Typo maafin ya teman-teman, sebentar lagi revisi . Thankyuimida
“Kamu tinggal sama Satria sejak pertama kali ke Jakarta?”Maudi bukan tiper orang yang bisa begadang secara cuma-cuma, kebanyakan hari Maudi pasti akan terlelap tidur pada jam Sembilan sampai sepuluh malam. Kalau mau begadang, palingan sampai jam sebelas, itu pun untuk menonton update-an drama yang membuatnya super duper penasaran. Kalau tidak, ya Maudi hanya akan tidur saat tubuhnya memerintahkan demikian.Lain halnya sekarang.Hari ini adalah hari yang sangat jarang terjadi pada Maudi. Ia masih terjaga saat jam di dinding sudah menunjukan waktu setengah dua belas malam. Gila sekali, padahal bahkan saat malam takbiran Maudi tidak pernah melek selama ini.Namun sejak Satria mengenalkannya pada dunia tulis, Maudi meluangkan sedikit banyak waktunya untuk menulis. Dan saat buntu, ia akan membuka portal pesan. Melihat siapa saja yang mengiriminya pesan dan melihat juga pembaruan story yang teman-temannya buat.Dan kebetulan sekali. Sebelum menulis tadi Maudi memang se
Maudi menutup pintu kulkas keras-keras, tak santai sama sekali, wajahnya terkejut lengkap dengan sebuah sirat tak percaya.“Resign?” celetuk Maudi dengan pelototan mata, dia membawa satu bungkus roti tawar dan juga selai kacang ke meja.Tak percaya dengan apa yang didengar telinganya barusan. Yang mana merupakan sebuah pembahasan pasti saat seseorang sedang dalam titik rendah. Kerja disini berat, bosnya sialan, rekan kerja tikus semua, mau resign aja. Bukan sekali dua kali Maudi mendengar sahabatnya mengeluh begitu.Maudi menatap pada ponselnya yang berdiri didepan toples kaca. Wajah Eva terlihat di sana.“Ini wacana lagi?” tanya Maudi kemudian.Karena memang Eva selalu; pengen resign, mau resign, otw resign, tapi tidak resign-resign. Wajar saja Maudi menanyakan itu.Gadis yang sedang menjalin penggilan video dengan Maudi itu menjawab. “Kali ini beneran, udah kasih surat pengunduran diri juga.”Maudi mendecak. &l
Aman, aman.Setidaknya itu yang Maudi ramalkan dalam hati setelah kejadian tutup selai di dapur kemarin. Gila saja. Untuk pertama kalinya dalam hidup Maudi, ia menyaksikan sesuatu yang delapan belas plus di depan mata langsung.Ya memang bukan yang keterlaluan atau bagaimana, tapi wong namanya cewek jomblo tiba-tiba diberi pemandangan lelaki shirtless, cuma pakai handuk saja dan barusaja selesai mandi pula. Tentunya pemandangan macam itu bisa membuat serangan jantung mendadak.Maudi sampai tidak bisa tidur, ia harus extra menyiapkan diri untuk berpura-pura amnesia.Lagian Satria itu sinting atau bagaimana. Tidak ada angin tidak ada badai tiba-tiba keluar dari kamar mandi, berdiri di belakang maudi saat belum berpakaian dan belagak seperti tokoh utama dalam drama korea. Paling sial, Satria memang terlihat cukup layak untuk menjadi seorang tokoh utama pria. Jadi bagaimana Maudi tidak tremor!Oke Mody, kamu harus rilex, chill. Jangan terbawa suasana dan jangan
-- Maudi tidak bohong waktu ia bilang punya niat membuat dagangan saat sudah pulang ke rumah nanti. Ceker pedas cap mulut tetangga, itu adalah merk dagang yang akan Maudi pasang untuk dagangannya nanti.Dan yang namanya making, perlu sesuatu yang dinamakan latihan, yang dinamakan eksperimen, Maudi tentu harus bermain resep agar bisa mebuat menu ceker pedas yang sedap di makan. Maudi juga expert kalau soal makanan pedas tapi tetap saja, menjual berarti harus menyesuaikan dengan selera orang. Dan berhubung di rumah ini hanya ada satu manusia lain selain dirinya, mau tak mau Maudi harus membuat Satria mencoba masakannya dan meminta saran dari pria itu.Sudah Maudi bilang kalau ia benar-benar niat. Tidak hanya dihati dan mulut saja, Maudi sampai rela berjalan ke warung sayur depan komplek dan membeli ceker satu kilo, membeli bahan masakan yang kiranya dibutuhkan. Dan karena hal itu juga Maudi jadi bertemu dengan muka-muka asing yang baru ditemuinya di sini, gadis anti soci
Kesialan yang didapat Maudi serasa tak ada habis-habisnya.Setelah tadi siang ia dilabrak oleh dua ibu-ibu tidak dikenal, yang mana menghakiminya layaknya wanita sembarangan sekarang Maudi harus menghadapi vonis hukum dari bosnya seorang diri.Tidak. Satria belum mengatakan apapun bahkan setelah Maudi meletakkan laptop yang dipinjamkannya tergeletak tanpa nyawa di atas meja. Masih terlihat basah juga.Benar. Maudi menumpahkan air ke atas laptop Satria setelah lelaki itu dengan baik hati meminjamkannya pada Maudi, agar Maudi mudah dalam menulis.Pria itu masih menatap kearah depan dengan kosong sementara Maudi dari tadi menunduk, dua tangannya saling bertaut resah, dan sekilas ia curi-curi pandang kearah Satria.Andai saja, desah Maudi dalam hati.Andai saja Maudi tidak mengiyakan tawaran dari Satria tadi siang, andai saja ia tidak sok-sokan belajar mengetik sepuluh jari dengan laptop yang dipinjamkan Satria, dan andai saja Maudi tidak sok keren dengan m
Sepertinya Maudi pernah bilang kalau ia bukan seorang aktris yang bagus. Jangankan aktris, berpura-pura sedikit untuk mengerjai teman sekelas yang berulang tahun saja selalu gagal saking medoknya kepura-puraan Maudi.Jadi jangan tanya jika hari ini Maudi mengulangi kesalahannya itu kembali.Lagian siapa yang tidak terkejut!Hei!Ini nyata lho! Real setatus persen no tipu-tipu. Ada seseorang yang mempunyai wajah serupa sera berdiri di depan rumah yang Maudi tinggali beberapa bulan terakhir.Kendati cewek ini memakai masker wajah, tapi Maudi kenal betul, ia tidak mungkin tidak kenal dengan mata sinis yang memakai eyeliner tebal lengkap dengan mascara lentik itu. Apalagi bajunya. Maudi pernah bilang kalau baju-baju Sera seperti baju orang ketipu online shop kan? nah sekarang dia memakai baju serupa itu juga.Maudi memalingkan muka dengan cepat.Matanya mengerjap dan dengan kagok ia meraih gagang pintu agar merapat padanya. Berniat untuk menyembunyikan
Satria sebenarnya cukup terkejut dengan nasib malang yang menimpa laptopnya, setelah kemarin ia dengan berwibawa meminjamkan laptop itu kepada Maudi agar dia bisa lebih lancar dalam menulis, Satria justru harus berlapang dada karena laptopnya kembali dengan aroma coklat.Bukan kenapa-kenapa dalam laptop itu terdapat data pekerjaan dan juga banyak lagi berkas penting, dan sekarang dia tak mau menyala. Anehnya Satria tidak bisa marah, entah kenapa juga, ini aneh, sudah jelas kekacauan ini disebabkan oleh sumber daya manusianya, alias Maudi. Tapi Satria tidak marah. Padahal jika data-data yang ada di sana tidak bisa dikembalikan bisa menjadi masalah serius.Satria menelepon salah satu temannya yang bekerja di salah satu gerai apel tergigit. Entah bisa di perbaiki atau tidak, yang paling penting hardisknya selamat. Dan soal asuransi, Satria bohong, laptop ini keluaran lama, sudah pernah error juga, tidak bisa claim asuransi lagi.Tau bagaimana rasanya jantung saat k
Pelarian bagi seorang anak rumahan tak akan pernah sejauh itu.begitu juga bagi Maudi. Kabur dan menyingkir sementara dari tempat yang sudah beberapa bulan jadi tempat tinggalnya itu bukan perkara Mudah.Semua barang-barang Maudi ada di rumah itu, ada di kamarnya, lebih-lebih Maudi tidak tau ngalor ngidul, ia ini hanya figuran di bumi, tak tau tempat manapun. Jadi Maudi tidak dapat pergi jauh.Mentok hanya ke swalayan atau toserba di seberang jalan besar sana, atau kalau sedang pergi tanpa persiapan, Maudi hanya mampu pergi sampai pos satpam saja. Ia diberi satu masker oleh pak satpam untuk dipakai karena saat pergi Maudi tidak menggunakannya.Maudi juga bukan anak yang gampang akrab dengan orang asing, mau itu muda atau tua, bersosialisasi masih jadi tantangan paling susah menurut Maudi, jadi jika pak satpam tidak bertanya Maudi lebih banyak diam saja.Menjawab pun Maudi cuma mengangguk atau menggeleng sambil mesem kecil, macam manusia dari pluto yang tak m
Kehidupan pernikahan persis dengan apa yang pernah Maudi bayangkan. Tidak perlu bertanya jauh-jauh, Maudi sudah bisa memahami hanya dengan mendengar keluh kesah teman-teman yang lebih dulu menikah.Dan sekarang. Giliran Maudi yang mengalami itu.Jangan kira dalam cerita romansa yang ada cuma adegan mesra-mesra. Nyatanya kehidupan nyata lebih mencolok dari picisan kata cinta.Indah? Tentu ada indahnya juga, namanya juga hidup. Maudi bahkan berani bilang kalau ia tak pernah sebahagia ini sebelumnya.Ngomong-ngomong, Maudi sudah menjadi seorang ibu.Maksudnya, ibu sungguhan. Mengandung dan melahirkan. Enam bulan lalu Maudi melahirkan seorang putri cantik dari perutnya. Adiknya Calum.Tak lama setelah menikah, Maudi langsung hamil, maka dari itu tidak ada masa pacaran setelah menikah. Yang ada cuma morning sickness, emosional rollercoaster, ngidam dan kaki yang bengkak.Satria begitu memanjakan Maudi. Apalagi saat hamil. Rasanya Maudi seperti kembali jadi anak k
Musim di Indonesia sudah tidak lagi menentu. Kendati masih sama hanya hujan dan gersang tetapi kedatangan dua musim itu tak lagi pada jadwal yang diketahui bumi.Seingat Maudi tadi siang, waktu resepsi pernikahannya digelar, suhu bumi yang ia pijak tak jauh berbeda dengan panasnya gurun sahara. Tidak ada yang menyangka saat malam tiba justru dingin serta rintik hujan melanda.Protes? Oh jangan salah, Maudi bukan sedang protes. Ia hanya ingin bicara bahwa jangan pernah percaya apa kata ramalan cuaca.Hujan ini bagus.Bagus, sangat bagus malah.Ada yang lupa? Ini malam pengantin Maudi dan Satria.Malam pertama dan hujan, apa ada yang lebih bagus daripada itu?Mungkin ada.Berkumpul bersama teman saat hujan di hari pernikahan mungkin terasa amat menyenangkan bagi pengantin laki-laki. Terbukti dengan Maudi yang masih tertidur sendiri meski jam di dinding sudah menunju angka dua belas. Sudah tengah malam! Padahal suasana sedang mendukung tetapi dia malah asik nong
Percaya pada takdir.Mungkin hanya itu yang bisa Maudi sampaikan setelah menjalani kisah yang panjang ini.Karena berdasarkan pengalaman. Mau seberapa jauh langkah berjalan, arahnya takdir yang menentukan.Berniat pergi ke Utara, malah sampai di selatan. Berlari menuju timur, tiba-tiba sudah ada di barat.Tetapi apapun itu hasilnya, yang Maudi tau, takdir membawa hasil paling baik dari yang pernah dibayangkan.Seperti sekarang ini.Dua tahun merupakan waktu yang cukup lama.Usia Maudi bertambah begitu saja, sekarang sudah dua tujuh, semakin dewasa dalam pikiran dan seluruh aspek hidup.Dua tahun ini, banyak yang berubah dari Maudi. Dalam sifat maupun kepercayaan terhadap sesuatu. Juga naik turun hubungan percintaan dengan Satria.Maudi diberi waktu untuk melakukan hal yang belum pernah dia lakukan sebelumnya. Pergi jalan-jalan ke berbagai tempat, memikirkan soal cita-cita dan tujuan hidup, mempunyai teman baru, tak jarang Sera menyeret Maudi untuk
Jujur itu aman. Tetapi beberapa hal memang lebih baik disimpan sebagai rahasia selamanya daripada membuka sebuah kejujuran pias.Dulu sekali, ketika Maudi belum tau bahwa Calum bukanlah anak biologis Satria, Maudi tidak jauh berbeda dari orang kebanyakan, ia tidak bisa untuk tidak menghakimi, lebih-lebih menganggap hidup manusia sejenis Satria terlampau bodoh dan sia-sia.Hal sejenis itu terlampau normal dan tak bisa dihindari untuk ukuran manusia yang pikirannya belum terbuka.Saat itu Maudi terlalu nyaman dengan dirinya sendiri, hanya menatap dunia dari arah pandangnya sendiri, belum mengerti kalau dunia bukan cuma tentang dia, dan dunia punya pandangan lain selain dari pandangan matanya.Dan hal itu terlampau wajar.Karena saat itu Maudi tidak tau, dan saat itu Maudi tidak ingin tau.Tetapi sekarang? Cerita sudah lain jalan. Mata Maudi yang semula hanya mantap satu arah lurus ke depan sekarang sudah mendapat penerangan. Maudi tau bahwa ia tidak boleh
Sudah dua orang mengatakan kalimat yang persis sama itu pada Maudi. Yang pertama adalah Bintang dan yang kedua itu Sera.Dan Maudi yakin ia tidak sebodoh itu kalau sampai harus mendengar kalimat tersebut untuk ketiga kalinya. Maudi juga paham bagaimana perasaan yang disebut cinta itu bekerja. Meski awam Maudi mengerti betapa perasaan tidak bisa dibohongi.'Jangan tolak Satria kalau kamu memang suka', Maudi sudah menolaknya, karena awalnya Maudi pikir jatuh cinta itu pilihan. Waktu itu saat hidup masih amat rumit Maudi berpikir kalau menerima perasaan Satria hanya akan menambah masalah di hidupnya jadi daripada begitu Maudi memilih untuk tidak.Maudi belum mengerti kalau hati tidak bisa didikte. Perlu waktu yang cukup lama bagi Maudi untuk paham bahwasanya mau sekuat apa kita menghindar kalau memang sudah ada perasaan, kalau hati sudah menentukan arah, maka sudah, mau pergi menghindar ke mana pun, mau bilang tidak seribu kali pun, jawabannya tetap sam.Dan Maudi baru
Maudi langsung melesat kabur sebelum pembicaraan mengenai 'pacar' Satria bersama ibu semakin jauh, tentunya setelah menghadapi krisis kepercayaan yang dahsyat, berkat kemampuan kompor Mario, ibu makin yakin kalau anak gadisnya yang terkenal nolep ini adalah tersangka dalam bahan gossip belakangan.Dan tentunya, Maudi tidak bisa lagi untuk mengelak, dia nol sekali kalau sedang panik, apa lagi jika dipojokkan, membuka mulut pun Maudi tergagap saking gugupnya. Jadi daripada dihakimi oleh ibu dan membuat kebahagiaan di dalam hidup Mario menikat, lebih baik Maudi kabur saja.Maudi tau ia tidak bisa sepenuhnya kabur, karena mereka masih satu rumah, dan mau dibilang bagaimana pun juga, permasalahan cinta Maudi, yang mana bersama Satia, merupakan hal serius yang harus dibicarakan. Jadi daripada kabur, mungkin lebih tepat mengatakan kalau Maudi menenangkan diri sejenak sebelum menerima tekanan yang lebih besar.Karena Maudi yakin, berubahnya sikap Bu Sarah belakangan, berubahnya
Ingat apa yang terakhir kali terjadi?Maudi mengalami hal yang menurutnya mencurigakan. Oh yes, tentu, apa lagi kalau bukan soal Bu Sarah dan anak perempuannya.Nyinyir soal apa lagi, Mod?Jangan berperasangka buruk duluan, pasti ada hal janggal kenapa Maudi menganggap mereka mencurigakan, bukan?Benar. Karena belakangan, Bu Sarah yang suka mengomentari apapun yang Maudi lakukan, Bu Sarah yang selalu menganggap semua hal yang dilakukan Maudi salah, tiba-tiba saja dia berubah menjadi lebih kalem.Begitu baik, sampai-sampai Maudi curiga.Ada apa ini?Belum lagi soal Sera. Dia juga sama anehnya. Kemarin waktu malam minggu, Maudi mengobrol dengan Rean saat lelaki itu menunggu Sera selesai berdanan, dan Sera melihatnya. Tetapi dia tidak memulai perdebatan seperti biasa, dia tidak menuduh Maudi mau merebut kekasihnya, dia tidak nyindir-nyindir Maudi dengan kalimat kecut dan itu luar biasa bagi Maudi.Kenapa mereka ini? Kenapa insyafnya barengan.
Sepertinya Maudi memang sudah gila.Hm benar, topik bicara kali ini masih sama dengan topik bicara yang kemarin. Sibuknya pikiran Maudi pun masih berputar pada hal yang sama.Memang benar kata orang, kalau jatuh cinta, kalau patah hati, dan kalau sedang bingung karena perasaan merah muda itu pastinya semua hal yang semula normal menjadi berantakan.Sebelumnya Maudi tidak pernah, menanyakan kemana dan apa alasan seseorang pergi, ia juga tidak pernah mengintip dari balik jendela kala seseorang dari lingkungannya meninggalkan rumah, tolong catat baik tidak pernah sekalipun, bahkan saat kakak Maudi pergi dari rumah Maudi tidak pernah merasa berat dalam hati.Tetapi apa ini. Maudi sampai kebingungan parah, ia seperti bukan dirinya sendiri.Mulai dari saat malam itu, saat Satria bilang bahwa dia akan segera kembali ke Jakarta, Maudi tidak yakin kenapa dirinya sedikit keberatan mendengar kabar itu. Padahal jelas, Maudi tidak ada hak sedikitpun untuk merasa demikian
Maudi pernah mendengar tentang pengalaman seseorang pasal 'firasat wanita tidak pernah salah'. Ya, benar. Biasanya firasat tersebut identik dengan baik buruknya sifat sang lelaki, dan juga firasat tentang bagaimana hati seseorang berubah.Tetapi kali ini, sepertinya firasat Maudi sebagai seorang perempuan dapat diakui. Bukan, Maudi tidak mendapat berita mengejutkan seperti; Satria cuma nyepik kamu, dia nggak serius dan cuma buat bercanda aja.Bukan seperti ini. Firasatnya kali ini merupakan firasat soal bisnis lelaki itu.Maudi sendiri terkejut.Ia tak tau harus berpikir yang mana terlebih dahulu, senang karena berasil menjadi seorang cenayang atau ikut sedih Satria dikibuli teman bisnisnya.Padahal wajah teman Satria tidak ada raut kriminalnya. Inilah orang selalu bersikeras jangan memandang seseorang dari fisik luarnya saja."Ditunda?" pekik Maudi tak percaya.Niat awal cuma menanyakan soal pekerjaan yang Satria tawarkan waktu itu, karena ibu ter