Home / Romansa / Mas Ganteng / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Mas Ganteng: Chapter 71 - Chapter 80

101 Chapters

Bab 71. Apa Siswo Barac tahu?

  Kedai Lareta tampak tak seperti biasanya. Jika biasanya ada lampu yang menyalah, kini tampak gelap gulita seperti tak berpenghuni. Sudah beberapa hari Rumi tak melihat Gerta muncul di perpustakaan tersebut. Membuat perasaan rindunya menjadi tanda tanya besar.“Apa … terjadi sesuatu ya? Kenapa Gerta nggak pernah muncul?” tanya Rumi yang terus celingukan di balik kotak pos.Rumi kemudian melempar pandangan ke bilik merah yang diam-diam sudah dia pasangkan kamera pengintai di sudut luarnya. Lalu ada sebuah CCTV berikutnya yang berada di ujung jalan. CCTV itu sengaja dia pasangkan itu guna untuk mengetahui segala aktivitas Gerta, termasuk jika terjadi sesuatu yang buruk.Rumi kemudian merahi sebuah smartphone
last updateLast Updated : 2021-11-24
Read more

Bab 72. Aku nggak akan membiarkan Siswo Barac mengusik kamu, Gerta

  Di sebuah apartemen lantai dua belas, Rumi berjalan menuju pintu bernomor tujuh puluh enam yang terletak di sudut kanan bangunan. Usai memastikan alamat yang dia tuju benar, dia melipat kertas tersebut dan memasukkannya ke dalam saku di depan sebuah pintu ruangan.Terdengar suara telapak sepatu hak tinggi menggema di koridor, tetapi Rumi tak mengindahkan. Pandangannya terus terfokus pada pintu di hadapannya untuk mengetuk.“Rumi?”Belum sampai Rumi mengetuk pintu di hadapannya, sebuah suara membuatnya spontan menoleh ke suara berasal. Dia mendapati seorang perempuan memakai kaftan satin biru tua lengan pendek berpadu sepatu teplek putih berdiri menatap ke arahnya. Tampak tangan perempuan tersebut bergelayut sebuah bingkisan seperti bahan belanjaan dan bunga lavender.
last updateLast Updated : 2021-11-24
Read more

Bab 73. Siswo Barac adalah orang yang berbahaya, Gerta

  Rumi melepaskan pelukan dan memandang wajah pucat Gerta. “Gerta, kalau kamu benar-benar merasakan sakit, kamu harus meminum obat. Kamu akan melukai diri kamu sendiri kalau membiarkan rasa sakit itu nggak terobati.” Rumi meraih botol obat itu dan mengambil dua butir obat. Lalu meletakkannya di telapak tangan Gerta.Gerta hanya memandangi dua butir obat di tangannya.Rumi meraih minuman di atas meja. “Minumlah. Aku nggak mau melihat kamu kesakitan,” pintanya.Meski ragu-ragu, Gerta akhirnya menurut. Terlebih memandang wajah Rumi yang mengkhawatirkannya. Dia kemudian menelan dua butir obat tersebut dan meneguk minuman yang disodorkan Rumi.Rumi tersenyum lega. Dia kemudian beranjak duduk di samping Gerta dan membawa kepala
last updateLast Updated : 2021-11-24
Read more

Bab 74. Dan selama ini kamu diam aja di hadapan aku, Rum?

  Beberapa hari kosong tak berpenghuni, seseorang mencoba mengambil kesempatan dengan mengendap masuk ke dalam perpustakaan Lareta. Laki-laki berjaket hitam dengan tudung yang menutupi kepalanya mengeluarkan sebuah pisau tajam dari dalam jaketnya dan mencoba membuka jendela kaca terkunci rapat itu. Tampaknya dia memang cukup ahli dalam hal mensabotase.Lima menit berusaha, akhirnya jendela itu terbuka dan membuat laki-laki misterius itu berhasil masuk ke dalam ruangan melalui jendela.Sebuah lampu senter dinyalakan dalam ruangan tersebut. Laki-laki berpakaian hitam itu mengedap masuk menelusuri satu per satu rak buku. Mata tajamnya mengamati penuh selidik pada buku-buku berbaris rapi itu.Hingga lima belas menit lamanya mencari-cari, sosok misterius itu akhirnya menemukan sebuah buku yang m
last updateLast Updated : 2021-11-25
Read more

Bab 75. Aku akan menepati janjiku untuk menyerahkan diri

  “KENAPA KAMU DIAM SAJA, RUM?!” teriak Zuldan lantang seraya beranjak.Lagi-lagi Rumi hanya terdiam melihat kemaran Zuldan. Karena dia sudah menebak, jika hari ini akan menjadi bom waktu bagi kakak laki-lakinya itu.“Jadi Ayah adalah dalang di balik interpol-interpol itu bungkam mengenai kasus perjudian? Bahkan juga bungkam mengenai kasus pembunuhan Jenderal Qomar?” pekik Zuldan. “Apa yang sedang kamu rencanakan, Bajingan Berengsek?!” Dia kemudian mendorong Rumi hingga tersungkur di body mobil. “Kamu sengaja menyembunyikannya dengan memberi aku teka-teki seperti orang bego. Kamu mencoba mempermainkan aku, huh?!” teriaknya marah.Rumi masih tak bersuara. Dia
last updateLast Updated : 2021-11-25
Read more

Bab 76. Apa boleh Rumi juga ikut sama aku, Opung?

  Malam yang pekat, dingin yang mulai menusuk dan sunyi yang tak terdengar. Gerta dalam insomnianya tengah duduk termangu di sebuah ruang tamu. Temaram lampu kuning ruangan memperlihatkan kesenduhan di wajahnya. Ditemani dengan secangkir cokelat panas, matanya sudah sangat lama tertuju pada tiket penerbangan Wina, Austria di atas meja.Entah apa yang sedang menghuni di kepala Gerta, hingga termenung seorang diri sejak setengah jam lamanya.“Apa yang lahi kamu pikirkan, Nak?” tanya Opung menghampiri Gerta. Laki-laki paruh aya itu kemudian duduk di sebelah putri kesayangannya.“Apa kita beneran akan pergi, Opung?” tanya Gerta gelisah.Opung mengangguk pelan. “Ini akan menjadi tempat baru kita nantinya. Kamu pasti akan
last updateLast Updated : 2021-11-25
Read more

Bab 77. Biar gue yang mengurus sisanya

  Masih dengan wajah senduh di bawah langit hitam, di hadapan bangunan-bangunan menjulang ibu kota dan pekatnya malam dalam balutan angin yang menerkam, Rumi berdiri seperti menantang. Kecamuk hatinya dan kekacauan pikirannya masih menggelutinya usai meluapkan semuah amarah di hadapan Zuldan dan menyerahkan flasdisk hitam tersebut.Suara telapak kaki berlari terdengar. Membuat Rumi berbalik badan dan menemukan seorang perempuan berambut panjang gelombang terurai dengan dress putih selutut berlari ke arahnya dengan wajah bahagia. Jepitan putih berkilau yang mengampit helai rambut depan membuat perempan terkasihnya itu seperti seorang putri. Membuatnya menarik ujung bibir membentuk senyum menawan dan merentangkan kedua tangan menyambut.“Akhirnya
last updateLast Updated : 2021-11-26
Read more

Bab 78. Aku tunggu kamu di Wina

  Dua minggu setelahnya, Rumi mengantarkan keberangkatan Gerta ke Wina. Segala hal sudah dia persiapkan mulai dari menyembunyikan identitas Gerta dalam pengurusan paspor dan penerbangan agar tak tercium oleh Siswo Barac yang masih gencar mencari. Karena melindungi Gerta adalah misi terakhirnya.“Terima kasih buat segala kepengurusannya, Rumi,” ucap Opung.“Sama-sama, Opung. Jaga kesehatan di sana.” Rumi tersenyum.Opung mengangguk. “Kami tunggu kamu di sana,” ucapnya yang kemudian menghampiri Gerta yang terus duduk termangu memandangi Rumi dengan tatapan sendu.Ira menepuk pelan pundak Rumi. “Cepat selesaikan urusan kamu di sini dan segera menyusul, Rumi.”
last updateLast Updated : 2021-11-26
Read more

Bab 79. Mampus lo sekarang, Mas Ganteng

  Sebuah pintu brangkas bawah tanah dibuka penuh dan menampilkan berbagai senjata tembak dan alat pelindung. Beberapa mobil dengan pelat nomor buatan juga sudah disiapkan di parkiran bawah tanah. Tentu juga dengan beberapa personil yang sudah siap terjun ke lapangan melakukan penyelamatan kepada Dego.Rumi melempar senapan perunduk kepada Boni. “Lo lindungi gue dari jarak jauh saat gue menyusup ke wilayah mereka. Gue tahu lo pro banget sama alat ini.”“Terus gue?” tanya Kris.Rumi kemudian melempar senapan bolt action kepada Kris. “Lo juga lindungi gue dari jarak jauh. Lo cari posisi aman sesuai jarak tempu senapan ini.”&ld
last updateLast Updated : 2021-11-26
Read more

Bab 80. Dia masih bisa selamat 'kan, Bon?

  Dor! Dor! Dor!Tiga buah peluru berhasil melumpuhkan tiga orang di hadapan Rumi. Membuat Rumi terkejut bukan main melihat Zuldan dan Hanan muncul di ambang pintu dengan menodongkan pistol.“Lain kali kalau aku telpon, jawab Rum. Hampir aja kamu mati di tangan mereka.” Zuldan bernapas lega berhasil bergerak cepat menyelamatkan adiknya. “Kok kalian bisa ada di sini?” tanya Rumi meringisi kesakitan menahan bahunya.“Justru kalau kita nggak ada di sini, kamu bisa mati, Bung,” ucap Hanan.“Cuma bahu kan yang ketembak?” Zuldan mengulurkan tangan membantu Rumi berdiri.“Iya.”
last updateLast Updated : 2021-11-27
Read more
PREV
1
...
67891011
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status