Mama menepuk lenganku, dan itu membuatku bersalah. Sejak bertemu dengan Mas Aditya, tadi. Pikiranku tidak tenang, di tambah dengan ke garangan wanita itu. Mereka terlihat sangat bahagia, melupakan kesalahan mereka padaku dan Mutiara. "Nak, mama mau kepanti asuhan besok, kamu ikut, ya." Mama memegang daguku untuk melihat ke arahnya. "Agar luka kamu bisa sembuh, dan kamu bisa bermain dengan anak seumuran Mutiara. Limpahkan kasih sayangmu pada mereka." Mendengar kata anak-anak, darahku berdesir. Seakan-akan ingin menolak dekat dengan mereka namun, hati nuraniku sebagai ibu berpikir sebalikannya. "Bisa, Ma. Tapi, nanti malam aku mau ke rumah Anis. Anaknya ulang tahun, ini mau cari kado dulu," ujarku. Mama terlihat terkejut, tapi tidak ditunjukkan olehnya. Pandangan mama beralih pada Mas Kelvin, seperti sedang bertanya tapi, dalam diam. "Iya, Tan. Saya juga ikut ke sana. Oya, Gladis sudah menerima lamaran saya, tadi." Seenaknya saja, Mas Kelvin berbicara. Ingin rasanya aku marah denga
Read more