk serba hitam dan menjijikkan itu menutup dengan tabir gaib di sekitar Mita agar tak diketahui oleh Arya, ia yang telah ratusan tahun ingin membalaskan dendamnya, menemukan sebuah cara. Melalui Mita ia akan membuat sang pangeran tergoda hingga melanggar perintah gurunya.    Makhluk hitam it
Read more

Liliana Emery

Bagian 19  Liliana Emery    “Untuk apa kau lakukan itu?” Bagus memerhatikan Arya yang melukai wajahnya sendiri hingga ia tak terlihat tampan lagi.    “Supaya tak ada yang tertarik denganku.” Sempurna, penyamaran Arya terlihat halus, ia kini serupa dengan buruk rupa.    “Baiklah kalau begitu. Kita pergi sekarang, lebih cepat lebih baik.”    Dua orang sahabat karib yang memilih mengamankan wilayah di sekitar timur berjalan bersama. Mereka memasuki kediaman Erick. Dengan pakaian lusuh dan tubuh kotor seolah-olah orang miskin dan kelaparan.    “Siapa mereka?” tanya Emery pada kepala pelayan ketika baru saja pulang memetik bunga.    “Ehm, Nona, merek
Read more

Membebaskan Tawanan

Bagian 20  Membebaskan Tawanan    Bagus berjalan mengendap-ngendap. Setelah berhasil menghindar dari Emery yang terus mengikutinya. Ia menuju hutan di tepi sungai tadi. Sampai di sana, Arya telah menanti sambil memgang dua buah mangkuk yang masih mengepulkan asap.    “Kau lapar, bukan?” Arya menyodorkan semangkuk sup pada sahabat karibnya.    Lelaki itu menyeruput begitu saja, mengabaikan panas pada sup yang baru saja matang. Namun, saat itu juga ia memuntahkannya kembali. Lidahnya serasa dibakar oleh api.   “Sayuran, pantas saja rasanya begitu aneh.” Lelaki itu berkumur dengan air sungai.    “Aku juga lapar. Dan sepertinya sore ini kita akan makan daging yang lumayan bisa mengganjal perut kita yang besar ini.”
Read more
PREV
1
...
34567
...
20
DMCA.com Protection Status