Beranda / Romansa / Mas Ganteng / Bab 61 - Bab 70

Semua Bab Mas Ganteng: Bab 61 - Bab 70

101 Bab

Bab 61. Bisakah kamu nggak sampai terluka?

  Rumi kehilangan sosok Gerta di tengah-tengah gerimis yang mengguyur. Membuatnya celingukan mencari-cari, sebelum kemudian menangkap seorang perempuan berlari di tengah-tengah gerimis. “Jangan bilang dia nerobos gerimis cuma demi nyamperin gue?”Ketika sosok Gerta terlihat jelas, Rumi hanya bisa geleng-geleng dna tersneyum. “Dasar.”“Rumi,” panggil Gerta.“Kamu kenapa keluar? Nanti kalau kamu dicari Opung gimana?” Rumi membuka pintu telepon bilik merah.“Pengen ketemu kamu,” jawab Gerta terang-terangan.“Sini, sini.” Rumi meraih lengan Gerta dan menariknya masuk ke dalam bilik merah dna menutup pintunya. “Kita berteduh di
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-11-20
Baca selengkapnya

Bab 62. Momen romantis di balik bilik telepon merah

  Hush now my angel I will always be with youIn your pretty smile in a glow of tears out across the frosty nightI’II be there with you“Kamu kedinginan, ya? Bibir kamu biru begitu.” Rumi menyelisik wajah pucat Gerta.Gerta menggeleng. “Nggak, kok. Aku nggak papa.”“Beneran?” Rumi menggenggam jemari Gerta yang terasa dingin.Gerta tersenyum malu-malu. “Cuma … sedikit ngerasa dingin.Rumi tersenyum melihat sikap malu-malu perempuan dalam dekapannya itu.Dalam beberapa detik kemudian t
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-11-21
Baca selengkapnya

Bab 63. Ayo kita bekerja sama

  “Bajingan sialan. Jadi sejak kapan kamu hidup menjadi penjudi rahasia, huh?” Zuldan memulai obrolan serius seraya menyandarkan tubuhnya di body depan berhadapan dengan Rumi“6 tahun,” jawab Rumi singkat.“Kenapa kamu melakukan itu, Rum?”Rumi menyeringai. “Ya … karena penjudi kayak aku memang dibutuhkan di ibu kota ini.”“Apa kamu nggak tahu sama siapa kamu terlibat?” Zuldan mulai menaikkan suara.Ya, masih terselib amarah, mengingat Jenderal Qomar ternyata terlibat perjudian rahasia dengan adik tirinya itu.
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-11-21
Baca selengkapnya

Bab 64. Apa perasaan gue sama Gerta pada akhirnya akan berakhir ya?

  “Tapi pastikan satu hal, kalau orang -orang yang terlibat perjudian itu juga tertangkap,” pinta Rumi.Zuldan mengangguk. “Oke. Tapi kamu juga harus ingat satu hal, kalau aku juga nggak akan melupakan kamu sebagai penjahat, Rum.”Ya, sudah bersarang di kepala Zuldan untuk melakukan penangkapan kepada Rumi suatu hari nanti. Bagaimanapun juga adik laki-lakinya itu juga termasuk penjahat.“Tentu saja. Dengan senang hati aku menyerahkan diri,” timpal Rumi tanpa takut. Zuldan melepskan uluran tangan. “Oke. Tapi tunggu … ada satu hal lagi yang harus aku lakukan buat kamu.”“Apa?” Rumi mengernyit.
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-11-21
Baca selengkapnya

Bab 65. Kita memiliki hubungan darah dari ayah yang sama

  Kerja sama pun terjadi. Zuldan selalu menyisikan waktunya di sela-sela kesibukannya di kantor BIN untuk melakukan penyelidikan diam-diam bersama Rumi. Karena Rumi memegang peranan penting sebagai informan atas orang-orang yang terlibat perjudian itu.Meski begitu Rumi tetap memilih menutup mulut rapat-rapat tentang Soebahir dan Siswo Barac yang juga ikut terlibat di dalamnya dari Zuldan. Sebab itu bisa menjadi bom waktu bagi Zuldan jika mengetahuinya. Untuk itu Soebahir dan Siswo Barac adalah misi terakhirnya jika sudah berhasil mengungkap penjahat-penjahat lainnya.“Sudah sampai mana penyelidikan tentang laki-laki bertopeng itu?” tanya Rumi memulai pembicaraan di dalam mobil. Mata dan jari-jarinya tengah disibukkan dengan layar laptop.“Masih nihil,” jawab Zuldan
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-11-22
Baca selengkapnya

Bab 66. Bartender mata-mata

  Seorang laki-laki tua yang dipenuhi dengan berewok putih yang merupakan seorang bartender terlihat tengah meracik sebuah minuman alkohol. Berkali-kali tatapannya melirik ke arah tiga laki-laki yang baru saja memasuki ruangan. Dia juga melirik pada satu orang laki-laki berkacamata yang tengah duduk di kursi merah tengah merangkul seorang perempuan dan satunya lagi duduk membelakangi kerumunan orang berjas hitam. Membuat bibirnya menyunggingkan senyum tipis, seolah-olah mengenal orang-orang tersebut.“Duduklah dengan tenang. Jangan merekam pembicaraanku dan jangan melempar pandangan ke arahku saat berbicara. Itu adalah kode etik jika kalian membutuhkan informasi dariku,” ujar laki-laki tua tersebut kepada tiga orang laki-laki yang duduk di hadapannya. Sebab dia sudah mencium aroma uang dalam sebuah tas hitam milik mereka.R
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-11-22
Baca selengkapnya

Bab 67. Memory card

  “Ah, sialan banget itu perempuan. Jadi merinding sampai sekarang,” gerutu Rumi kesal.“Aku kira, selain jago di meja judi kamu juga jago soal perempuan, Rum. Tapi ternyata nggak,” kelakar Zuldan.“Dia itu cuma jago masalah tampang. Tapi dia phobia sama perempuan. Hahaha.” Suara Dego mengekor turut mengolok dari belakang.“Bangke banget mulut lo,” umpat Rumi.Zuldan tertawa.Dego kemudian melepas sebuah alat penyadap suara yang terpasang di kera belakang bajunya, yang sejak tadi digunakan untuk merekam pembicaraan orang-orang berjas hitam yang duduk di kursi belakang
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-11-22
Baca selengkapnya

Bab 68. Ada hubungan apa Rumi sama Ayah saat insiden itu?

  Hingga pada suatu garis waktu yang merangkak maju, kegigihan Zuldan dalam mengungkap sebuah kasus perjudian yang tak kunjung menemukan jalan itu mengantarkan logikanya pada satu jawaban, alasan kenapa orang-orang selalu bungkam, alasan kenapa atasannya tak memberinya izin untuk menyelidiki, alasan kenapa banyak kepolisian tak pernah mengungkap kasus itu ke publik dan alasan kenapa kasus pembunuhan Jenderal Qomar tak menemukan titik terang sampai sekarang.Ya, Zuldan menemukan satu jawabannya, jika ada orang berkuasa yang menjadi dalang di baliknya, yang menopang dan membuat skenario orang-orang untuk bungkam dengan sengaja.“Orang-orang BIN dan anggota kepolisian itu juga berengsek. Mereka bekerja sama mengkambinghitamkan aku sebagai pembunuh. Bukankah seharusnya Mas merasa janggal dengan rekan-rekan Mas di sana?”
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-11-23
Baca selengkapnya

Bab 69. Anak perempuan yang dicari Siswo Barac

  Lalu pada suatu garis yang merangkak maju lainnya, kehidupan tenang Gerta terusik. Tampak dua orang berjaket hitam tiba-tiba datang ke perpustkaan Lareta menemui Opung yang tengah sibuk merapikan buku-buku di rak buku.“Selamat datang!” sapa Opung kepada dua orang tersebut. Namun, rautnya tegang tatkala menoleh dan mendapati wajah beringas kedua orang tersebut. “Sedang mencari buku apa?” tanyanya mencoba berbasa-basi.“Apa benar Bapak bernama Hernawan Sinto?” tanya salah seorang dari mereka.Opung mengangguk ragu-ragu. “Iya benar, itu saya. Ada keperluan apa, ya?”“Kedatangan kami ke sini bukan untuk mencari buku, melainkan untuk bertanya.”
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-11-23
Baca selengkapnya

Bab 70. Mereka ninggalin aku sendirian di jalanan

  Tanpa alas kaki Gerta berlari melewati beberapa gang sempit dengan napas tersengal-sengal. Keringat bercucuran dari kening hingga lehernya. Katakutan masih tergambar jelas di wajahnya dan membuat kepalanya pening. Dia bahkan sempat tersungkur beberapa kali karena pusing. Membuat kedua siku dan lututnya terluka.“Nggak … aku nggak boleh pingsan di sini. Aku ... harus bertahan sampai tempatnya,” lirih Gerta terbatah-batah.Di ujung gang sempit Gerta kemudian menemukan sebuah jalan untuk penyeberangan. Dia langsung bergegas menyeberangi jalan tersebut dengan gontai dan masuk ke dalam gang sempit lagi. Sampai di sana dia langsung menggedor-gedor sebuah pintu sekuat tenaganya.Pintu terbuka dna menampilkan Frans yang terkejut. “Gerta? Ada apa Gerta?”
last updateTerakhir Diperbarui : 2021-11-23
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
11
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status