Home / Romansa / Betrayal / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Betrayal: Chapter 11 - Chapter 20

62 Chapters

Chapter 11: Muse

Saat Callis hendak membersihkan luka Victor, dirinya tercekat melihat berkas yang ada di bawah tangan Victor. Callis mengobati tangan Victor dengan tangan bergetar ketakutan. Jika Victor mendapatkan informasi tentang Andre dengan mudah, bukan tidak mungkin Victor juga mendapatkan onformasi tentang Reis.Victor sengaja memiringkan punggung tangannya saat Callis meneteskan betadine di tangannnya. Betadine itu mengotori profil Andre. Dengan tangan masih bergetar, Callis mencoba membersihkan tetesan merah itu dari profil di hadapannya.“Bukankah itu profil calon suamimu?”Callis menunduk dan tidak melanjutkan kegiatannya yang mengobati tangan Victor. tubuhnya menggigil. Bahkan Callis merasa ingin menangis ketakutan di sini. Callis bukan orang yang cengeng, tapi dirinya selalu tidak berdaya jika berada di hadapan Victor. Victor sangat pintar untuk memainkan emosinya.“Kau tahu kan jika aku membencimu. Selain dirimu, tentu saja aku akan mengha
Read more

Chapter 12: Devil

“Aku tahu tentang anak itu,” ucapan Victor membuat bulu kuduk Callis meremang.“Anak apa? Anaknya Mbak Karina?” Callis meletakkan tangannya di belakang tubuhnya. Dirinya tidak ingin Victor melihat tangannya yang sudah bergetar ketakutan.“Aku sudah menebak bahwa kau tidak akan langsung mengaku.” Victor meletakkan dua amplop—yang tadinya tidak disadari oleh Callis—dan meletakkannya di atas meja.Callis menatap kedua amplop itu dengan pandangan bingung. Callis dapat membaca tulisan di amplop itu dengan jelas. Di sana tertera logo rumah sakit dan juga pengadilan tinggi. Hatinya menjadi tidak tenang. Dengan perlahan Callis membuka kedua amplop tersebut.Pengalihan hak asuh anak dan hasil tes DNA.***Pengalihan hak asuh anak dan hasil tes DNA.Callis menatap Victor tak percaya. Victor terlihat sama sekali tidak  terganggu dengan pandangan Callis padanya. Callis kembali mengalihkan panda
Read more

Chapter 13: Surrender

Detik pertama panggilan itu tersambung, Callis sudah mendengarkan bentakan Victor. dari nada bicaranya, sepertinya Victor benar-benar marah. Tangan Callis bahkan sampai bergetar dibuatnya. “Ak-aku…” Callis kehilangan suaranya. Walaupun di balik panggilan, Callis seperti dapat merasakan aura kemarahan Victor.Lantas ada mobil hitam yang berhenti di depannya. Kaca mobil tebuka, pria di balik kemudi adalah pria yang sama dengan lelaki yang tadi menatapnya di café. [Masuklah ke mobil itu dan jangan coba-coba mengelak atau kau akan menyesal,” desis Victor lalu memutuskan panggilan begitu saja.Callis tidak menghiraukan Victor dan hendak menjauhi mobil utusan Victor. “Nona, masuklah. Jika tidak, nyawa anak Anda dalam bahaya,” ucap lelaki itu.Callis menghentikan langkahnya. “Apa maksudmu?”Lelaki itu menatap Callis dengan pandangan tidak enak. “Mr. Barnett nanti akan menjelaskannya. Tolong ikuti saja
Read more

Chapter 14: Daddy

Callis menghembuskan nafasnya sebelum turun dari mobil Victor. “Tetaplah di sini. Beri aku waktu lima menit dan aku akan membawa Reis kemari,” ucap Callis. Victor tidak menjawab, tapi dirinya memundurkan kursi mobil dan menyamankan dirinya di sana. Tindakan Victor tersebut Callis anggap sebagai jawaban “ya”.Callis sedikit berbasa basi pada Bunda. “Bunda, aku mau bawa Reis pulang ya,” ucap Callis akhirnya.“Kamu udah selesai dinas luar kotanya?” Callis bahkan lupa jika dirinya membohongi Bunda dengan dinas ke luar kota.“Sudah, Bunda. Ternyata jadwalnya dipercepat,” ucap Callis dengan senyuman. “Omong-omong, Reis di mana ya, Bunda?”“Reis ada di depan, tadi kayanya lagi main di deket gerbang.” Callis mengangguk dan berbalik. “Mau Bunda anter?” tanya Bunda dengan beranjak dari kasurnya. Memang kesehatan Bunda beberapa hari ini sedang tidak baik. Biasanya, kalau
Read more

Chapter 15: Vague

“Victor nyalakan lampunya!” pekik Callis ketakutan, Callis langsung berlari dan memeluk Victor. Beruntungnya dirinya tidak menabrak apapun saat berlari. Callis sangat takut dengan hantu.Victor lalu menyalakan lampu dengan tertawa. “Aku menghemat listrik,” bohong Victor.“Astaga Victor! Kau tidak akan bangkrut hanya karena menyalakan lampu saat malam hari.” Callis sangat tahu kalau sekarang Victor sedang menggodanya.“Aku hanya menyalakan lampu di kamarku.”“Kau menjebakku, Victor,” desis Callis kesal.Victor mengedikkan bahunya. “Kalau kau tidak mau tidur di kamarku, aku akan menguncinya.”“Aku tidur di kamarmu.”***Callis masih terdiam di dalam kamar mandi. Dirinya merasa gugup harus satu kamar dengan Victor. Kenyataan mereka satu kamar sekarang membuatnya—secara tidak sengaja—mengingat malam itu. Walaupun samar, Callis masih meng
Read more

Chapter 16: Hometown

Hati Callis rasanya seperti diremas. Banyak spekulasi yang kini hinggap di kepalanya. Tidak ada satupun yang Callis ketahui jawabannya, dan Callis juga tidak ingin mencari jawabannya. Callis takut kecewa jika dirinya terlanjur tahu jawabannya dan ternyata jawaban itu menentang hatinya.Namun, ada satu pertanyaan yang terus berputar di benak Callis. Pertanyaan yang mungkin saja menjelaskan semua pertanyaan lainnya. Pertanyaan yang mungkin memberikan dampak yang sangat besar baginya nanti. Serta, pertanyaan yang tidak ingin dia tanyakan pada Victor karena ketakutannya.Victor membawa Callis ke Sidney sebagai apa?***Callis berjalan dengan tangan kanan menyeret kopernya dan tangan menggandeng tangan kecil Reis. Sebenarnya, koper yang dibawa oleh Callis tidak memuat banyak barang. Callis merasa, Victor hanya penasaran tentangnya dan Reis. Setelah rasa penasarannya hilang, Callis dan Reis akan ditinggal kembali. Jika memang benar hal tersebut akan terjadi, Ca
Read more

Chapter 17: Sad

Callis menatap kedekatan mereka berdua dengan sesak. Apakah dirinya kekasih Victor? Lalu kenapa Victor masih ingin menguasai Reis jika dirinya sudah memiliki kekasih? Apa Victor benar-benar mendekatinya hanya karena balas dendam?“Oh maaf, aku tidak tahu jika wanita ini bersamamu,” ucap Olive dengan menatap Callis. “Siapa mereka, Victor?” tanya Olive dengan menatap Callis dan Reis—yang ada digendongan Victor—secara bergantian.“Dia Callis.” Oh bahkan Victor tidak menyebutkan nama panggilannya untuk Callis di hadapan wanita ini. Sepele memang, tapi entah kenapa Callis menjadi sakit hati.“Dan ini?” tanya Olive dengan menunjuk Reis.“Ini Reis, dia-”“Dia ‘anakku’.” Callis menekankan kata ‘anakku’ dan langsung merebut Reis dari gendongan Victor.***            Callis duduk di
Read more

Chapter 18: Olive

Callis menatap wajah Victor. Wajah Victor terlihat datar. Victor sama sekali tidak terpengaruh dengan tempat ini. Sepertinya, di sini hanya Callis yang masih menyimpan kenangan mereka. Tak apalah. Toh Callis sudah tidak mengharapkan apapun dari Victor. “Kau mau ice cream matcha?” tawar Callis. Sejak saat Callis membelikan Victor ice cream matcha, Victor selalu memesan rasa itu. Victor mengeluarkan seringaian sinis. “Seleraku sudah berubah. Ku rasa semua hal dari tujuh tahun lalu tidak ada apapun lagi.” Callis hanya menunduk. Dirinya hanya menawarkan ice cream pada Victor, tapi kenapa jawaban Victor menusuk hatinya. Andaikan Victor tahu apa yang terjadi pada malam itu, mungkin Victor tidak akan membencinya seperti ini. *** “Callie, kau akan bekerja di TBGroup sebagai asisten pribadiku.” Callis menatap Victor dengan pandangan lelahnya. Lalu Callis mengangguk. “Bisakah kita istirahat sekarang?” Victor memiringkan kepalanya. “Kau t
Read more

Chapter 19: Confused

Olive lalu menatap Callis dengan pandangan memperingatkan. “Ingatlah Callis. Aku tidak peduli apapun hubunganmu dengan Victor di Indonesia. Yang pasti, kau tidak akan mendapatkan Victor. Aku dan Victor sudah memiliki ikatan.”Olive dan Victor sudah memiliki ikatan? Ikatan apa yang dimaksudnya?Callis melihat Olive yang pergi dengan anggunnya dari kamar Victor. Callis meraba dadanya. Di sana, jantung Callis berdetak dengan menyakitkan. Sepertinya, Victor memang tidak ada perasaan apapun lagi kepadanya.Callis lalu memeluk Reis yang masih tertidur di sampingnya. Tangisnya tumpah di sana.***Victor memilih untuk tidur di kamar yang tadi malam ditempati oleh Reis. Tadi, dia sempat melihat punggung Callie yang bergetar dengan memeluk Reis yang terlelap. Apakah sakitnya separah itu?Victor ingin menanyai keadaan Callie, tapi dirinya enggan. Victor tidak akan dapat menahan dirinya lagi jika Callie bersikap seperti tadi. Dirinya bukan l
Read more

Chapter 20: Work

Sebelum Victor menjawab ucapan Dave, satu pesan masuk ke ponselnya. Dan itu dari Olive. Olive memberi tahunya jika dirinya kesakitan sekarang.“Aku akan menghubungimu nanti, Dave.”[Kau akan menyesal, Victor. Olive tidak sebaik yang kau kira.]Itu adalah ucapan Dave sebelum Dave memutus panggilannya. Untuk saat ini, fokusnya adalah Olive yang meringkik ke sakitan di rumahnya. Salahkan Abraham yang memberikannya pelajaran untuk berdedikasi dan bertanggung jawab akan segala sesuatu. Maka sekarang, Victor akan bertanggung jawab dengan apa yang telah dirinya perbuat.“Callie, aku akan ke rumah Olive. Mungkin aku pulang malam.”***Sejak hari di mana Victor mengatakan bahwa dirinya menemui Olive, Victor semakin sering keluar dan mengunjungi Olive. Awalnya, Victor akan memberitahunya jika akan mengunjungi Olive. Namun, beberapa hari ini Victor pergi tanpa memberitahunya.Sudah sekitar tiga minggu Callis bekerja di pe
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status