Bagian 27
Ancaman
Raka yang telah mengikuti pergerakan Ana selama berminggu-minggu mulai menggila. Ia tidak rela melihat wanita itu bahagia sementara dirinya kehilangan semua yang telah ada dalam genggaman, uang dan perempuan. Lelaki itu memegang dadanya yang masih terasa nyeri, tubuhnya terlempar beberapa meter dan menghantam benda keras saat mencoba menikam Ana. Dengan sisa-sisa kekuatan dan uang yang ada ia mengunjungi seorang teman lama di dunia hitam.
“Sepertinya dia bukan manusia biasa. Mana ada orang yang bisa melempar manusia sampai menjauh beberapa meter, bola matanya juga aneh.” Raka menceritakan secara detail ciri-ciri fisik lelaki yang menggagalkan serangannya beberapa minggu lalu.
“Ada fotonya, aku ingin lihat dia yang kamu bicarakan itu lebih jelas.”
Raka mengeluarkan selemba
Bagian 28Positif“Dua garis merah,” ujar Ana pada dokter yang memintanya untuk melakukan tes kehamilan.“Selamat kalau gitu.” Dokter melanjutkan pemeriksaan pada perut Ana.“Usia kandungan Ibu sekitar tujuh minggu, masih berupa kantong janin, ya. Oh, iya pergi sendiri saja, suaminya tidak ikut?” tanya wanita berbaju putih.“Nggak, dia lagi nggak enak badan. Jadi istirahat di rumah.”“Oh. Istrinya yang hamil suaminya yang ngidam kalau begitu.” Dokter lalu menuliskan resep yang harus ditebus Ana.Sepanjang perjalanan Ana memikirkan pertanyaan semalam. Mahluk macam apa yang akan lahir. Namun, pemeriksaan dokter tadi tidak menemukan sesuatu yang aneh dalam kandungannya. Jika memang mahluk lain, tentu tertangkap oleh peralatan USG yang canggih.Ana dan Bagus masih belum bertegur sapa sejak tadi malam. Keduanya masih sib
Bagian 29“Kita pergi ke kediaman Bagus dan wanita yang berhasil menggodanya!” perintah sang guru pada Arya.“Kalau boleh tahu untuk apa, Guru? Bukankah mereka sudah hidup bahagia walaupun—”“Kau jangan ikut-ikutan bodoh, Arya. Murid kesayanganku itu telah lupa dengan dirinya sendiri. Batas waktu yang kuberikan telah habis dan dia masih saja terus mengulur waktu.”“Apa yang akan Guru lakukan pada mereka?” tanya Arya pada lelaki berambut putih.“Dia harus memilih, siapa yang hidup, dirinya atau wanita itu. Ini sebagai contoh, jika ada yang berani melanggar lagi, maka akan bernasib sama seperti dia,” tegas sang guru lagi.Arya-sahabat Bagus lagi-lagi tidak tega. Ia yang kerap kali ditolong olehnya dulu, harus meny
Bagian 30Tubuh Raka yang tidak bernyawa digigit oleh seekor harimau berukuran besar di bagian leher. Harimau itu lalu melemparnya ke tempat di mana anak-anak binatang buas itu baru beberapa hari dilahirkan. Tak ayal daging segar itu menjadi rebutan bagi mereka.Perlahan-lahan tubuh itu tercabik-cabik, bagian kaki dan tangan menjadi rebutan, sementara kepala dan isi perut ditinggalkan begitu saja, mungkin akan disantap oleh mahluk gaib lain yang menyukai sisa-sisa bangkai yang tergeletak begitu saja.***“Bagaimana wanita itu?” tanya sang guru pada Arya.“Sudah kututup rumahnya dari semua gangguan, dan tak ada yang menyaksikan perbuatan kita, Guru.”“Kau yakin?”Arya mengangguk.&
Bagian 1 Kutukan “Kau!” tunjuk lelaki dengan darah binatang yang mengalir kuat di tubuhnya, “Aku bersumpah, umurmu akan panjang, sama sepertiku. Sepanjang usiamu, kau akan menderita, tak bisa lagi menyentuh wanita. Kau akan tersiksa dengan kutukan abadi dari bangsaku. Rupamu akan terlihat menjijikkan di mata manusia lain. Sumpah ini berlaku selama aku masih hidup. Dan kau tak akan pernah bisa menebusnya, kakimu aku haramkan untuk berpijak di wilayah hutan larangan.” Kilasan kejadian ratusan tahun silam kembali melintas di malam kelabu lelaki dengan tubuh tinggi besar dan rambut pirang. Bola mata birunya mengisyaratkan dendam panjang yang belum tuntas. Selama ratusan tahun itu pula lelaki bernama Frederick melanglang ke seluruh penjuru dunia untuk mencari cara menghancurkan kutukan bangsa manusia setengah harimau itu padanya. Selama ratusa
Bagian 2Mata“Heran deh, ini klinik bersalin apa kuburan, ya? Sepi amat, mana pasien cuma Ana sendiri dari tadi?” gumam Mita seorang diri.Ia memeras celananya yang dipenuhi jejak air hujan. Merasa ada yang aneh, Mita menghampiri dua orang perawat di tempat jaga yang dari tadi hanya diam saja.“Ehm, Suster, apa nggak ada data pasien yang harus diisi? Terus administrasinya berapa?” tanya Mita pada dua orang wanita berwajah pucat.Tanpa menjawab, satu orang wanita yang dipanggil suster oleh Mita hanya menyerahkan asal sebuah kertas kosong dengan pena hitam. Mita bingung, data apa yang harus diisi, ingin bertanya lagi tapi dua wanita itu hanya duduk diam saja dengan tatapan kosong. Dan baru Mita sadari kuku dua wanita tersebut panjang dan agak sedikit runc
Bagian 3Mr. FrederickDua tahun kemudian.Tawa Andra memenuhi ruangan. Anak lelaki Ana kini berusia dua tahun sudah. Namun, sang ayah belum juga kembali bersama mereka. Wanita itu dengan sabar tetap menanti sampai kapan pun.Mereka berdua kini tinggal satu rumah dengan Mita. Menghindari pertanyaan saudara dan keluarga besar Ana tentang keberadaan ayah bayinya. Juga desakan sebagian dari mereka agar Ana menikah lagi. Tak segan juga terkadang kakek dan nenek Andra membawa lelaki yang akan dijodohkan pada Ana.Berbeda dengan Mita yang masih betah melajang tanpa memikirkan tentang pernikahan. Wanita itu enggan menjalin hubungan lagi setelah patah hati dengan orang yang menjanjikan masa depan untuknya.“Baru pulang?
Bagian 4Galery LukisanNetra Mita terbuka perlahan. Samar-samar ia lihat sendiri sosok seorang lelaki dengan rambut diikat rapi duduk di dekatnya berbaring. Dua tangannya bertumpu pada dagu seolah memikirkan hal yang sangat rumit, ditambah tarikan napas berat yang beberapa kali keluar dari mulutnya.Arya, pangeran itu lupa untuk kembali ke hutan tempatnya tinggal. Ia malah memikirkan misteri diri Mita yang turut terseret dalam lingkar kutukan yang sahabatnya berikan pada Erick. Arya bahkan tak sadar juga Mita kini tengah menatapnya dengan pandangan penuh ketakutan.“Ha-han,” ucap Mita dengan terbata-bata.Arya tersentak menyadari wanita yang tengah tidur sangat lelap tadi telah sadar dan memergoki dirinya. Dengan cepat lelaki itu membekap mulut Mita dengan tanganny
Bagian 5Invitation“Sepertinya Mr Erick interestnya sama kamu deh, An.”“Like i care, kan, yang jelas-jelas diundang ke rumahnya itu kamu, Ta.”“Iya, tapi dia bilang suka sama lukisannya. Mungkin dia salah kira.”“Ya, nggak usah datang kalau gitu.”“Nggak enak, deh. Dia udah borong karya kita berdua. Walau buatanku nggak banyak.”“Terserah kamu aja. Labil!” umpat Ana.Hari sabtu malam Ben telah menunggu di depan rumah Mita. Lelaki kepercayaan Erick telah menunggu sejak sejam yang lalu. Perintah tuannya begitu jelas, Mita harus datang ke rumahnya malam itu juga.