Share

Bab 40

Aku pergi meninggalkan mereka dengan rasa yang tidak bisa kulukiskan, ingin marah, tapi mereka adalah orang tuaku dan orang yang menyelematkan hidupku juga Mutiara.

Berkali-kali, mama mengetuk pintu kamar dan mengatakan ingin bicara. Sayangnya, kali ini aku tidak ingin mendengar apapun dan dari siapapun. Untuk saat ini, lebih memilih diam dan tidur memeluk guling, lalu membayangkan jika Mutiara ada di sampingku. Mata tidak kunjung lelap, meskipun sudah lelah sekali. Ku ambil ponsel dan mencari nomor Anis, lalu menghubunginya. Kali ini, aku berkeluh kesah tanpa memperdulikan waktunya tersita. Hingga aku tidak mendengar suaranya, dan mataku terasa sangat perih.

****

Tubuhku masih tersisa lelah dan kepalaku terasa sangat pusing. Namun, rencanaku untuk membalas dendam tidak bisa di elakkan. Beringsut turun dari ranjang dan membersihkan diri, kemudian memantaskan diri dengan pakaian yang cukup sexy.

"Halo, Nis. Semua sudah siap?" tanyaku melalui sambungan telepon.

Setelah meyakinka
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status