--
Maudi tidak bohong waktu ia bilang punya niat membuat dagangan saat sudah pulang ke rumah nanti. Ceker pedas cap mulut tetangga, itu adalah merk dagang yang akan Maudi pasang untuk dagangannya nanti.
Dan yang namanya making, perlu sesuatu yang dinamakan latihan, yang dinamakan eksperimen, Maudi tentu harus bermain resep agar bisa mebuat menu ceker pedas yang sedap di makan. Maudi juga expert kalau soal makanan pedas tapi tetap saja, menjual berarti harus menyesuaikan dengan selera orang. Dan berhubung di rumah ini hanya ada satu manusia lain selain dirinya, mau tak mau Maudi harus membuat Satria mencoba masakannya dan meminta saran dari pria itu.Sudah Maudi bilang kalau ia benar-benar niat. Tidak hanya dihati dan mulut saja, Maudi sampai rela berjalan ke warung sayur depan komplek dan membeli ceker satu kilo, membeli bahan masakan yang kiranya dibutuhkan. Dan karena hal itu juga Maudi jadi bertemu dengan muka-muka asing yang baru ditemuinya di sini, gadis anti sociAlurnya lambat bgt. Besok mulai konflik ya!
Kesialan yang didapat Maudi serasa tak ada habis-habisnya.Setelah tadi siang ia dilabrak oleh dua ibu-ibu tidak dikenal, yang mana menghakiminya layaknya wanita sembarangan sekarang Maudi harus menghadapi vonis hukum dari bosnya seorang diri.Tidak. Satria belum mengatakan apapun bahkan setelah Maudi meletakkan laptop yang dipinjamkannya tergeletak tanpa nyawa di atas meja. Masih terlihat basah juga.Benar. Maudi menumpahkan air ke atas laptop Satria setelah lelaki itu dengan baik hati meminjamkannya pada Maudi, agar Maudi mudah dalam menulis.Pria itu masih menatap kearah depan dengan kosong sementara Maudi dari tadi menunduk, dua tangannya saling bertaut resah, dan sekilas ia curi-curi pandang kearah Satria.Andai saja, desah Maudi dalam hati.Andai saja Maudi tidak mengiyakan tawaran dari Satria tadi siang, andai saja ia tidak sok-sokan belajar mengetik sepuluh jari dengan laptop yang dipinjamkan Satria, dan andai saja Maudi tidak sok keren dengan m
Sepertinya Maudi pernah bilang kalau ia bukan seorang aktris yang bagus. Jangankan aktris, berpura-pura sedikit untuk mengerjai teman sekelas yang berulang tahun saja selalu gagal saking medoknya kepura-puraan Maudi.Jadi jangan tanya jika hari ini Maudi mengulangi kesalahannya itu kembali.Lagian siapa yang tidak terkejut!Hei!Ini nyata lho! Real setatus persen no tipu-tipu. Ada seseorang yang mempunyai wajah serupa sera berdiri di depan rumah yang Maudi tinggali beberapa bulan terakhir.Kendati cewek ini memakai masker wajah, tapi Maudi kenal betul, ia tidak mungkin tidak kenal dengan mata sinis yang memakai eyeliner tebal lengkap dengan mascara lentik itu. Apalagi bajunya. Maudi pernah bilang kalau baju-baju Sera seperti baju orang ketipu online shop kan? nah sekarang dia memakai baju serupa itu juga.Maudi memalingkan muka dengan cepat.Matanya mengerjap dan dengan kagok ia meraih gagang pintu agar merapat padanya. Berniat untuk menyembunyikan
Satria sebenarnya cukup terkejut dengan nasib malang yang menimpa laptopnya, setelah kemarin ia dengan berwibawa meminjamkan laptop itu kepada Maudi agar dia bisa lebih lancar dalam menulis, Satria justru harus berlapang dada karena laptopnya kembali dengan aroma coklat.Bukan kenapa-kenapa dalam laptop itu terdapat data pekerjaan dan juga banyak lagi berkas penting, dan sekarang dia tak mau menyala. Anehnya Satria tidak bisa marah, entah kenapa juga, ini aneh, sudah jelas kekacauan ini disebabkan oleh sumber daya manusianya, alias Maudi. Tapi Satria tidak marah. Padahal jika data-data yang ada di sana tidak bisa dikembalikan bisa menjadi masalah serius.Satria menelepon salah satu temannya yang bekerja di salah satu gerai apel tergigit. Entah bisa di perbaiki atau tidak, yang paling penting hardisknya selamat. Dan soal asuransi, Satria bohong, laptop ini keluaran lama, sudah pernah error juga, tidak bisa claim asuransi lagi.Tau bagaimana rasanya jantung saat k
Pelarian bagi seorang anak rumahan tak akan pernah sejauh itu.begitu juga bagi Maudi. Kabur dan menyingkir sementara dari tempat yang sudah beberapa bulan jadi tempat tinggalnya itu bukan perkara Mudah.Semua barang-barang Maudi ada di rumah itu, ada di kamarnya, lebih-lebih Maudi tidak tau ngalor ngidul, ia ini hanya figuran di bumi, tak tau tempat manapun. Jadi Maudi tidak dapat pergi jauh.Mentok hanya ke swalayan atau toserba di seberang jalan besar sana, atau kalau sedang pergi tanpa persiapan, Maudi hanya mampu pergi sampai pos satpam saja. Ia diberi satu masker oleh pak satpam untuk dipakai karena saat pergi Maudi tidak menggunakannya.Maudi juga bukan anak yang gampang akrab dengan orang asing, mau itu muda atau tua, bersosialisasi masih jadi tantangan paling susah menurut Maudi, jadi jika pak satpam tidak bertanya Maudi lebih banyak diam saja.Menjawab pun Maudi cuma mengangguk atau menggeleng sambil mesem kecil, macam manusia dari pluto yang tak m
"Kok dikit banget?" tanya Maudi saat Satria datang ke rumah mbak Sari membawakan satu ransel baju miliknya.Tidak semua, hanya satu ransel kecil, dan Maudi yakin sekali ini hanya separuh dari banyaknya baju yang Maudi punya.Satria tampak santai dengan setelan yang sama seperti sebelumnya, lelaki itu menatap Maudi yang tengah membuka rasel dan memeriksa isinya. Kemudian Satria menjawab. "Kayak mau pindahan selamanya aja, sementara, nggak perlu banyak-banyak."Maudi mendongak dengan tatapan tak percaya, dia mendecak. "Nanti kalo Sera liat ada baju cewek di rumah itu gimana?""Ya emang kenapa? Bisa bilang kalo itu baju Bintang, gampang, selow nggak usah panik."Maudi mendecak lagi, gemas sekali.Satria ini manusia macam apa sebenarnya? Dia kurang peka, tapi kadang bisa peka sekali, dia nyebelin dan serampangan, mana sok kalem pula.Maudi menyeleting ransel itu lagi, ia kemudian memakai ransel itu di punggungnya."Baju-bajuku sama baju-baju
-- "Lagi musuhan sama Satria?" tanya mbak Sari ketika tangannya sibuk melipat pastel karena ada pesanan, dia bertanya pada Maudi yang juga sedang ada di sebelahnya.Maudi tidak ada kegiatan lain, sebenarnya mbak Sari bilang kalau pesanan ini tidak terlalu banyak hingga digarap satu orang pun bisa, tapi Maudi juga sungkan kalau hanya diam di kamar tanpa melakukan apapun. Jadi ia membantu, jika dikerjakan satu orang sudah ringan, berarti jika dikerjakan oleh dua orang akan bertambah ringan.Maudi baru selesai menyendokan isi pastel ke kulitnya. Sudah pasti Sari mengira-ira kenapa Maudi tiba-tiba keluar dari rumah itu secara mendadak dan mencari tempat tinggal sementara. Dan dia berpikir kalau Satria juga Maudi sedang ada slek.Maudi mendongak, tak lama kemudian menggeleng."Enggak," jawab Maudi jujur. Tapi kalau untuk menjelaskan alasan yang sebenarnya, sepertinya akan melelahkan, jadi lebih baik diam saja dan menjawab apa yang ditanyakan."Kamu ini kenalannya B
Dalam dua puluh lima tahun hidupnya Maudi tidak pernah berlaku kriminal satu kali pun. Sumpah deh, meski kelihatannya agak badung dan nakal di sekolah Maudi tidak pernah melanggar aturan sekolah lebih dari lima kali. Dan itu sudah luar biasa. Pun bisa dibuktikan dengan riwayat kejahatannya di SKCK yang rutin diperbaharui setiap enam bulan sekali.Tetapi pagi ini Maudi harus berjalan mengendap-endap dengan tas belanja di tangan seolah baru saja melakukan dosa besar. Memangnya apa lagi? Karena ia harus melewati rumah Satria dan tidak ingin Sera melihat kehadirannya di sini atau keributan akan kembali terjadi.Sudah. Maudi sudah pakai jaket besar dan memakai tudungnya juga, celana yang dipakai Maudi juga panjang, masker pun tak lupa, dan semuanya warna hitam. Jadi kalau bukan buronan penampilan Maudi saat ini mirip sekali dengan psikopat yang hendak cari makan.Bukan tanpa alasan Maudi melakukan hal beresiko seperti ini. Ia sudah menginap tidur di rumah mbak Sari empat hari la
"Udah punya pacar?"Bisik Maudi dengan keterkejutan yang coba ia redam dengan senatural mungkin. Matanya bahkan mengedip samar, ia tidak percaya dengan apa yang lelaki ini katakan setelah Maudi mengumumkan kalimat 'kepemilikan' yang ngaku-ngaku beberapa saat lalu."Hm. Saya sudah punya pacar," ujar Jihan lagi. Raut wajahnya seperti manusia tanpa dosa.Mengedip dan mengangguk, lalu kemudian tersenyum.Apa-apaan ini!Ketika itu terang sekali.Maudi tidak bisa untuk tidak memejamkan mata, menunda diri untuk tidak berteriak. Apa jadinya diri ini, untuk apa Maudi hidup lebih lama lagi, kenapa juga dia mengatakan hal itu tadi, Satria pasti tau kalau Jihan sudah punya pasangan dan mau ditaruh mana muka Maudi nanti.Maudi mendecak pelan. Menyesal dengan segenap hati."Kardus! Terus ngapa nyepik anak orang gencer banget, dasar pakboy!" gerutu Maudi dengan suara yang pelan. Kendati sejujurnya ia tidak keberatan meski Jihan bisa mendengar kalimatnya.Dan ternyata, le