Semua Bab Unexpected Encounter: Bab 41 - Bab 50

83 Bab

Belanja pt2

Maudi mengedip cepat, langkahnya berhenti.Sebentar dulu. Ini Jakarta, kan? Seingatnya di kota ini Maudi hanya kenal beberapa manusia saja, bahkan tidak sampai lima. Dan hanya satu orang laki-laki baru yang ia temui, yang memanggilnya dengan sebutan ‘dek’ pula.Tapi masa sih harus bertemu orang itu di sini? Sehari dua kali? Tapi kayaknya memang dia. Maudi tidak akan pernah tau kalau belum memastikannya, dan langkah awal untuk memastikan sesuatu adalah dengan melihatnya.Maka dengan ragu Maudi menoleh, ia mendongak melihat wajah yang sebagian tertutup oleh masker itu, menatap yang tersisa, matanya.Mata sipit ini rare sekali. Maudi benar-benar tau dia siapa. Dan mereka benar-benar betemu dua kali sehari.“Jihan?” ucap Maudi ragu-ragu.Dan si Jimin kw5 terlihat menyipitkan mata, sepertinya dibalik masker itu Jihan tengah tersenyum.Maka tanpa dijawabpun Maudi tau kalau prediksinya memang benar. laki-laki ini jelas Jihan.“Lagi belanja juga?” tanya Jihan akrab.
Baca selengkapnya

Jemput

Beberapa hari belakangan Maudi terlalu sering meragukan semua indera yang tuhan berikan padanya. Pertama, akhir-akhir ini Maudi sering mendengar sesuatu yang aneh dari Satria kepadanya. Kedua, selain senyum dan tawa Satria yang belakangan mulai santer, kehadiran pria itu di depan toserba dengan baju kasual lengkap kacamata baca membuat Maudi lagi-lagi meragukan kinerja matanya.Ini betulan Satria ada di sini? Ngapain?Karena berbagai pertanyaan memenuhi batin Maudi dan ia juga tidak ingin terus mengira-ira, Maudi pun tak menunda untuk melangkah maju ke tempat Satria berdiri.Satria semula menunduk, tangannya dijejalkan ke kantong celana, lelaki itu langsung mendongak ketika suara Maudi terdengar memanggil namanya. Si jangkung mengedip cepat-cepat, ia juga melengos sekilas sebelum kembali menatap Maudi.Sumpah tidak bohong. Ini betulan Satria.Maudi meletakan belanjaannya ke lantai, keningnya berkerut ragu dan kemudian tangannya terangkat, tatapan mata Satria
Baca selengkapnya

Lewat jalan lain

“Kok lewat sini?”Dengan suara yang setengah berteriak Maudi bertanya pada laki-laki yang duduk di depannya. Khas sekali dua orang berbicang diatas motor yang tengah melaju, meski laju motor matic yang dikendarai oleh Satria ini tidak terlalu kencang namun Maudi perlu menaikan volume suaranya lebih tinggi.Apalagi ditambah dengan teterkejutan dirinya karena Satria tiba-tiba mengambil jalan pulang berbeda dari yang Maudi ketahui. Rumah mereka hanya nyebrang, lalu jalan sedikit, berbelok satu kali dan sampai memasuki komplek.Maudi mengeratkan pegangan pada tegel motor saat Satria membelokan setang. Tebakan Maudi mereka mengambil jalan berputar, dan pastinya akan lebih lama sampai.Si jangkung ini hanya melirik Maudi lewat sepion. “Jalan depan di tutup, mau nggak mau harus muter.”Maudi bersumpah angin malam tak pernah akur dengannya. Maudi merasa amat kedinginan kendati ia sudah memakai cardigan rajut. Maudi melepas pegangannya p
Baca selengkapnya

Mody!

Apa yang terjadi pada hidup Maudi? Kesialan dan berkah macam apa? Tidak ada. Semua sama saja. Untuk secuil masalah yang Maudi alami mungkin kalian sudah mengetahuinya. Namun, untuk selebihnya tidak ada lagi. Maudi cukup bersyukur dengan apa yang tengah ia jalani, Maudi memang sering mengeluh, tapi mengeluh juga wajar bukan? Intinya penting pagi seseorang menerima dan menjalani dengan penuh syukur jalan takdir yang sudah disiapkan.Seperti Maudi saat ini. Maudi yang tenga berdiri dengan kaos dan rambut lepek, baru selesai mencuci dan menyapu, sekarang sudah harus memegang alat pel di tangannya.Sebentar. Jangan ada yang salah paham dulu. Maudi bersyukur ia sudah diberi rejeki oleh Tuhan lewat Satria. Ia sangat bersyukur sudah diberi pekerjaan meski memang kadang job desk yang ia kerjakan kelewat tidak sesuai perjanjian. Memangnya sejak kapan pengasuh harus merangkap jadi ART begini.Kalau dulu si oke-oke saja. Calum masih belum lengket dengan Maudi, anak itu bany
Baca selengkapnya

Posisi

Tolong jangan tanya apa yang terjadi kepada Maudi.Ia kabur. Secara harfiah kabur. Membawa Calum pergi menuju kamarnya, menutup pintu rapat-rapat dan meninggalkan Satria yang masih diam di sofa menunda menjawab pertanyaan dari sang ibu.Memang apa lagi yang bisa Maudi lakukan selain bersembunyi?Selain karena harus menyembunyikan Calum agar anak itu tak berkata lebih banyak, Maudi juga harus ikut menenangkan diri karena ia sempat merasa panic. Namun saat Satria berjalan melewati kamarnya lelaki itu bilang kalau telfon sudah dimatikan. Satria sudah memberi penjelasan pada ibunya yang ternyata benar-benar mendengar nama Maudi di panggil Calum. Dia menanyakan Maudi lagi, tentu, Satria dewasa, dia lebih tenang, tidak panic dan menjelaskan pada ibunya dengan masuk akal. Mungkin dengan alasan itu Maudi bisa menjadi lebih tenang.Ia yakin tidak akan ada hal buruk terjadi.Maudi memutuskan untuk mandi setelah pekerjaan rumahnya selesai, setelah itu ia juga sempat memegang
Baca selengkapnya

Naik pangkat

“Kamu tinggal sama Satria sejak pertama kali ke Jakarta?”Maudi bukan tiper orang yang bisa begadang secara cuma-cuma, kebanyakan hari Maudi pasti akan terlelap tidur pada jam Sembilan sampai sepuluh malam. Kalau mau begadang, palingan sampai jam sebelas, itu pun untuk menonton update-an drama yang membuatnya super duper penasaran. Kalau tidak, ya Maudi hanya akan tidur saat tubuhnya memerintahkan demikian.Lain halnya sekarang.Hari ini adalah hari yang sangat jarang terjadi pada Maudi. Ia masih terjaga saat jam di dinding sudah menunjukan waktu setengah dua belas malam. Gila sekali, padahal bahkan saat malam takbiran Maudi tidak pernah melek selama ini.Namun sejak Satria mengenalkannya pada dunia tulis, Maudi meluangkan sedikit banyak waktunya untuk menulis. Dan saat buntu, ia akan membuka portal pesan. Melihat siapa saja yang mengiriminya pesan dan melihat juga pembaruan story yang teman-temannya buat.Dan kebetulan sekali. Sebelum menulis tadi Maudi memang se
Baca selengkapnya

Tutup selai

Maudi menutup pintu kulkas keras-keras, tak santai sama sekali, wajahnya terkejut lengkap dengan sebuah sirat tak percaya.“Resign?” celetuk Maudi dengan pelototan mata, dia membawa satu bungkus roti tawar dan juga selai kacang ke meja.Tak percaya dengan apa yang didengar telinganya barusan. Yang mana merupakan sebuah pembahasan pasti saat seseorang sedang dalam titik rendah. Kerja disini berat, bosnya sialan, rekan kerja tikus semua, mau resign aja. Bukan sekali dua kali Maudi mendengar sahabatnya mengeluh begitu.Maudi menatap pada ponselnya yang berdiri didepan toples kaca. Wajah Eva terlihat di sana.“Ini wacana lagi?” tanya Maudi kemudian.Karena memang Eva selalu; pengen resign, mau resign, otw resign, tapi tidak resign-resign. Wajar saja Maudi menanyakan itu.Gadis yang sedang menjalin penggilan video dengan Maudi itu menjawab. “Kali ini beneran, udah kasih surat pengunduran diri juga.”Maudi mendecak. &l
Baca selengkapnya

Otw pengangguran(?)

Aman, aman.Setidaknya itu yang Maudi ramalkan dalam hati setelah kejadian tutup selai di dapur kemarin. Gila saja. Untuk pertama kalinya dalam hidup Maudi, ia menyaksikan sesuatu yang delapan belas plus di depan mata langsung.Ya memang bukan yang keterlaluan atau bagaimana, tapi wong namanya cewek jomblo tiba-tiba diberi pemandangan lelaki shirtless, cuma pakai handuk saja dan barusaja selesai mandi pula. Tentunya pemandangan macam itu bisa membuat serangan jantung mendadak.Maudi sampai tidak bisa tidur, ia harus extra menyiapkan diri untuk berpura-pura amnesia.Lagian Satria itu sinting atau bagaimana. Tidak ada angin tidak ada badai tiba-tiba keluar dari kamar mandi, berdiri di belakang maudi saat belum berpakaian dan belagak seperti tokoh utama dalam drama korea. Paling sial, Satria memang terlihat cukup layak untuk menjadi seorang tokoh utama pria. Jadi bagaimana Maudi tidak tremor!Oke Mody, kamu harus rilex, chill. Jangan terbawa suasana dan jangan
Baca selengkapnya

Si biru dan si merah

-- Maudi tidak bohong waktu ia bilang punya niat membuat dagangan saat sudah pulang ke rumah nanti. Ceker pedas cap mulut tetangga, itu adalah merk dagang yang akan Maudi pasang untuk dagangannya nanti.Dan yang namanya making, perlu sesuatu yang dinamakan latihan, yang dinamakan eksperimen, Maudi tentu harus bermain resep agar bisa mebuat menu ceker pedas yang sedap di makan. Maudi juga expert kalau soal makanan pedas tapi tetap saja, menjual berarti harus menyesuaikan dengan selera orang. Dan berhubung di rumah ini hanya ada satu manusia lain selain dirinya, mau tak mau Maudi harus membuat Satria mencoba masakannya dan meminta saran dari pria itu.Sudah Maudi bilang kalau ia benar-benar niat. Tidak hanya dihati dan mulut saja, Maudi sampai rela berjalan ke warung sayur depan komplek dan membeli ceker satu kilo, membeli bahan masakan yang kiranya dibutuhkan. Dan karena hal itu juga Maudi jadi bertemu dengan muka-muka asing yang baru ditemuinya di sini, gadis anti soci
Baca selengkapnya

Tragedi coklat panas

Kesialan yang didapat Maudi serasa tak ada habis-habisnya.Setelah tadi siang ia dilabrak oleh dua ibu-ibu tidak dikenal, yang mana menghakiminya layaknya wanita sembarangan sekarang Maudi harus menghadapi vonis hukum dari bosnya seorang diri.Tidak. Satria belum mengatakan apapun bahkan setelah Maudi meletakkan laptop yang dipinjamkannya tergeletak tanpa nyawa di atas meja. Masih terlihat basah juga.Benar. Maudi menumpahkan air ke atas laptop Satria setelah lelaki itu dengan baik hati meminjamkannya pada Maudi, agar Maudi mudah dalam menulis.Pria itu masih menatap kearah depan dengan kosong sementara Maudi dari tadi menunduk, dua tangannya saling bertaut resah, dan sekilas ia curi-curi pandang kearah Satria.Andai saja, desah Maudi dalam hati.Andai saja Maudi tidak mengiyakan tawaran dari Satria tadi siang, andai saja ia tidak sok-sokan belajar mengetik sepuluh jari dengan laptop yang dipinjamkan Satria, dan andai saja Maudi tidak sok keren dengan m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status