Home / Romansa / Menjadikanmu Milikku / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Menjadikanmu Milikku: Chapter 1 - Chapter 10

96 Chapters

Prolog

Should I Thank you? Prolog 🔥🔥🔥 "Saya terima nikah dan kawinnya Zavrilly Alka Louise bin Mario Louise almarhum dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." Suara qobul dengan lantang baru saja didengar di seluruh penjuru gedung. Seorang laki-laki berkopyah menatap seluruh pasang mata yang hadir sembari bertanya, "Sah?" detik selanjutnya kata sah saling bersahutan. Sebuah balroom hotel yang sebelumnya adalah ruang kosong kini berubah seketika. Sentuhan tangan ajaib beberapa orang telah menjadikan tempat ini sebuah pesta nan megah. Karpet merah terbentang panjang dari pintu masuk, lurus ke arah di mana pusat perhatian malam ini berada. Meja bundar dengan lapisan kain berwarna putih, berhiaskan bunga dengan benang emas berkilau. Dikelilingi kursi dengan jumlah delapan buah, melingkari sebuah tatanan alat makan yang mewah.
Read more

1. After Marriage

5 tahun kemudian. Ava melangkah dengan senyum menghiasi bibir, mendorong pintu hingga menimbulkan denting lonceng pada bagian atas. Sebuah bangunan beraroma kue menyambut kala ia memasukinya lebih dalam. Ini adalah toko kue miliknya. Toko yang sudah dua tahun ini dikelola, hasil dari merayu sang suami tercinta. Semua pegawai tampak mengangguk sopan ketika melihat perempuan berbaju biru itu datang. Selain toko kue, Ava juga menjalankan toko bunga di mana tempatnya terletak tepat di samping bangunan ini. Sengaja dibangun bersebelahan untuk memudahkan dirinya dalam mengelola. Semua itu ide dari sang suami yang tidak ingin dirinya merasa kelelahan. Perempuan dengan mata hazle itu berhenti di depan salah satu pegawainya. “Rina. Saya ada janji temu dengan kedua teman saya seperti biasa. Saya ada di ruangan jika nanti mereka datang," ucap Ava. Perempuan dengan apron di hadapannya mengang
Read more

2. Siap Kembali

Siap Kembali ***   Tubuh tegap dengan rahang kokoh yang ditumbuhi jambang tipis itu setia duduk di kursi kebanggaannya. Mata tajam tidak lepas dari pemandangan kota London dari balik kaca transparan ruang kerjanya. Ruangan hampa yang menemaninya selama lima tahun terakhir ini. Kotak persegi berukuran sepuluh kali sepuluh meter yang terasa dingin tanpa ada senyuman wanita cantik yang ia cintai. Suara pintu terbuka menandakan adanya seseorang yang datang. Tanpa ingin merepotkan diri, ia tetap menatap lurus apa yang dilihat sedari tadi. "Tuan. Tiket kepulangan Anda sudah ada." Senyum smirk terbit dari bibirnya. Sebuah lengkungan bulan sabit yang selalu dapat membuat semua wanita bertekuk lutut di bawah kakinya. "Persiapkan semuanya," titahnya tanpa bantahan. Seseorang yang sebelumnya memasuk
Read more

3. Kembali

Part 3 *** Tidak ada obrolan yang berarti di dalam mobil hitam milik Rasya. Kuda besi itu melaju di jalanan yang lengang. Bukan karena adanya pertengkaran keadaan menjadi sepi. Namun, di balik benak sana mereka sama-sama saling berkecamuk. Bagaimana Ava tengah khawatir karena akan mengunjungi kediaman mertuanya. Hari ini adik Rasya yang juga sahabatnya pulang setelah lima tahun menetap di London. Bahagia? Tentu saja. Akan tetapi, kenyataan di mana ia juga akan bertemu ibu mertua menjadikan perasaan resah itu hadir. Ah, mengingat itu membuat perempuan dengan pakaian sabrina merasa tidak nyaman dalam duduknya. Asyik bergelut dengan pemikirannya, Ava tidak menyadari jika mobil yang dikendarai sang suami telah berhenti. "Sayang," panggil Rasya dengan menggenggam tangan sang istri. Cuk
Read more

4. Teman Lama

Teman Lama *** "O, jadi Tasya ini teman SMA kamu? Kok Mama enggak pernah tahu, ya?" Desi bertanya dengan antusias ketika baru saja mengetahui sebuah fakta. Saat ini, Rasya, Desi beserta tamunya tengah berkumpul di ruang keluarga, berbincang ringan tentunya. Ava? Seperti biasa, ia akan menghindari obrolan ringan dengan sang mertua untuk menyelamatkan hatinya. Kalian pasti mengerti bukan? Sedangkan Kafka, pria itu mengikuti papa dan temannya memasuki ruang kerja Papanya—membahas pekerjaan yang akan ia tangani. "Cantik ya, Sya? Kenapa kamu dulu tidak pacaran sama dia?” Wanita yang bernama Tasya hanya tersenyum simpul mendengar penuturan dari Desi. Merasa tidak enak karena ia pun tahu Rasya memiliki seorang istri.
Read more

5. Tangisan Ava

5. Tangisan Ava *** Kafka keluar dari ruang kerja papanya. Meninggalkan Tuan Yarendra bersama temannya. Ingin segera melihat wajah cantik perempuan yang ia cintai. Mata, hidung mungil, bibir tipis juga senyum manisnya. Ah, sungguh cantik dan memabukkan. Ava memang benar-benar membuat dirinya gila.   Ayolah, Kaf. Bahkan semua yang ada di tubuh Ava selalu membuatmu mabuk. Pria dengan kaus biru donker itu hanya bisa menggelengkan kepala dan tersenyum saat menuruni tangga.   Namun, senyum Kafka menghilang kala ia melihat Ava menangis dan berlari ke arah taman belakang. Tanpa berpikir dua kali, ia pun memutuskan untuk mengejarnya, tidak ingin terjadi apa-apa dan juga berharap mengetahui penyebab Ava menitikkan air mata.  
Read more

6. Rencana Desi

6. Rencana Desi *** Rasya memberikan satu gelas jus jeruk pada Tasya. Dengan senang hati, perempuan berambut panjang itu menerimanya. Meneguk air orange itu dengan mendongak, saat itulah Rasya tidak dapat mengalihkan pandangannya dari leher jenjang putih itu. Rasya segera menggeleng lalu duduk berdampingan dengan Tasya. "Kamu tahu, Sya?” tanya Tasya tanpa mengalihkan pandangan dari hamparan bunga mawar di hadapannya. "Aku suka bunga mawar meskipun berduri, mereka cantik. Mama juga suka menanamnya di rumah ...." Tasya menceritakan tentang dirinya pada Rasya dengan begitu antusias. Tidak menyadari jika sedari tadi pria di sampingnya hanya menikmati keindahan wajah yang dimiliki. Tidak menghiraukan cuapan Tasya yang terus bercerita. Rasya tidak menampik, jika wanita teman SMAnya ini begitu cantik, Ia menyadari itu. Bahkan, sejak dulu. Sejak mereka masih sam
Read more

7. Menemani

7. Menemani ***   Mobil Kafka baru saja sampai di pelataran rumah Ava. Wanita yang menjadi istri sang kakak dan juga wanita yang sangat ia cintai. Kafka menengok untuk melihat Ava yang masih tertidur. Sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman.   Mungkin, wanita ini merasa sangat lelah setelah menangis. Hingga mobil yang berjalan pun tidak mengganggu tidurnya. "Kalau lagi tidur begini, cerewetnya hilang, ya."   Tidak ingin menjadi pengganggu, Kafka memilih untuk turun terlebih dahulu, memutari mobil dan membuka pintu bagian Ava duduk. I membopong tubuh yang tengah terlelap itu. Ohhh, come on Kafka. Tidur Ava tidak ingin kau ganggu? Tapi rumah tangganya ingin kau ganggu?
Read more

8. Kemarahan Yarendra

8. Kemarahan Yarendra *** "Baiklah. Kita pulang dulu. Aku harap, kerja sama kita bisa berjalan dengan lancar, Yarendra." Bram berdiri di hadapan Tuan Yarendra, mengulurkan tangan untuk saling berjabat tangan. Sore ini, tamu Yarendra memutuskan untuk berpamitan pulang dikarena pembahasan memang sudah dilakukan sejak siang. Selebihnya, mereka hanya berbincang ringan. "Semoga, Bram,” ucap Yarendra. Ia menjawab jabatan tangan sahabatnya. Lain dari kedua laki-laki paruh baya itu, lain lagi untuk para istri mereka. "Semoga niatan kita terlaksana ya, Des," ucap Yanti—mamanya Zizi. Perempuan dengan rambut disanggul itu memegang pundak anaknya. "Harus itu," jawab Desi dengan keyakinan. Sedangkan Zizi yang berada di samping mereka hanya tersenyum menunduk dengan merapalkan keinginannya dalam hati. Semoga memang terlaksana. Tasya me
Read more

9. Benak Kafka

9. Benak Kafka *** Dua benda kenyal itu masih saling bersilat. Beradu dalam decapan kepuasan. Saling menggigit kecil memberi kenikmatan melalui tukaran salifa. Erangan milik sang wanita membuat sang lelaki tersenyum dalam pagutannya. Dengan pasti ia mulai membawa tangan sang wanita melingkari lehernya. Merapatkan duduk di antara keduanya. Meremas pelan pinggang sang wanita. Terlepasnya tautan yang sedari tadi terpaut, meninggalkan deru napas yang memburu. Pengaturan tarikan yang seolah berlomba menarik oksigen dalam keadaan kening yang masih menyatu. Kedua sudut bibir mereka tertarik untuk membentuk seutas senyuman di sela deru napas. Kilatan cahaya mata yang menampakkan gairah berkobar seakan sama-sama menginginkan satu sama lain. "I love you," ucap parau sang lelaki. "I love you to," balas sang wanita lirih membuat lelaki di hada
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status