Semua Bab Unexpected Encounter: Bab 31 - Bab 40

83 Bab

Rahasia

Maudi terdiam lama, mulutnya bahkan sampai membuat celah kecil saking terkejutnya ia mendengar apa yang Satria katakan.Ini orang kenapa ngomongnya kayak orang paling terluka sedunia sih! Celetuk Maudi dalam hati.Maudi kan cuma berniat meringankan pekerjaan Satria, dia tidak ingin merepotkan. Dan kenapa Satria malah terlihat marah dan menuduh Maudi gampangan, mudah percaya dengan orang tidak dikenal. Ya Maudi memang belum tau editor onlinenya itu siapa, namun yang jelas lebih baik konsul kepada orang yang belum pernah ditemui dan secara text daripada menerima koreksi secara langsung kan?Maudi sudah bilang sebelumnya, ia rikuh karena orang itu adalah Satria. Dan bukankah harusnya Satria senang Maudi tak akan lagi menyusahkannya? Satria punya banyak pekerjaan, harusnya pria itu dengan senang hati mengiyakan saran Maudi. Bukan malah terlihat tak terima. Kan jadi aneh. Maudi tidak mengerti kenapa Satria harus marah.Maudi mengedip cepat, setelah sadar kalau s
Baca selengkapnya

Ingin pulang

Hari ini Maudi bangun lebih pagi daripada hari sebelumnya. Bukan tanpa alasan, Calum mendatangi kamar tidur Maudi dan bilang kalau dia lapar, padahal biasanya kalau ada Satria pasti Calum menempel dan akan meminta tolong pada ayahnya itu. Maudi pun hanya bisa bangun dan memberikan apa yang Calum mau.Setelah memberi Calum makan, anak tiga tahun yang gembul itu menunggu Maudi di kamar, menunggu Maudi selesai mandi dan mencuci baju, diam sekali sembari menonton kartun bus biru dari tabletnya. Seusai Maudi selesai dengan pekerjaannya, ia pun kembali ke kamar, menemani Calum menonton karena Calum sendiri belum mau dimandikan.Yah, jadi begitulah.Calum menonton kartun, sementara Maudi mengambil ponselnya sendiri untuk menonton video tutorial dan video memasak.Tidak ada yang istimewa. Semuanya berjalan seperi ini saja. Calum, Satria, dan Rumah. Maudi tak ingin bilang kalau hidup di sini membosankan, tetapi mungkin Jakarta akan lebih indah kalau ia diperbolehkan pergi
Baca selengkapnya

Gagal lagi

Hidup itu roda yang berputar, bumi bukan hanya tentang terang namun juga pasal hujan. Mungkin kalimat itu yang pantas untuk menggambarkan apa yang sedang dirasakan Maudi saat ini. Pagi tadi, ia begitu bersemangat dan bahagia setelah Satria memberinya ijin untuk pulang, dan sekarang Maudi harus sedikit menelan pil pahit karena apa yang ia kerjakan bermalam-malam lamanya tidak membuahkan hasil.Benar. Baru saja, sekitar tiga menit yang lalu Jihan, editor online Maudi mengirimkan pesan kalau naskah yang Maudi buat tidak diterima untuk bisa dipulikasi. Alasannya, karena konflik yang kurang menggigit.Memang benar apa kata Satria. Kalau membuat karakter cerita, jangan tanggung-tanggung, brengsek ya brengsek sekalian, baik ya baik sekalian. Sedangkan karakter yang Maudi buat sifatnya sedikit ambigu, tidak sekuat layaknya tokoh utama. Meski menurut Maudi sendiri cerita yang ia buat sudah cukup bagus dan layak untuk dibaca, namun tentu saja platform kepenulisan berbayar memb
Baca selengkapnya

One fine day

One fine day, sepertinya kata itu adalah kata yang tepat untuk menggambarkan hari Maudi detik ini. Bahkan saat matahari sudah beranjak ke atas kepala Maudi masih mau bergulat di dapur dengan ayam dan tepung. Kalau biasanya, jangankan memasak, pergi ke kamar mandi saja malas minta ampun.Maudi sudah bilang kan sebelumnya? Kalau ia sudah melihat resep memasak ayam dari yutub dan tanpa pikir panjang, hanya dengan satu kali menonton, sekarang Maudi akan langsung praktek.Dan tentunya Maudi tidak sendiri. Ia bersama tuan muda cool yang sudah selesai bermain lego dan mengeluh bosan, sebosan itu katanya, tapi sekarang hanya duduk di kursi dan melihat bagaimana Maudi memasak.Maudi mengeluarkan satu baskom ayam yang sudah dimarinasi satu jam yang lalu dari kulkas. Meletakannya di meja, lalu mengambil wadah lain, memberinya tepung bumbu untuk baluran ayam. Dan kemudian tinggal membaluri ayam dengan tepung tersebut. Setelah itu tinggal goreng.Selesai? Belum lah!
Baca selengkapnya

Baju baru alhamdullilah

Pagi sudah datang.Hari ini jadwal Maudi untuk pulang, bersemangat? Tentu. Maudi sangat bersemangat untuk pulang, ia merindukan kampong halamannya, ia juga merindukan ibu dan rindu dengan kakak-kakaknya. Pulang merupakan hal yang belum pernah Maudi inginkan sebelumnya, karena ia selalu berada di rumah, dan saat pertama kali merantau, pulang juga merupakan hal terakhir yang ingin Maudi lakukan selama masa perantauannya.Semua orang tau niat awal Maudi pergi dari rumah adalah melarikan diri, gadis bahkan yang tidak punya mimpi ini modal nekat dengan satu tas berisi baju ganti dan pergi ke Jakarta. Dan gadis yang semula berat untuk pergi ini entah kenapa malah jadi antusias melarikan diri, meski sejujurnya ada sedikit perasaan tak enak yang merayap di dinding hati Maudi.Bagaimana Calum nanti? Sebenarnya jika dipikir lurus, keadaan Calum bisa sangat terjamin karena anak itu bersama Satria. Namun entah kenapa, Maudi masih merasa berat harus meninggalkan Calum. Barangkali
Baca selengkapnya

Jimin kw5

“K-kamu?!”Maudi tidak bisa untuk tidak melebarkan mata. Saat ia pertama kali menoleh dan melihat wajah teman Satria yang hendak ia tebengi untuk mudik ini Maudi benar-benar hilang control akan dirinya sendiri.Sumpah demi apapun. Maudi tidak gila, lain daripada itu, Maudi benar-benar waras dan tak kekurangan apapun. Sudah sarapan dan sedang tidak pusing karena baying-bayang mabuk kendaraan.Pagi ini sudah pukul tujuh kurang lima menit, seorang kenalan Satria yang juga merupakan editor online Maudi hadir di depan rumah. Wujud laki-laki yang Maudi juga tidak menyangka kalau ia bisa mengingatnya walau hanya bertemu satu kali pun tanpa percakapan apapun.Laki-laki yang membuat Maudi mencicipi kenangan pahit saat ia pertama kali menginjakan kaki di Jakarta.Maudi masih tercengang dengan telunjuk mengacung ke depan, tepat satu jengkal di depan hidung lelaki sipit ini. “Kenal?” tanya Satria kemudian, ia terlihat sama heran,
Baca selengkapnya

Tsundere

“Nggak jadi lagi?”Maudi menoleh. Gadis yang masih menggunakan blus dan celana baru itu memajukan bibir manyun. Tidak salah, barusan Calum menanyakan tentang gagalnya mudik Maudi yang kedua kali. Bukan, bukan masalah pertanyaannya yang sensitive, Maudi lebih-lebih heran karena Calum menanyakan hal tersebut dengan nada suara yang terdengar antusias. Seperti memang senang sekali Maudi tidak jadi pulang.Tidak tau saja, Maudi sudah menangis kejer karena hal itu.“Kok kamu malah keliatan seneng banget sih, Lum?” protes Maudi sambil menatap Calum. Maudi cemberut. “Kasian tau akunya.”Maudi sudah menghubungi ibu kalau ia batal pulang karena kebijakan mendadak yang dibuat, dan ia juga tidak mungkin mempertaruhkan kesehatan orang rumah dengan memaksa pergi. Dan ibu bilang tidak apa-apa, terpenting adalah Maudi sehat dan itu sudah cukup. Untuk masalah kerinduan bisa ditahan dengan logika untuk masa depan yang terbaik, dan pernikahan kak
Baca selengkapnya

Like bapak like anak

“Nggak bisa!”Maudi meletakan tangannya di pinggang. Keningnya menyirit dalam-dalam lengkap dengan bibir mendecih. Dramatis sekali. Untuk ukuran gadis dewasa yang baru selesai cuci piring Maudi memang bisa dikatakan cukup dramatis. Hanya karena mendengar Satria menolak diperintah menyapu dia langsung memasang kuda-kuda mengajak bertarung.Benar. Satria tidak mau menyapu! Bayangkan sebesar apa masalah itu!Kamu yang hidupnya numpang, Dy. Masa nyuruh empunya rumah buat beres-beres! Salah satu dewi di batin Maudi menyeletuk.Maudi segera menggelengkan kepala. Tetap saja. Jangan Maudi yang mengerjakan semuanya dong. Lagipula Maudi hanya menyuruh Satria menyapu karena ia akan bersemedi di kamar untuk mengerjakan beberapa hal. Menyapu tidak seberat itu, Satria tidak seharusnya menolak.“Kita udah bagi-bagi tugas ya kemarin,” ujar Maudi lagi. Dia baru selesai menyuapi Calum dan sudah mencuci bekas makannya juga.Maudi ingat sekali
Baca selengkapnya

Duo gamon

Maudi tidak bercanda waktu bilang kalau dia akan menjadikan menulis sebagai hoby. Dan karena menulis bukan sekedar menulis tetapi juga memerlukan wawasan dan pengetahuan yang cukup Maudi pun meminjam koleksi novel terbitan dari penerbit tempat Satria bekerja. Hingga kemudian, lambat laun membaca menjadi hoby Maudi juga.Dan Maudi juga baru sadar kalau kisah roman punya porsi sendiri dihati dan minat bacanya.Mungkin kebanyakan perempuan juga sama. Romantisme memang tidak pernah salah.Hari masih sore, dan Maudi sengaja tidak mandi karena nanti malam ia ada agenda untuk pergi belanja isi kulkas, mandi nanti malam saja setelah keluar. Dan mumpung masih santai-santainya, Maudi menyempatkan diri untuk membuka buku yang ia pinjam dari Satria, melanjutkan bacaan hingga paling tidak dua atau tiga chapter.Ngomong-ngomong, sekarang ini Maudi sedang berada di teras rumah. Ia duduk seorang diri sembari membaca literasi.Tidak lama hingga kemudian Maudi tak lagi sendiri. Sat
Baca selengkapnya

Belanja pt1

Belanja adalah surganya wanita.Rasa-rasanya dari sekian banyaknya pepatah tentang wanita, satu penggal kalimat diatas itu merupakan yang paling Maudi mengerti dan pahami rasanya. Ia benar-benar merasakan kalau surga wanita memang berada di antara rak-rak tinggi berisi makanan infinity ruang berAC ini. Bahkan dulu saat Maudi masih menimang gelar sebagai pengangguran expert, ia dengan senang hati mendatangi mall berkeliling meski hanya lihat-lihat saja, tidak membeli apapun.Maudi mendorong trolinya ke depan. Matanya masih menoleh ke kanan dan kiri, melihat-lihat barangkali ada item yang harus dibeli namun terlewat. Maudi membeli banyak hal untuk persediaan bulanan. Saat melewati rak dimaa barang yang dibutuhkan ada ia berhenti, mengambil dua bungkus besar sabun cair dan shampoo, setelah itu ia mengambil tiga kotak tisyu.Untuk makanan Maudi sudah mengambil semua, kalian tau, perempuan, tidak mungkin kurang, yang tidak butuh pun dibeli apalagi yang jelas butuh.Se
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234569
DMCA.com Protection Status