"Mas, dia tadi menyerangku secara brutal!" adu Nayla disertai tangis yang penuh drama. "Bagaimana dengan anak kita?" tanyanya khawatir. Ada sedikit rasa sakit kala suamiku khawatir pada gundik itu. Dia belum tahu, perut yang membuncit itu bukan karena hamil. Aku memulai dramaku dengan berpura-pura panik. "Mas, bagaimana kalau kita periksa di dokter kandungan saja?" usulku. Tampak wajah Nayla berubah pias. "Kalau begitu bantu Mas ya, Dek." "Jangan!" Aku dan Mas Rasha kompak mengalihkan pandangan ke arahnya setelah kami sobuk mempersiapkan diri untuk membawanya periksa kandungan. "Kenapa?" "Aku tidak apa-apa." "Loh, kita habis bertengkar, bukan hanya aku saja yang brutal, kamu lah yang lebih dulu menyerangku. Apa kamu tidak khwatir dengan kandunganmu?" Nayla semakin gelagapan apalagi sorot tajam Mas Rasha mengarah padanya. Aku tak ingin tinggal diam. "Mas, usia kandungan Nayla harusnya sering dipantau. Mas nggak ingat dulu aku sering memeriksakan kandungan tiap bulan?" M
Read more